SASHI
"Jadi, dengan berat hati, pihak sekolah ingin menyampaikan bahwa Yura dan Raka harus mendapatkan sanksi berupa skorsing selama 7 hari ke depan. Dari pihak sekolah memutuskan bahwa ini adalah keputusan yang terbaik dan adil untuk kedua belah pihak. Mengingat keduanya, ternyata juga sama-sama bersalah dalam masalah ini." Jelas pak Gatot pada Yudhis dan bu Ema.
Yap, aku ingat namanya, Yudhistira. Ini rekor buat ku pribadi karena dengan mudah bisa mengingat nama seseorang bahkan ketika kami hanya bertemu satu kali. Dua kali hari ini deh, kalau dihitung dengan hari ini.
Biasanya, aku agak kesusahan mengingat nama-nama orang yang hanya sekali atau dua kali bertemu. Dan baru akan mudah mengingat nama mereka, jika sudah berinteraksi secara langsung minimal tiga kali. Aneh ya? Haha, aku sendiri pun juga bingung.
Aku bertemu dengan Yudhis, ketika aku saat itu sedang melamun di taman hotel. Tempat dimana resepsi pernikahan Evan di gelar. Aku mengingat namanya karena di kali pertama kami bertemu, dia langsung menawarkan diri untuk mengantarkan ku sampai ke parkiran mobil.
Lucu kalau di ingat-ingat.
Meskipun saat itu cukup gelap, tapi aku masih bisa mengingat wajahnya dengan jelas. Apalagi dia memiliki bentuk wajah yang khas. Sepertinya dia memiliki garis keturunan Tionghoa, atau mungkin keturunan Jepang atau Korea? Karena, jujur saja, matanya sedikit sipit. Sedikiiiiiit banget, tapi cukup menjelaskan bahwa dia memiliki garis keturunan dari negara lain. Dan aku pun juga baru sadar, kalau matanya mirip banget dengan Yura.
Agak kaget ketika aku mengetahui bahwa Yudhis adalah kakak kandung dari Yura. KANDUNG SAUDARA-SAUDARA. Sinta juga cukup terkejut tadi, ketika aku menyapa Yudhis. Dan yang paling mengejutkannya lagi untukku adalah fakta bahwa Leo—tunangan Sinta—adalah sahabat baiknya Yudhis.
Kayaknya dunia emang beneran sempit deh, gak seluas yang dijabarkan di Wikipedia.
"Sekali lagi saya mohon maaf, terutama pada bu Ema dan Raka atas perbuatan adik saya. Saya pastikan kejadian ini tidak akan terulang." Ucap Yudhis meyakinkan.
Pertemuan kedua belah pihak, antara orangtua Raka dan Yura berlangsung selama kurang lebih dua jam. Pertemuan itu usai tepat saat adzan dzuhur berkumandang dari masjid sekolah.
Kami semua, keluar dari ruang BK dengan suasana hati serta kondisi emosional yang lebih baik. Bu Ema juga sudah mau tersenyum, enggak marah-marah seperti kemarin. Beliau pun menyalamiku, pak Gatot, Yudhis dan yang terakhir Yura. Yura akhirnya mau meminta maaf dan menjelaskan alasan apa yang membuatnya menonjok Raka saat itu.
Yura bilang, Raka memang kerap kali menjahilinya ketika sedang duduk di kantin seorang diri. Awalnya hanya ledekan-ledekan yang Yura sendiri pun tak mau menggubris sama sekali.
Namun, di hari itu, Yura menceritakan bahwa kejahilan Raka sudah melewati ambang batas kesabarannya. Raka dengan sengaja menjegal kaki Yura yang sedang berjalan. Hingga ia jatuh tersungkur ke lantai. Membuat dengkulnya sedikit lebam dan tangannya terluka. Aku pun baru menyadari ada goresan luka di tangan kiri Yura. Goresannya agak samar, maka wajar saja jika mata awam gak akan bisa melihat luka itu dengan jelas.
"Maafkan Raka ya Yura," kata bu Ema sambil mengusap ujung kepala Yura dengan lembut.
"Iya tante. Saya juga, minta maaf. Raka, gue minta maaf," balas Yura sambil melirik ke arah Raka yang berdiri di samping ibunya.
Bu Ema dan Raka pamit pulang lebih dulu. Sementara Yudhis, dia mengatakan kalau dia akan sholat dzuhur lebih dulu sebelum pulang. Sementara Yura, ia masih mengambil tasnya di kelas. Yudhis mewanti-wanti padaku agar nanti bersedia menunggunya, sebelum pulang. Aku mengiyakan, dan mengatakan akan menunggunya di halaman depan sekolah, dimana Yudhis memarkirkan mobilnya di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Above The Time
Ficción General[ON GOING] Setelah menjalani LDR (Long Distance Relationship) selama dua tahun, Sashikirana, harus menelan pil pahit atas penantiannya selama ini. Kepulangan sang kekasih ke tanah air, bukanlah untuk kembali menemuinya dan mengajaknya untuk menaikka...