Enam Belas

2.4K 385 11
                                    

SASHI

"Happy wedding ya Ciiiin. Semoga langgeng sama Leo sampai kakek nenek," ucapku ketika aku sudah berdiri di atas pelaminan.

Shinta menatapku penuh haru kemudian memelukku erat,"Aamiin. Makasih ya Sas, lo salah satu penasihat hidup gue sampai akhirnya gue yakin untuk nikah sama Leo. Pokoknya lo sama Dewi berjasa atas berlangsungnya pernikahan gue, dan—" Shinta belum sampai menyelesaikan kalimatnya ketika ia melirik ke arah belakangku. Kemudian ia beralih menatapku dengan tatapan menuntut penjelasan. Aku hanya menjawab tatapannya dengan cengiran.

Hampir saja aku melupakan fakta bahwa aku datang dengan seseorang. Ya, seseorang yang nekad mengatakan bahwa dia akan menjemput sekaligus mengantarkan ku pulang nantinya. Awalnya aku ingin datang sendiri, dan bertemu dengan yang lainnya sesampainya di lokasi.

Yudhis, sambil tersenyum simpul bergantian menyalami Shinta dan Leo.

"Happy wedding for both of you. Akhirnya, ya Yo, gol juga lo ntar malam!" Celetuk Yudhis, membuat Leo memukulnya dengan geram.

"Cangkem you!" Umpat Leo, yang dibalas senyum meledek oleh Yudhis.

Kami hanya sempat mengucapkan selamat kepada mereka berdua sebelum turun dari pelaminan. Saat aku hendak melangkahkan kaki ke tempat lain, Yudhis menahan lenganku. Membuatku otomatis menoleh ke arahnya.

"Kemana?" tanyanya.

"Nyariin teman-teman yang lain,"

"Gak ngajak aku?"

"Mau ikut?"

Yudhis mengangguk. Aku menghela nafas panjang. Padahal dia bisa saja langsung mengekor di belakangku. Bahkan seharusnya sih, dia yang lebih banyak bertemu teman-temannya disini. Secara, dia dan Leo adalah sahabat dekat, pasti circle pertemanan mereka juga gak beda-beda banget kan?

Mataku mengedar, mengamati sekeliling ruangan. Namun, pandangan ku tak juga menemukan gerombolan tamu dari guru-guru SMA. Dewi bilang, jam di undangan kita sama. Tapi sudah hampir setengah jam aku disini, mereka tak kunjung tampak batang hidungnya.

"Teman-teman kamu mana sih?"

Aku mengedikkan bahu,"Harusnya sih udah datang."

"Gimana kalau kita makan dulu?"

Yudhis mengajakku—lebih tepatnya langsung menarik tanganku—ke salah satu meja bundar berwarna putih dengan empat kursi di sekelilingnya. Ia lalu pamit mengambilkan makanan untuk kami berdua. Tak lama kemudian, ia datang dengan membawa satu piring berisikan puding cokelat dan satu piringnya lagi berisi salad buah.

"Salad or puding?" Tawarnya padaku.

Pengennya sih dua-duanya. Tapi, masa bilang gitu. Kan malu...

"Dua-duanya? It's okay, this is for you." Yudhis meletakkan kedua piring itu tepat di hadapanku.

"No no. Saya bisa ambil sendiri kok. Saya minta tolong dulu sama kamu buat jagain tas saya aja—"

Yudhis menggelengkan kepalanya sambil mendudukkan aku kembali ke kursi, ketika aku hendak berdiri.

"Just sit down, dan aku bakal ambil makananku sendiri. Okay?"

Above The Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang