Singto sudah menghabiskan dua paket takoyaki ukuran besar tetapi tidak juga memunculkan minat untuk menulis chapter terbaru novel horor yang sedang ia tulis. Ini sudah lewat waktu penerbitan karena biasanya Singto akan merilis cerita barunya dengan tepat waktu. Entahlah, dia hanya bosan menulis dan memikirkan kisah apalagi yang mampu membuat penggemar novelnya merasa sangat ketakutan saat mereka membaca setiap baris kalimat yang ia tulis. Hidupnya agak membosankan belakangan ini, hanya bercengkrama dengan naskah dan game favoritnya saja.
Sudah lama sekali tangannya hanya digunakan untuk mengetik banyak huruf di layar laptop miliknya, dan tak ingin menjadi munafik jika ia begitu rindu jemarinya menjamah tubuh seseorang hingga membuat siapapun yang ia gerayangi mampu mendesah penuh kenikmatan. Semenjak kejadian itu, hasrat bedebahnya benar-benar menghilang, belum ada lagi sosok mahluk yang ingin ia perlakukan dengan sangat epik diatas ranjang.
"Deadlinemu sebentar lagi dan jangan lupakan teror dari penerbit yang belakangan ini membuat hidupku seperti di neraka Tuan Prachaya"
"Kau kan bisa memberi alasan, aku mempekerjakanmu sebagai asistenku salah satunya adalah untuk bernegosiasi dengan orang-orang yang selalu memaksaku menulis secepat kilat, memangnya hidupku hanya soal tulisan saja"
"Hei... Jika kau tidak ingin menulis ya jangan menjadi penulis"
"Kalau tidak menulis bagaimana aku membiayai semua gaya hidup kapitalismu itu Nona Meredith"
"Mudah saja, carilah konglomerat yang butuh simpanan tampan sepertimu"
Singto melempar sebuah pena ke arah asistennya yang sedang tertawa dengan wajah menyebalkan. Tak peduli jika Meredith adalah seorang wanita yang harus dilindungi, nyatanya mahluk sejenis Mer adalah wanita jelmaan siluman rubah yang licik, cerdik dan sangat menyebalkan. Tetapi sangat ia butuhkan karena hanya wanita idiot itu yang memiliki banyak koneksi demi kelancaran karirnya sebagai penulis.
"Aku serius dengan teror penerbit itu Prach, kau sudah terlambat sekali dari waktu yang telah ditentukan, jadi ku mohon dengan sangat segera selesaikan naskah novel terbarumu, setelah itu kau boleh melakukan apapun termasuk mencari pendamping hidup"
Singto hanya menghela nafasnya berat, ia memang sedang kehilangan selera menulis entah sejak kapan. Sebenarnya bukan karena ia tak punya ide juga, Singto hanya malas merangkai kalimat untuk menceritakan semua idenya. Ia benar-benar butuh hal baru yang membuat semangatnya membara lagi dan berbicara soal pendamping yang dimaksud oleh Mer, rasanya akan sangat mudah jika reputasinya sebagai Fuck Boy tak ia tinggalkan begitu saja.
"Akan aku usahakan selesai sesuai dengan kesepakatan kita yang baru tetapi jika otakku tiba-tiba berhenti bekerja, carilah cara agar kita mendapat tambahan waktu, untuk kali ini aku akan menggunakan hak sombongku sebagai penulis terkenal yang justru harus diikuti keinginannya jika mereka masih butuh uang dari semua hasil karyaku"
Mer mengusap wajahnya kasar, ia tidak percaya kalimat nista itu keluar dari si penulis paling humble sedunia raya. Singto Prachaya adalah cerminan pria yang sangat bertanggung jawab jika berbicara soal profesionalitas kerja, apa yang ia lihat sekarang sungguh mengejutkan, Singto seolah sedang menunjukan sisi beberbeda tetapi disaat yang sangat tidak tepat karena pekerjaan mereka semakin mendesak.
Mer segera mengatur nafas agar dirinya tenang sebelum melanjutkan pembicaraan yang mulai membuatnya merasakan panas lebih dari biasanya "Prach.. Aku berjanji padamu demi seluruh dewa dewi kebaikan di alam semesta jika setelah ini kau akan mendapatkan libur yang paling menyenangkan dari sebelumnya, tetapi untuk mendapatkan kebahagiaan terkadang kau harus melewati badai terlebih dahulu, kau paham kan maksud asistenmu yang cantik ini?"
Singto hanya mengangguk dan mengibaskan tangannya untuk memberi isyarat agar Mer keluar dari ruang kerjanya. Ia butuh merenungkan kehidupan monoton yang sudah beberapa tahun belakangan ini ia jalani. Singto tak pernah lagi menghibur dirinya dalam arti berhura-hura seperti dulu, ia berhenti menjadi seorang bajingan sejak saat itu dan memutuskan untuk melangkah dijalan yang lurus.
Apakah ia bosan?
Jawaban dihatinya ternyata masih gamang, terkadang hidup seperti sekarang membuatnya tenang karena tidak terlibat sesuatu yang menyulitkan lagi tetapi Singto juga butuh pelampiasan dalam hal lain. Semakin dipikirkan secara mendalam Singto justru kebingungan dengan tujuan hidupnya, ia pria dewasa yang cukup mapan tetapi ia belum menemukan lagi ritme yang pas untuk menikmati kesuksesannya. Singto bukan ingin kembali pada masa lalu yang membuatnya dijuluki "Dewanya Para Fuck Boy" Dirinya hanya butuh bersama seseorang yang bisa mengembalikan semua gairahnya dalam segala hal. Singto ingin menjadikan orang itu sebagai tujuan tetapi sekali lagi ia bisa katakan apapun bentuk hubungan yang ingin ia jalani pertanyaannya akan selalu sama.. Sama siapa?"
Selamat sore
Sudahkah kalean menyebarkan berita tentang cerita baru ini?
Jangan sampai ketinggalan zheyenk, masukin dulu ke daftar baca dan tunggu updatean terbaru yang entah kapan.
Kalau zheyenk zheyenk semua bosan, silahkan baca lagi cerita teteh yang lain sembari bernostalgia dengan Capt Chef, Kang Kopi Kang Tattoo, Sugar Dad Sugar Babe.
Yuk Mariiii divote dan komen untuk cek ombak apakah kalean menyukai cerita baru ini, ditunggu loh zheyenk.. Bye👋
*Sayang Peraya Banyak Banyak*
KAMU SEDANG MEMBACA
Irony
Fanfiction"You deserve a relationship that enables you to sleep peacefully at night"