Comfortable With

1K 204 27
                                    

Dua hari sudah Krist tak pernah absen membaca novel horor yang belum lama ini ia beli. Karya si surga dunia ternyata membuat dirinya sangat tertarik dan tanpa sadar membaca setiap lembar sampai tak satupun terlewatkan. Biasanya ia akan merasa cepat bosan jika itu adalah buku tanpa gambar, tetapi keempat novel yang ia beli seperti sebuah magnet yang mampu menariknya seolah berada dalam kondisi dimana ketakutan dan depresi melebur menjadi satu. Krist akui Singto Prachaya adalah seorang brilian saat menggambarkan setiap ketegangan didalam ceritanya. Bahkan kedua tangannya sempat tremor ketika membaca setiap kalimat yang diutarakan oleh salah satu tokoh dicerita tersebut.

Kita terlahir dengan satu cara, tetapi kematian menjemput dengan berbagai cara. Shiiiaaaa... Kalau mengingat lagi kalimat itu, ia seketika menjadi waspada terhadap hidupnya. Krist merapatkan jaket yang ia pakai karena rasa dingin didalam ruangannya tiba-tiba saja seperti menusuk hingga ke tulang. Padahal Bangkok sedang berada dipuncak musim panas, ia ingin sekali berhenti membaca tetapi rasa penasaran dengan mudahnya mengalahkan segunung ketakutan.

"Kitttyyy....."

"Shiiiaaaaaaa"

"Ahhhhhh" Ron langsung mengusap kepalanya yang terkena lemparan buku dari Krist "Kau ingin mencelakaiku?" Ucap Ron keras.

Krist hanya tersenyum kaku karena keterkejutannya hampir saja melukai kepala Ron. Tetapi ia juga tak salah sepenuhnya karena pria itu masuk tanpa adanya pergerakan yang terlihat "Maaf, kau juga aneh tiba-tiba berada disampingku, ku pikir kau hantu" Krist mencoba mengusap kepala Ron tetapi ditepis oleh sepupunya itu.

"Aku sudah katakan padamu untuk berhenti membaca novel itu, kau jadi tak fokus bekerja sialan"

"Haiyyaa... Novel ini istimewa, penulisnya juga" Ucap Krist sembari memberikan tanda perdamaian dengan jarinya pada Ron.

"Hhhhh..." Ron menghembuskan nafasnya lelah "Kit, kau pasti masih ingat kan dengan ceritaku soal sepak terjang seorang Singto Prachaya? Jika kau memang lupa, mari sama-sama kita jabarkan satu per satu seperti apa pria yang sedang kau puja-puja itu" Ron menarik satu kursi dan duduk berhadapan dengan sepupunya yang sedang bodoh "Pertama: Benar jika Singto adalah pria tampan yang digilai banyak mahluk berbagai macam jenis, dan itu sampai membuatmu sulit untuk berpaling darinya, Kedua: Selain tampan, dia juga salah satu dari mahasiswa terbaik di universitas kami dulu, itu juga menambah nilai plus untuknya sebagai pria idaman, tetapi..." Ron mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Singto Prachaya menjadikan semua kelebihan yang ia miliki sebagai modal untuk mendekati targetnya hanya untuk dibuang seperti sampah, dan sendainya ia melakukan itu pada orang lain, demi Tuhan aku sama sekali tak peduli, tetapi jika itu adalah Krist Perawat sepupu bodoh kesayanganku, aku jelas tak akan tinggal diam" Jelas Ron

"Sudah berapa lama kau lulus dari kampus?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan"

"Kau tinggal jawab saja"

"Sekitar dua belas tahun"

Sudut bibir Krist melengkung melihat wajah kesal sepupunya "Selama dua belas tahun, si sur ehm maksudku Singto pasti melewati proses pendewasaan, katakanlah aku naif soal menilai seseorang karena aku suka dia, tetapi yang perlu kau garis bawahi adalah kalau sampai saat ini pria itu masih dalam bentuk khayal, kau tahu khayalan kan? Atau lebih tepatnya aku adalah fans pria itu sama saja seperti aku mengharap Ryan Gosling suatu saat bisa menikahiku, aku hanya bisa berkhayal, bermimpi, berangan-angan, dan untuk urusan terkabul atau tidak, bagaimana jika kita serahkan saja pada Sang Penguasa" Tegas Krist.

"Tetapi dia menaruh minat padamu?" Upss.. Ron segera menutup mulutnya yang tanpa sengaja berbicara fakta.

"Kalau begitu bagus, aku tidak butuh effort besar untuk mendekatinya"

"Krist.."

Tanpa mempedulikan sang sepupu yang masih saja memanggilnya, Krist keluar dari ruang kerja menuju luar kedai. Sudah dua hari ia hanya berdiam diri di ruangan walaupun datang ke kedai, Krist terlalu asik menenggelamkan diri pada Novel karya si surga dunia, untuk saat ini ia butuh melihat cahaya matahari yang berkilau, mengaggumi kedainya dari luar seperti biasa, menyapa para pengunjung ketika mereka sedang menikmati takoyaki agar rasanya bertambah lezat akibat melihat ketampanan pada wajahnya.

***

"Aku ingin memesan yang seperti biasa, tanpa isi apapun" Singto sedang menyebutkan pesanan takoyakinya saat Krist datang menghampiri pria itu. Hampir saja ia berteriak dan menari kegirangan ketika melihat siluet pria menggemaskan masuk ke dalam kedai yang saat ini tak begitu ramai.

"Baby octopus lebih istimewa, apa Khun tak ingin mencoba?" Tanya Krist begitu sampai disebelah pria itu.

"Aku suka takoyaki tanpa isi"

"Kenapa?"

"Karena aku bukan mahluk pemakan bayi"

"What!!!"

"Walaupun hanya gurita, mereka masih tetap bayi kan, dan aku tak tega jika harus melahapnya"

Krist refleks menepuk keningnya saat mendengar penjelasan Singto. Di Kedainya, takoyaki dengan isian baby octopus memang menjadi primadona, dan itu adalah produk yang mampu ia jual habis hanya dalam kurun waktu tiga jam saja. Krist memang tak pernah menyediakan banyak menu itu, karena mencari baby octopus dengan kualitas super sangat sulit, karenanya ia hanya bisa menjual dalam skala kecil.

"Kalau bukan dalam bentuk bayi, apa Khun Singto bisa memakannya?"

Singto menggeleng cepat "Aku lebih suka makan sesuatu yang lain" Ucap Singto dan kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Krist "Dirimu misalnya"

Wajah Krist sukses berubah warna dan bagaimana kondisi detak jantungnya? Tentu saja sekarang sedang bergerak aktif seperti hewan predator yang diberi makanan lezat. Bukan hanya bisikan seduktif saja yang membuat isi kepalanya mendadak bak kertas putih kosong, tetapi juga tatapan beserta senyum seindah aurora yang saat ini dihadiahkan si Surga Dunia secara cuma-cuma padanya.

Bagaimana kalau kau langsung bawa saja dia ke ruang kerja, kau bisa melakukan apapun padanya disana. Bisikkan telinga kanan.

Kau bukan pria haus belaian yang dengan mudahnya percaya ucapan si mantan fuck boy, jadilah pria dengan penuh dignity meski kau terlahir sebagai ukke. Bisikkan telinga kiri.

Krist.. Kau..

Krist Kau..

"Ahhh... Shut up" Krist sedikit berteriak dan menutup kedua telinganya tanpa sadar.

"Apa Khun baik-baik saja?" Tanya Singto khawatir.

Dan pertanyaan itu mampu membuat Krist kembali ke dunia nyata karena tadi ia sempat merasakan entah berada dimana.

"Aku... Ehmm... Tadi seperti ada sesuatu ditelingaku jadi ya, aku tak apa Khun Singto, silahkan lanjutkan pesanan anda" Krist buru-buru masuk ke dalam ruangannya sembari merutuki kebodohan dan tanpa sadar memukul kepalanya berkali-kali, karena ulahnya yang mendadak tak wajar, ia kehilangan point bagus dimata sang target. Krist seperti ingin mengambang saja dilaut mati agar terbawa sampai ke tengah dan bisa merubah dirinya menjadi ubur-ubur yang membuatnya tak pernah lagi bertemu Singto.

Tetapi bukankah dirinya akan mengalami kerugian besar jika menyerah untuk mendapatkan pria potensial seperti Singto? Dan bisa melepas kutukan Sad Boy yang cukup membuatnya frustasi. Monolog Krist gamang.

Sementara Singto hanya tertawa kecil menanggapi apa yang ia lihat saat ini "Lucu sekali manis manjaku, kira-kira bisa dijadikan giveaway tidak ya jika aku menjadi customer paling loyal di kedai ini" Ucap Singto dengan nada serendah mungkin meski masih saja didengar oleh Ron yang sejak tadi hanya dianggap seperti lampu hias oleh kedua orang aneh itu.



Hello... Hello... Kha...

Good Morning di jam 7:00am waktu Wakanda😁

Kenapa pagi-pagi? Karena semalem masih kerja trus ketiduran dan lupa update.

What? Kerja? Dimalem minggu? Situ Jomblo? Oh jelas sekali😂

Sudah dikomen dan vote? Coba baca lagi dan jangan lupa tinggalkan jejak dilapak ini

Selamat hari minggu

*Sayang Peraya Banyak Banyak*

IronyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang