Happy reading❤
Marvin menyiapkan beberapa baju dan memasukkannya ke dalam koper. Minggu depan ia akan kembali ke Kanada karena ada acara keluarga yang sangat wajib ia hadiri.
Tapi sebelum itu Marvin ada janji dengan Juan, Jamie, dan Jayden untuk berbicara di cafe dekat taman kota.
Awalnya Juan, Jamie, dan Jayden menolak namun Mark bilang ia ingin membicarakan hal penting dan pada akhirnya mereka setuju atas ajakan Marvin.
Saat Marvin sudah sampai di cafe yang ia maksud namun tidak ada tanda-tanda bahwa ketiga kakaknya Jihan sudah datang. Marvin memutuskan untuk menunggunya sedikit lebih lama. Dan benar saja, beberapa menit Marvin menunggu akhirnya datang juga.
Juan, Jamie, dan Jayden langsung duduk begitu saja di depan Marvin tanpa disuruh.
"Jadi apa yang mau di omongin?" Tanya Juan langsung kepada intinya. Sementara Jamie dan Jayden hanya menatap Marvin datar dan acuh.
"Gue gak mau akhirnya jadi emosian kayak waktu lalu jadi tolong dengerin gue baik-baik," Marvin berusaha berbicara dengan santai.
"Please stop hate your sister. Gue disini gak ngebela ataupun nyalahin siapapun tapi gue mohon kalian berenti benci Jihan. She's your own younger sister, so please stop hate her. Jangan sampai pada akhirnya kalian nyesel."
"Kak, lo kasian sama anak pembawa sial itu? Dia udah buat keluarga gue hancur." Ujar Jamie sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Itu semua takdir yang udah digariskan, gak ada yang namanya kelahiran seseorang hanya untuk membawa kesialan. Itu artinya meskipun Jihan gak dilahirkan kalian akan tetap jadi begini pada akhirnya entah bagaimanapun jalannya. Kalian semua udah dewasa kan? Pasti kalian ngerti dong apa yang gue maksud." Jelas Marvin panjang.
"Tapi anak itu udah bikin Mama pergi bahkan disaat kita semua masih butuh Mama. Anak itu juga udah bikin Papa gak kuat lagi untuk ngelanjutin hidup dan berakhir bunuh diri." Ucap Jamie dengan tertawa kecut.
"Alright, gue ngerti gimana perasaan lo walaupun gue gak ngerasain," Marvin menghentikan ucapan nya sebentar.
Lalu ia berusaha mengatur emosinya dan mulai berbicara. "Coba buka mata dan hati kalian. Kalian bertiga masih bisa dapet kasih sayang dari seorang Mama, sedangkan Jihan enggak sama sekali. Dia gak pernah dapet kasih sayang dari seorang Ibu sejak lahir tapi dia gak pernah ngeluh,"
"Mama kalian memang meninggal karena ngelahirin Jihan, tapi semua itu takdir. Bahkan takdir itu udah direncanain sama Tuhan jauh sebelum hal itu terjadi." Lanjut Marvin.
Jayden merasa hatinya tertohok oleh kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Marvin. Perkataan Marvin ada benarnya juga, bahkan semua yang dikatakan Marvin memang benar.
"Minggu depan gue bakal ke Kanada dan kalo sampe gue balik lagi kesini dan kalian masih memperlakukan Jihan kayak gitu gue gak akan tinggal diam. Karena semua yang udah kalian lakuin ke Jihan termasuk kekerasan kepada anak dan bisa gue laporin ke polisi kapan aja karena gue punya banyak bukti." Lalu Marvin berdiri dan meninggalkan mereka bertiga di tempat itu.
🍂🍂🍂
Marvin pergi ke taman di dekat sekolah Jihan. Semalam ia menelfon Jihan untuk memberi tahunya bahwa Marvin ingin ketemuan dengan Jihan. Marvin juga menyuruh Jihan untuk membawa Winda dan Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] "𝗛𝗜𝗥𝗔𝗘𝗧𝗛"
Teen FictionJihan rindu rumah lama nya. Jihan hanya berharap suatu hari nanti ia bisa merasakan rumah yang sebenarnya. Jihan hanya ingin mendengar ungkapan sayang dari orang yang paling ia sayangi. Harapannya begitu kecil tapi rasanya susah sekali untuk mewujud...