Seperti Asing

201 34 8
                                    

Krist hanya menyunggingkan sebuah senyum misterius ketika ia baru saja keluar dari mobilnya dan ternyata Singto juga sama. Mereka kini sedang berada di parkiran Basment Apartemen. Keduanya saling menatap dengan intens tetapi yang Krist rasakan justru seperti sedang dikuliti habis-habisan oleh Sang Kekasih.

Yes! Krist menganggap Singto masih kekasihnya karena sampai detik ini, bahkan setelah seminggu kejadian dimana Alter Egonya menampakan diri dan melukai Singto, mereka masih belum berkomunikasi, belum memutuskan apapun, dan tentu saja ia berkesimpulan jika mereka masih dalam hubungan yang sama seperti beberapa bulan lalu.

Krist berjalan santai dan pihak di seberangnya juga melakukan hal yang sama. Mereka akan menuju lift untuk segera naik ke Unit mereka. Tetapi setelah dipikir ulang, kenapa Singto harus parkir di Unit miliknya padahal tempat mereka berada di Tower yang berbeda.

Sebenarnya tak ada masalah juga karena dari Unit miliknya memang terhubung dengan sky bridge untuk menuju Tower milik Singto, tetapi problemnya adalah menurut Krist agak buang-buang waktu jika Singto harus melakukan hal seperti sekarang, kecuali kemunculan pria itu memang sengaja ingin bertemu dengannya.

"Hai Monster" Sapa Singto tanpa rasa bersalah, menyebut Krist dengan sebutan teramat kurang ajar tetapi apa pedulinya, toh Krist bahkan memang bisa dinilai lebih dari itu. He is The Real Evil.

"Hai Prince Charming" Balas Krist santai dengan senyum sangat manis.

Kalau dipikir apa Krist terluka dengan panggilan Singto padanya, tentu saja tidak. Sejak dulu Krist begitu kebal dengan kesakitan, ia bahkan pernah merasakan yang paling parah dari sekedar panggilan Monster untuknya.

Cihhh! Singto berdecih dengan ekspresi mengejek "Pria sakit jiwa sepertimu pantasnya hidup di Neraka, sadarlah"

Krist justru semakin tersenyum "Sudah, aku sudah pernah merasakan hidup di Neraka, dan sekarang justru sedang menikmati Surga versi ku"

Mata Singto membola sempurna, setelah mendengar pernyataan Pria Bajingan di hadapannya "Saranku, segeralah berhenti menjadi pendosa, selama Bumi masih berputar pada porosnya, selama itu juga Tuhan masih bersedia dimintai pengampunan, kecuali jika kau memang ingin sampai mati menjadi seorang Iblis"

Krist justru menyemburkan tawanya sembari memasuki Lift, dan kemudian ia berbalik untuk menghadap pria lucu kesayangannya dengan satu tangan yang menahan pintu Lift agar tidak tertutup.

"Jangan naif Sing, Iblis yang ada di hadapanmu sekarang bahkan bisa membuat Malaikat sepertimu sampai jatuh sejatuh-jatuhnnya dan berkubang dalam kenikmatan Dunia. Jadi bagaimana? Tertarik meniduriku lagi? Akan ku berikan rasa yang bisa membuatmu lupa jika kau sedang bercinta dengan seorang penjahat"

Krist menaruh satu kakinya untuk menahan laju pintu Lift menggantikan tangannya, karena sekarang ia justru bersikap impulsif di depan Singto dengan membuka satu persatu satu kancing kemejanya perlahan-lahan bahkan sampai terlihat bak Penggoda ulung.

"Tubuh orang hina ini pernah kau jamah sembari kau puja" Ucap Krist dengan bertolak pinggang setelah menyelesaikan aksinya membuka kancing, dan terpampanglah bagian dada sampai perutnya yang rata "Me and You Bed now?" Mata Krist mengerling genit untuk menggoda Singto secara terang-terangan, kemudian setelahnya pintu Lift ia biarkan tertutup tanpa harus melihat reaksi lawan bicaranya yang sepertinya urung berada di satu Lift dengannya.

Dan sepersekian detik setelahnya, ekspresi Krist kembali berubah dingin. Sepertinya ia memang harus mengambil keputusan untuk menjauh saja dari Singto, tidak ada satupun mahluk yang akan mengerti perilakunya selain Sang Ayah, itupun karena Krist adalah anak semata wayang pria tua itu.

Mereka pasti akan memiliki pandangan yang sama tentang sosoknya yang mengerikan dan tanpa belas kasih. Membunuh bukan hal yang bisa dimaklumi apapun alasannya, tetapi ia tak pernah menyakiti orang-orang tak berdosa, Krist justru sedang berusaha menyelamatkan Dunia dari manusia-manusia sampah perusak alam semesta.

Ini bukan salahmu Taka, aku saja yang memang terlalu lemah saat kau meninggalkanku dengan sangat tragis, aku belum siap bahkan mungkin tidak akan pernah siap. Monolog Krist dalam batinnya.

***

Di Sisi lain, Singto bahkan masih berdiri di tempat yang sama sejak bermenit-menit lalu. Meresapi hatinya yang begitu remuk kala fakta kembali menamparnya tentang ia dan Krist.

Saat pintu Lift perlahan-lahan tertutup, sesungguhnya Singto ingin sekali berlari dan langsung menerobos masuk, kemudian memeluk Krist sembari memberi ciuman brutal untuk menyalurkan semua rasa yang ia miliki sekarang untuk Sang Kekasih.

Tetapi gengsinya terlalu terbang jauh ke Angkasa yang pada akhirnya membuat Singto lagi-lagi mengucapkan kalimat terkutuk dan kemudian menyesal setelahnya. Perasaan yang melingkupinya saat ini begitu rumit perkara cinta buta atau kewarasan.

Harusnya ia bisa menerima apa adanya kalau cinta, tetapi sungguh memberatkan ketika tangan kekasihmu lah yang berlumuran darah manusia dan menjadi teror untuk masyarakat luas. Bagaimana caranya ia bisa memahami perbuatan sadis itu sebagai sebuah hal yang biasa? Itu sama saja dengan menyepelakan banyak nyawa yang telah hilang.

Langkah Singto gontai menuju mobilnya lagi, ia bahkan tak sanggup untuk kembali ke Unitnya karena Krist ada di tempat yang sama tetapi ia kesulitan dalam menjangkau pria itu. Singto hanya bisa menelungkupkan kepalanya di atas kemudi mobil karena terlalu lelah berpikir banyak hal.

Sampai ponselnya tiba-tiba saja bergetar dan menampilkan sebuah nama yang tertera pada layarnya. Jantung Singto mendadak seperti kehilangan detaknya, tetapi ia juga penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh si penelepon.

Singto segera mengatur nafasnya sebelum menjawab panggilan agar lebih relaks, kemudian ia menggeser layar ponsel dan menempelkannya pada telinga.

"Ya..."

"Ayo bercinta sekali lagi denganku, setelah itu kita bisa saling melepaskan"

Sesuai janji manis Teteh, untuk lebih sering menengok ke cerita ini, jadi ayok ramaikan dan kita ketemu di Part penuh dengan hasrat membara.

Vote dan komen harus tembus 3 milyar, lanjut chapter desah-desahan mengandung kenikmatan😛

Bye Maksimal

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IronyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang