Bab 1 Mimpi

194 6 12
                                    

Ia melihat seorang anak menangis dalam ruangan yang sempit. Berkali-kali ia melihat gambaran ini. Setiap kali melihatnya, terasa pilu dan menyedihkan, isak tangis yang didengarnya sangat menggetarkan hati. Entah apa yang berusaha diperlihatkan, berapa kalipun ia melihat sosok anak kecil itu, tak ada yang membuatnya mengetahui, apa sebab ia ada dalam mimpinya.

Satu hal yang Arsa pahami dari mimpinya itu, sang anak sedang menderita. Sangat menderita. Ia seperti sedang meminta pertolongan melalui tangisnya, seolah mengatakan betapa sakit hidupnya. Lewat tangisnya pula, ia seolah berusaha mengeluarkan semua keluh kesahnya. Tapi hal ini tak membuat Arsa Arnawama, anak tunggal konglomerat Bhadra Clearesta dan istrinya Adara Bernessa, merasa sedih. Menangis seolah mitos bagi Arsa. Dalam hidupnya, Arsa tidak pernah menangis, tak peduli seberapa terlukanya ia. Terkadang ia merasa penasaran apa air mata itu nyata, tapi selama hidupnya juga, Arsa sudah melihat banyak orang di sekitarnya menangis, jadi Arsa merasa dirinya saja yang bermasalah.

Tiap bangun pagi hingga tidur lagi, yang Arsa rasakan hanya kehampaan. Arsa memang menjalani kehidupannya dengan baik, sangat baik bahkan. Namun apa yang ia rasakan hanya sekedar menggerakan tubuhnya untuk menjalankan semua tugas. Makan ketika istirahat dan pulang ke rumah setelah kuliah selesai. Sekarang Arsa sedang menjalani kehidupan kampusnya. Tapi selama hidupnya tak ada rasa kehidupan yang berarti. Semuanaya sama. Setelah ia mengalami kecelakaan itu.

Ya, kecelakaan. Tabrak lari ketika Arsa menyebrang jalan. Arsa dilarikan ke rumah sakit oleh orang yang kebetulan lewat jalan itu. Ketika ditemukan, darah Arsa sudah mengotori pakaiannya. Darah terus keluar lewat luka terbuka di kepala Arsa, tak henti mengalir hingga darahnya menutupi kening kiri Arsa, menghalangi tanda lahir yang ia miliki. Tubuh yang hampir kaku itu terselamatkan berkat pertolongan pertama yang tepat. Untunglah orang yang menemukannya adalah seorang perawat, pertolongannya sangat membantu. Mungkin keberuntungan adalah karunia milik Arsa.

Terlahir sebagai anak konglomerat, memiliki paras yang tampan, walau ia masih anak-anak, seorang Ibu yang sangat menyayanginya, meski sang Ayah selalu keras padanya. Tapi Arsa mengerti semua yang Ayahnya lakukan, sebab ia adalah satu-satunya orang yang akan menggantikan Ayahnya nanti. Tumbuh di rumah mewah, mendapat perlakuan istimewa, memiliki barang-barang spesial, menjadi orang yang selalu dilayani, tak membuat Arsa bangga atau bahkan bahagia karenanya. Hanya satu alasan ia bisa bertahan dengan kehidupannya, itu  adalah seorang Ibu yang tulus mencintai dirinya seutuhnya.

Selalu ada hitam di balik putih, tak ada yang sempurna di dunia ini. Setelah mengalami kecelakaan, Arsa koma 2 minggu di rumah sakit dan ketika ia sadar, ia lupa siapa dirinya. Arsa lupa semua bahagia dan luka yang ia dapat. Ia lupa alasannya bisa bertahan selama ini. Arsa seolah memulai kehidupan baru dengan dirinya yang baru. Melupakan dirinya yang lalu, yang selalu tersenyum apa pun yang terjadi.

GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang