Happy reading❤
Jihan terbangun dari tidurnya. Lagi - lagi ia tidak bisa melupakan kejadian yang telah terjadi.
Jihan kembali menitikan air matanya. Hatinya tercabik-cabik lara saat menyadari kenyataan. Sahabatnya menjauh darinya dan Marvin pergi meninggalkannya.
Jihan mengelap air matanya lalu segara bangun dari kasurnya dan turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan.
Mata Jihan bengkak tidak karuan karena menangis semalaman. Suaranya juga mendadak menjadi serak.
Jihan memasak apapun yang ada di kulkas seperti sayur kangkung dan ayam goreng. Lalu ia menyiapkan 4 gelas susu dan meletakan semuanya di atas meja makan.
Jihan kembali ke atas untuk membangunkan Jayden yang masih tertidur. Jihan membuka pintu kamar Jayden perlahan lalu menghampiri Jayden yang masih berada di kasur.
"Kak, ayo bangun. Sarapannya udah siap, nanti keburu dingin jadi gak enak." ucap Jihan membangunkan Jayden dengan suara yang agak serak.
"Iya nanti Kakak ke bawah." Sahut Jayden singkat dengan suara yang masih mengantuk.
"Jangan lama-lama ya Kak, nanti makanannya keburu dingin."
"Iya, udah sana keluar!" Jayden mendorong Jihan agar menyingkir dari hadapannya.
Jihan keluar dari kamar Jayden. Ia turun ke lantai bawah lalu membangunkan Juan dan Jamie.
Jihan memasuki kamar Juan terlebih dahulu.
"Kak, ayo bangun. Sarapannya udah siap, nanti kalo dingin gak enak."
Juan langsung terbangun tanpa sepatah katapun ia ucapkan. Tanpa mamakan waktu yang lama, Juan keluar kamarnya dan duduk di meja makan.
Jihan beralih ke kamar Jamie.
"Kak, ayo bangun. Sarapannya udah siap, kalo gak sarapan nanti sakit"
Namun sama dengan Juan, Jamie hanya terdiam lalu menuju ke meja makan.
Setelah dilihatnya semuanya sudah berada di meja makan, Jihan tersenyum lalu kembali ke kamarnya di lantai 2.
Ia membereskan tempat tidurnya. Mulai dari membenarkan seprei kasurnya yang berantakan sampai dengan membereskan meja belajarnya yang sedikit kotor dan berserakan.
Setelah sudah rapi, Jihan beralih ke kamar Jayden untuk membersihkan kamarnya juga.
Jihan memasuki kamar yang bernuansa klasik dan memiliki warna serba coklat. Disana Jihan melihat banyak medali yang diperoleh Jayden karena mengikuti turnamen basket. Jihan juga melihat foto kakaknya bersama teman-teman club basketnya yang diletakan di meja belajar. Jihan membersihkan semua sudut ruangan itu sampai dirasanya sudah benar-benar bersih.
Jihan kembali ke bawah untuk membersihkan 2 kamar yang tersisa.
Saat turun ke bawah, Jihan melihat ketiga kakaknya itu masih menyantap sarapannya. Hati Jihan sedikit tersentuh karena kakaknya itu masih menyukai masakannya. Jihan memang orang yang gampang tersentuh dengan hal kecil yang dilakukan kakak kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] "𝗛𝗜𝗥𝗔𝗘𝗧𝗛"
Teen FictionJihan rindu rumah lama nya. Jihan hanya berharap suatu hari nanti ia bisa merasakan rumah yang sebenarnya. Jihan hanya ingin mendengar ungkapan sayang dari orang yang paling ia sayangi. Harapannya begitu kecil tapi rasanya susah sekali untuk mewujud...