Sesampainya di rumah Qila langsung menaruh motor nya di garasi rumah saat masuk ke rumah Qila melihat ayah nya. yang sedang mengobrol riang dengan bila sesekali mereka tertawa hal seperti itu sudah biasa Qila lihat.
"Aku juga ingin di perhatikan oleh ayah, kenapa ayah tak pernah peduli pada ku?" Gumam Qila dalam hati, menahan sakit yang ada di hatinya.
"Dari mana aja kamu jam segini baru sampai rumah!"tanya Alfa selaku ayah Qila.
"Tadi di jalan macet yah jadi Qila pulang telat" jawab Qila menundukkan kepalanya.
"Bohong, pasti kamu nongkrong dulu kan sama temen-temen kamu yang gak jelas itu" tuduh Alfa, ia tak percaya pada Qila.
"Seterah ayah mau percaya atau enggak toh kalo Qila jujur ayah juga gak akan percaya kan!"ucap Qila datar. ia tahu ayah nya Takan pernah percaya sekalipun iya berkata jujur.
Plak...
"Dasar anak kurang ajar, seharusnya kamu bersyukur karena saya masih menampung kamu di rumah saya!, Kalo bukan karna istri saya mungkin kamu sudah saya buang!" Tegas Alfa tak bisa mengontrol emosi nya.
"KENAPA YAH KENAPA, KENAPA AYAH SELALU MEMBANDINGKAN QILA DENGAN BILA! QILA JUGA INGIN DI PERHATIN SAMA AYAH TAPI KENAPA AYAH SELALU MENYAKITI QILA!" teriak Qila, sambil memegang pipi nya yang terasa perih akibat di tampar oleh ayah nya.
"KAMU SAMA BILA ITU BEDA DIA TAK PERNAH MEMBANTAH, DAN SELALU MEMBANGGAKAN SAYA GAK SEPERTI KAMU QILA YANG SELALU BUAT ONAR DI SEKOLAH KELUAR MASUK RUANG BK KAMU HANYA BIKIN SAYA MALU.!!" teriak Alfa takalah kencang nya dengan suara Qila.
"Udah yah kasihan ka Qila baru pulang, sabar yah jangan emosi bila yakin ka Qila pasti bisa membanggakan ayah nanti" sahut bila menenangkan ayah nya.
"Gak usah sok peduli Lo sama gue!, gue gak butuh pembelaan atau belas kasihan dari lo!" Tegas Qila menujuk kearah bila dengan muka yang menahan emosi. Bila bisa melihat dari mata Qila bahwa Qila sangat membenci dirinya
Qila langsung berlari ke atas menuju ke kamarnya sambil menagis, rasanya sakit banget saat dirinya selalu di banding-bandingkan oleh ayahnya.
Brak....
Qila membanting pintu kamarnya Qila duduk di belakan pintu Qila menangis perkataan ayahnya selalu terbayang di dalam pikirannya
"Lebih baik gue keluar dari rumah ini!" Qila langsung mengambil koper besar milik nya dan memasukan semua barang-barangnya kedalam koper besar itu.
"Huff akhirnya kelar juga sekarang gue mandi abis itu pergi deh ke rumah baru gue" .
30 menit kemudian Qila keluar dari kamar mandi dengan menggunakan switter, celana jeans robek robek, rambut yang di copol asal Qila berjalan ke arah tempat riasnya.
"Kalo di sini gak ada yang peduli setidaknya di luar sana banyak yang peduli sama gue" Qila berjala menuju rak sepatu Qila memakai sepatu yang biasa ia gunakan untuk pergi. setelah itu Qila mengabil kopernya dan tas sekolah nya.
~~~~
Setelah sampai di bawah Qila melihat bunda nya yang sedang memasak didapur Qila menghampiri sang bunda untuk berpamitan."Bunda"panggil Qila hati-hati.
"Iya Qila, kenapa sayang"jawab Dian melihat sekilas kearah Qila.
"Qila sayang kamu mau kemana, kenapa bawa koper segala?"tanya Dian memberhentikan aktifitas memasaknya, menatap wajah Qila.
"Qila pamit ya Bun, bunda jaga diri baik-baik di sini, Qila udah gak tahan Bun tinggal di sini, ayah tak menginginkan Qila di rumah Bun," ujar Qila memeluk Dian sebagai tanda perpisahan.
"Hey! kamu gak boleh pergi dari rumah ini bunda sayang sama kamu kamu jangan tinggalin bunda ya" Dian melepaskan pelukan itu. "sekarang kita beresin lagi yuk barang-barangnya kedalam lemari" ajak Dian menarik koper milik Qila tapi di cegah oleh Qila.
"Bun STOP!"teriak Qila merebut kembali kopernya." Qila minta maaf Qila gak bisa tinggal di sini lagi, ayah gak menginginkan Qila ada di rumah ini" lanjut Qila memegang tangan dian.
"ENGGA,QILA GAK BOLEH PERGI KEMANA MANA!"tegas Dian menghapus air mata nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang CEO Muda
Fiksi RemajaPlak. Bruk. "Dasar anak gak tau diri pergi kamu dari rumah saya!! Gak Sudi saya punya anak pembunuh kaya kamu!!" Bentak pria paruh baya menatap murka terhadap anak perempuan yang terduduk di lantai. "Mulai besok kamu tinggal dirumah oma yang berada...