14. Mengapa Harus Sekarang?

1K 164 19
                                    

Happy reading❤


Tring tring...

Dering telfon berbunyi pagi-pagi sekali. Jihan terbangun karena mendengar suara dering telfonnya itu.

"Halo?" Jihan menjawab panggilan telfon itu dalam keadaan masih mengantuk.

"Halo Jihan" terdengar suara laki-laki dewasa dari seberang sana.

"Kak Marvin?" Jihan begitu bersemangat ketika tahu bahwa Marvin lah yang menelfonnya pagi-pagi sekali itu.

"Kak Marvin kok telfon pagi-pagi banget gini?"

"Ganggu ya? Maaf deh kalau gitu."

"Eh engga, gapapa kok" Jihan tersenyum.

"Kak Marvin cuma mau ngasih tau kalo Kak Marvin balik kesana hari ini, ternyata acara keluarganya gak selama yang Kakak kira." jelas Marvin dari seberang telfon.

"Beneran?" Jihan semakin bersemangat.

"Iya. Ini Kakak lagi beres-beres barang, 2 jam lagi pesawatnya terbang."

Tidak dapat dipungkiri betapa bahagianya Jihan saat salah satu orang kesayangannya yang sudah 3 hari tidak bertemu dengannya akan bertemu lagi nanti. Jihan sangat rindu dengan Marvin meski hanya ditinggal untuk waktu 3 hari.

"Yaudah Kak Marvin tutup dulu ya telfonnya, sampai jumpa nanti."

Tut tut...

Panggilan suara antara Marvin dengan Jihan terputus.

Sampai jumpa nanti....

🍂🍂🍂

Jihan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Saat ini dirinya sedang memotong sandwich yang ia buat sendiri dengan sebuah pisau kecil.

Srek

"Aw!" Jihan merintih kala pisau yang ia pakai tidak sengaja melukai jarinya.

Jihan buru-buru mengambil plester yang ada di atas lemari pendingin lalu membalut lukanya menggunakan plester.

Ah iya, setelah Jihan pulang dari rumah Dion beberapa waktu lalu, malamnya salah satu guru Jihan memberitahukan kepada seluruh murid untuk libur selama 2 hari.

Setelah selesai merapikan semua dan memasukannya kedalam tas, Jihan bergegas menuju sekolahnya dengan membawa sepeda kesayangannya. Entah mengapa hatinya sangat senang kala itu. Namun disaat yang bersamaan, Jihan juga merasakan ada yang mengganjal di hatinya tetapi ia tidak tahu apa.

Melewati rumah-rumah besar dengan taman bunga di halaman depannya, membuat dirinya merasa lebih tenang. Jihan sangat suka dengan segala hal yang berbau tanaman apalagi bunga.

Kadang Jihan bertanya-tanya, apakah dulu Mama nya juga menyukai bunga seperti dirinya sekarang? Entahlah, Jihan tidak tahu pasti.

Jihan melewati beberapa tempat yang sering ia kunjungi bersama Marvin. Seketika pikirannya berputar bagaimana banyak kenangan-kenangan manis yang ia buat bersama Marvin dalam waktu 2 tahun ini. Tempat-tempat inilah yang menjadi saksi bisu atas dirinya dan Mark membuat kenangan indah bersama.

[✓] "𝗛𝗜𝗥𝗔𝗘𝗧𝗛"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang