Bagian 10

222 14 1
                                    


Sejujurnya aku takut...
Sejujurnya aku ragu...
Namun, cinta selalu menemukan jalannya
Walau harus terjal, berbatu dan curam sekalipun
Cinta...
Iya akan datang sekehendak hatinya tanpa mampu kau halangi
Pun pergi sesuka hatinya tanpa bisa kau tahan...
Dia tak berotak, namun selalu mendapatkan jalan untuk mempertemukan dan mempersatukan...
Sungguh, aku cinta kamu

***

Sungguh pemandangan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Bahkan aku mengira pemandangan seperti ini hanya dapat kulihat di film-film yang biasa di putar di televisi.
Aku sungguh masih terkagum-kagum, hingga tarikan pelan tangan Dede membawaku mendekat ke sebuah berugaq¹.

"Kamu kok bengong gitu Sun?"  Tanya Dede menyadarkanku.
"Pemandangannya bagus sekali Moon, kayak mimpi rasanya bisa di sini,"  jawabku.
"Kamu nggak mimpi kok sayang,"  ujar Dede.
"Luka kamu masih sakit?"  tanyaku sembari memegang kedua Pipi Dede yang masih mengeluarkan Darah. Sehingga Dede meringis.
"Aku kompres ya Moon,"  kataku.

Dede duduk berhadapan denganku, lantas aku membersihkan darah di pipi Dede.
Dia masih saja terus meringis aku agak kasihan juga sebenarnya tapi aku takutnya nanti kalau tidak di bersihkan bisa infeksi. Untung saja aku tak pernah lupa membawa kotak P3K di dalam tas, ternyata ada gunanya juga P3K yang selalu kubawa dan memenuhi tasku ini. Sebenarnya yang selalu mewantiku untuk membawa kotak P3K adalah ibu untuk berjaga-jaga kata beliau.
Hari sudah agak siang dan matahari sudah mulai menyengat kulit, Saat Dayu menelepon ke nomorku. Dede sedang tertidur dengan pulasnya di pangkuanku, ku angkat telepon dari Dayu.
"Halo Yu,"  Bukaku.
"Safa kamu di mana kok ndak masuk sekolah, tadi aku telepon ke rumah ndak ada yang angkat,"  Kata Dayu.
"Jangan telepon ke rumah Yu Pliiis, tadi aku udah sampe gerbang tapi sudah di kunci gerbangnya, jadi aku lolos deh,"
"Terus sekarang kamu di mana ?"
"eeh kamu tau nggak, tadi Ryan liat Dede di gebukin sama Rio dan teman-temannya, di jalan sepi setelah lampu stopan itu,"  ucap Dayu.
Mendengar aku berbicara sendiri membuat Dede tebangun dan menanyaiku.
"Kamu teleponan sama siapa Sun?"  Tanya Dede.
"Dayu,"  jawabku singkat.
"Siapa itu Fa, kamu lagi sama Dede ya ? di mana ?"  Tanya Dayu borongan.
"Iya ini aku lagi sama Dede di bukit, pemandangannya keren banget Yu sumpah keren," kataku bersemangat.
"wah kalian ini modus aku bilangin ke Ortu kalian ntar yah,"  ancam Dayu bercanda.
"Sing dadi kenten Yu²," Kata Dede merebut HPku. Dayu di seberang sana tertawa, karena berhasil mengerjai Dede.
"yooq Jii angkaq ye Kedeq jeleme Ki, Ewer gatii Ibae³," Kata Dede ngomel.
"Ngeh Pun gurune pun teke ki⁴," kata Dayu
"Inget Yu jangan bilangin Kita," kataku.
"Iya Geg Safa,"  Kata Dayu mengakhiri.

Aku mematikan telepon dari Dayu, kemudian membuka Plastik besar berisi makanan yang ku beli tadi. Aku membangunkan Dede agar dia tidak tidur-tiduran saja dan ikut makan bersamaku.
Tapi memang dasar keras kepala dia tidak mau bangun, dia terus saja kubujuk namun tetap tak mau.
"Ya sudah kalau tidak mau, ya ndak usah," kataku pura-pura ngambek.
"Iya deh iya tapi aku maunya di suapi," katanya manja.
"Ndak ah dasar manja,"
"Ya sudah kalau tidak mau ya aku tidak usah makan," katanya membalas.
"Ye ndak kreatif, copy paste aja bisanya. ya udah deh sini aku suapi," kataku.
Dia benar-benar minta di suapi seperti anak kecil, aku baru kali ini menyuapi seorang Cowok. Ya Allah, mengapa ada rasa bahagia disini di tempat ini bersamanya. Ada rasa nyaman yang baru kali ini kurasakan senyaman ini dan tak ingin berpisah. Rasa aman yang muncul hanya saat berada dekat dengannya. Saat akan menyuapinya lagi handphonenya berbunyi. Terdengar suara pria di seberang sana berbicara dengan menggunakan bahasa Bali-Lombok yang tak ku mengerti.

Aku memandangi Dede yang sedang menerima telepon entah dari siapa. Semua rasa ini bercampur menjadi satu. Namun lambat-lambat ku perhatikan dan ku dengar ucapannya yang memang tak ku mengerti entah apa yang mereka bahas aku tak tahu. Ada rasa khawatir yang kini mulai timbul, bukan rasa khawatir akan Dede tapi rasa Khawatir yang timbul karena hubungan kami. Hubungan yang mungkin tak seharusnya terjalin, hubungan dengan tembok tebal lebih tebal dari tembok Cina sebagai penghalangnya. Entah mengapa aku tiba-tiba memikirkan itu.
‘ Ya Allah apakah aku salah memiliki perasaan ini ?  tanyaku dalam hati.
‘ Ya Allah bukankah rasa cinta ini datang dari Engkau ?  Tanyaku lagi.

Dede tiba-tiba memegang kedua jemariku, saat pandanganku masih tertuju kepadanya. Aku memandang ke arahnya tapi fikiranku entah kemana bermuaranya.
"Sun Kamu kenapa Kok Diam saja ? ngelamunin apa sayang ?"  Tanya Dede.
"Ndak ada Moon," jawabku berbohong.
"Jujur," Tuntutnya.
"Ndak ada sayang aku Cuma lagi liatin pemandangan itu,"  Kataku semakin berbohong.
Sebelum pulang kami berfoto-foto selayaknya sepasang kekasih. Kami berfoto dengan berbagai macam gaya dan pose. Mulai dari sendiri hingga berdua, kami berfoto dengan bermacam-macam latar. Dede mengarahkanku seperti seorang fotografer sedang mengarahkan modelnya. Dia pandai mengatur dan memilih setting yang bagus. Kami terus berfoto sambil tertawa-tawa.

***

¹Berugaq merupakan sebuah bangunan sejenis gazebo berbahan kayu. Ada yang bertiang empat yang dikenal masyarakat dengan istilah Sekepat, dan ada pula yang bertiang enam dikenal dengan istilah Sekenem. Berugaq biasanya beratapkan Daun Nyuh (Daun Kelapa) dan ada juga yang beratap Daun Re (Daun Ilalang).

²Jangan begitu, yu

³lah kenapa ni anak, iseng banget ni anak

⁴Yaudah, gurunya udah dateng ni

***

Minta saran dan kritiknya ya 😊
Kalau ada bahasa yang salah atau kurang tepat mohon maaf dan silahkan di komen supaya bisa di revisi 🙏🏻

**Untuk update di usahakan setiap Hari Sabtu atau Minggu, jadi tolong bantu suportnya ya Guys. Terimakasih 😊

***

Maaf telat update, kendala sesuatu dan lain hal wkwk

Follow IG di @b.ebyy__

Cinta diantara tembok Masjid dan PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang