Vanished

833 177 11
                                    

Sudah sepuluh hari Singto mendatangi Takohachi untuk segera meresmikan status kesingle-annya yang sudah berabad-abad ini dengan cara bertemu si manis manja, tetapi tak satupun hari dimana keberuntungan memihak padanya. Si manis manja seolah menghilang bak ditelan kelamnya malam seperti saat ini, dua jam sudah ia duduk menjadi anak baik tanpa sekalipun mengalihkan perhatiannya yang terus saja menatap pintu dekat kasir tetapi selalu tertutup rapat. Singto mulai frustasi jika tidak mengingat siapa yang akan ia dapatkan kelak, ia akan lebih memilih untuk pulang saja dan menenggelamkan lagi dirinya pada tulisan, tetapi saat senyum si manis manja berseliweran tak tahu aturan di kepalanya, Singto kembali membara meski terkadang ia juga merasa putus asa.

Sebuah ketukan Singto rasakan dimeja yang sedang ia tiduri. Singto yang mulai lelah karena tak juga bertemu Krist, memutar kepala dengan malas karena ekspektasi tingginya kini terjun bebas. Dan benar saja, lagi dan lagi bukan Krist yang menghampirinya kali ini, tetapi Ron, si pria penggemar seorang Barbarian seperti sahabatnya.

"Kedai kami sebentar lagi akan tutup, kau tidak ada niat untuk pulang?" Ron tak lagi berbicara dengan nada sopan seperti sebelumnya karena si pria aneh di depannya ini hampir setiap hari datang dan berdiam di kedainya hingga menjelang tutup. Jika bukan karena dia pelanggan setia, Ron sudah sejak beberapa hari lalu ingin mengusirnya saja.

"Aku ingin bertemu Krist" Ucap Singto pada akhirnya.

Kening Ron berkerut dalam, jika diingat lagi pria di depannya ini tak pernah absen datang ke kedai sejak satu minggu atau bahkan lebih. Tetapi Ron tidak pernah bertanya apa alasan Singto terus saja beredar, dan sekarang ia mulai mendapat titik terang.

"Kau ingin bertemu sepupuku?" Tanya Ron.

Singto mengangguk lemah karena tenaganya sudah terkuras habis "Tetapi aku tak pernah melihatnya lebih dari satu minggu ini"

"Tentu saja dia tak terlihat" Ron menduduki satu kursi kosong di depan Singto "Jadi kau terus-menerus datang ke tempat ini untuk menemuinya?"

"Iya"

Sebuah hembusan nafas kasar keluar dari bibir Ron "Kenapa tidak bertanya? Kau melakukan hal yang sia-sia selama ini"

"Maksudmu?"

"Krist sudah hampir sepuluh hari memang tidak datang ke kedai, dia pergi ke China untuk mengambil ijazah pendidikan terakhirnya, ia baru akan pulang ke Bangkok lusa itupun kalau dia sudah tak betah disana"

Tubuh Singto tiba-tiba seperti jelly, ia merasa sangat bodoh karena sudah berhari-hari melakukan patroli di Takohachi, sementara targetnya justru sedang berada dibelahan bumi lain. Singto pikir semua akan terasa sangat mudah ketika ia telah menemukan kembali gairah hatinya, seringnya bertemu dengan si manis manja tanpa disengaja seolah bak signal jika mereka memang jodoh yang telah diarahkan oleh Dewa Cinta, tetapi Singto menjadi tersadarkan jika hal kecil saja membutuhkan usaha, apalagi jika ia ingin mendapatkan ciptaan semesta yang istimewa itu.

"Kalau begitu aku pulang saja" Ucap Singto lemah.

"Kau memang harus segera angkat kaki dude, ini tempat makan bukan hotel yang bisa kau tinggali"

Singto melirik Ron dengan tatapan sengit "Apa kau sangat tidak menyukaiku?"

"Tentu saja tidak, aku tidak ingin bersaing dengan saudaraku sendiri"

"Kau bilang apa tadi?" Tanya Singto dengan penuh keterkejutan, meski kalimat terakhir dari Ron diucapkan dengan sangat lemah, Singto yang kedua telinganya masih berfungsi dengan baik masih bisa mendengarnya.

"Aku hanya menggerutu saja, bukan hal penting, sudah sana pulang, aku dan seluruh karyawanku akan mengadakan evaluasi dan yang tidak berkepentingan dilarang berada di area ini" Usir Ron pada tamu gilanya.

"Satu pertanyaan lagi"

"Apa?"

"Bisakah mau menghubungiku saat Krist sudah kembali ke Bangkok?"

"Tidak"

"Kenapa?"

"Karena kita bukan teman dan aku tak ingin bersekutu denganmu perihal urusanmu dengan Krist Perawat" Tegas Ron.

"Aku akan membantumu juga"

"Untuk urusan apa?"

"Meredith si Barbarian"

Ron menghela nafas berat, ternyata tak semudah itu menghadapi fans berat sepupunya ini. Ia sudah lelah menjaga kedai seharian penuh, tetapi masih harus mengeluarkan pikiran dan tenaga untuk membuat pria di depannya segera enyah.

"Dengarkan aku baik-baik ya karena aku hanya akan berbicara satu kali saja" Ron memandang Singto dengan intense "Apapun masalahmu dengan sepupuku, itu bukan urusanku dan bagaimana aku dengan sahabatmu itu, juga bukan hal yang bisa kau pakai untuk membangun kerja sama dengaku, apa kau paham?"

"Ron tidak asik" Cibir Singto.

"Maka segeralah enyah dari hadapan pria yang tidak asik ini"

Singto tak lagi mampu berkata-kata karena dia sudah jelas diusir, ia melangkah dengan gontai keluar dari Takohachi dengan kondisi hati yang patah jadi banyak. Si manis manjanya sungguh membuat frustasi jiwa dan raga. Tiba-tiba menghilang tidak jelas disaat paling crusial seperti sekarang. Harusnya status mereka sudah berubah dan saat ini sedang menikmati indahnya dunia yang penuh kasih.


Ahhh sudah lama tidak menyapa kalean lewat postingan si manis manja dan si surga dunia.

Apa? Kalean lupa ceritanya? Ya baca dari awal lah Hamba Bucheen, jangan sungkan-sungkan begitu ah.

Oh hiya, sebelum ada yang nanya kenapa chapternya sedikit, teteh akan jawab karena emang konsepnya begitu🤣

Cuss ya komen dan like untuk memberi energi positif si mantan pakboi yang lagi rungsing karena ditinggal kaboorr sama manis manjanya...

Udah ya bye dulu, teteh mau makan bakso sama akang gendang.

*Semesta Bucheen Peraya*

IronyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang