Bagian 6

312 17 4
                                    

Aku mencintaimu dengan rasa...
Aku mencintaimu dengan hati...
Yang kemudian ku tunjukan dengan ketulusanku...
Aku tak pintar berkata,
Apalagi merangkai kata bak untaian bunga...
Tapi hal yang harus kau tau,
Di hati ini, ada

***

Pagi ini aku merasa lebih bersemangat, entah kenapa karena tidak seperti biasanya aku seperti ini, mungkin Karena hari ini aku akan tampil untuk yang pertama kalinya di hadapan orang-orang satu sekolah untuk menampilkan kebolehanku dan kedua sahabatku yaitu Dayu dan Tery. Aku, Tery dan Dayu bersiap-siap karena sebentar lagi adalah giliran kami untuk tampil. Saat aku akan keluar dari kamar mandi aku terkejut karena di kursi tamu ada Rio dan cewek itu. kok bisa Rio ada di sini ?  tanyaku dalam hati. Setahuku dia bukanlah anggota Osis atau anggota organisasi yang lain tapi kenapa dia bisa berada di sini ?. Aku tak mau ambil pusing hanya karena keberadaan Rio, aku harus tetap tampil anggap aja dia ndak ada, cowok kayak gitu. Aku berlalu saat dia melihatku, aku pura-pura tidak mengetahui keberadaannya. Hingga saat aku tampil aku merasa dia seakan tak pernah berhenti melihat kearahku karena aku yakin dia tidak pernah melihat aku menari. Sementara itu Dede seakan terlihat serius Memotret aksi kami di atas panggung. Saat aku mendengar suara tepuk tangan yang sangat ramai aku merasa sedikit berbahagia karena ternyata latihan kami bertiga tidak sia-sia. Saat kami tiba di belakang panggung kami di sambut oleh Dede, Ryan dan Iwan.

"wah kalian tadi keren banget,"  puji iwan.
"Suksmee Wan,"  Dayu berterima kasih.
"Ternyata lebih bagus pas kalian tampil dari pada pas latihannya," Ryan turut memuji.
"Wah Ryan ndak ngajak-ngajak nih liat mereka latihan," kata iwan.
"Aku aja Cuma ngeliat mereka latihan 2 kali kok, tuh Dede yang tetep ngeliat mereka latihan," kata Ryan.
"Kalian apaan sih kok latihannya kami kalian ributin yang penting kan pas tampilnya," Celoteh Tery.
"Iya sih memang, tapi asli selama liat kalian latihan sampai pas tampil ini kalian TOP BANGET," puji Dede sambil matanya tak berkedip ke arahku.

Mereka terus saja memuji kami, namun aku hanya tak dapat melupakan tatapan Dede tadi. Aku seakan bisu karenanya. Apakah secepat ini aku bisa menghapus Rio dari hatiku, ataukah memang sebenarnya aku tak pernah memiliki perasaan yang utuh untuknya ? entahlah akupun tak tau. Kulihat para guru sudah mulai meninggalkan kursi saat Dede menaiki Panggung. Dede memangku gitarnya setelah menduduki kursi yang sudah di sediakan di atas panggung.

"Lagu ini aku persembahkan buat kalian dan Khususnya untuk gadis cantik di sebelah sana yang tadi sudah menghibur kita dengan tariannya," buka Dede sambil menunjuk ke arahku dan itu sontak membuat semua mata tertuju kepadaku, tidak terkecuali Rio dan juga Gadisnya.

Dede terlihat mengatur nafas dan memperbaiki posisi duduknya. Dia melihat kearahku sambil memilih posisi jemarinya di antara senar Gitar. Dede mulai memetik gitarnya, seketika itu aku merasa merinding mendengarnya. Padahal Dede belum saja menyanyikan lagu tapi aku sudah merasakan ketulusan dari petikan gitar tersebut.

Apa yang harus aku lakukan
Untuk membuat kau mencintaiku
Segala upaya tlah ku lakukan untukmu
Apa yang harus aku tunjukkan
Untuk membuat kau menyayangiku
Inilah aku yang memilih kau untukku
Karna aku mencintaimu..
Dan hatiku hanya untukmu
Tak akan menyerah dan takkan berhenti mencintaimu.
Ku berjuang dalam hidupku
Untuk selalu memilikimu
Seumur hidupku setulus hatiku hanya untukmu..
Karna aku mencintaimu
Hatiku hanya untukmu tak akan menyerah
Dan takkan berhenti mencintaimuwoooo ooohooo
(Seventeen - Untuk Mencintaimu)

Setelah mengakhiri lagunya, Dede mendapatkan tepuk tangan yang meriah sekali. Dede bernyanyi dengan amat tulus seperti sedang jatuh cinta. Memikirkan kemungkinan bahwa Dede jatuh cinta membuat dadaku seakan sesak dan tak ada rongga untuk bernafas. Tapi kenapa ? bukankah aku dan Dede hanyalah seorang teman, bukankah kami memang bersahabat ?.

Siang ini Aku, Dayu dan Tery akan merayakan penampilan pertama kami kemarin di salah satu kedai es krim favorit di kota kami. Setelah lama Aku dan Dayu menunggu akhirnya Tery datang juga, tapi dia tidak sendiri melainkan bersama Dede di sampingnya. Melihat kami Tery melambaikan tangannya sedangkan Dede hanya tersenyum simpul ke arah kami. Aku melihat Ryan juga setengah berlari di belakang mereka.
"Waduh kalian berdua juga ikut ya ?"  Tanya Dayu.
"Iya iwan juga bentar lagi nyusul," jawab Ryan.
"Kok dia juga ikut ?" Tanya Dayu lagi agak salah tingkah.
"Emangnya kenapa ? toh kan aku yang traktir," kata Dede.
"Waduh maaf ya tadi aku di panggil Bu Ratna," kata Iwan Tiba-tiba dengan nafas ngos-ngosan.
"Hmmm Ya udah Tery kamu sama aku, biar Dayu sama Iwan dan Safa sama Dede Oke ?"  Tanya Ryan.
"Aku sih setuju aja ndak tau yang lain," jawab Tery.
"Ndak ada pilihan lain ?" tanyaku.
"Ndak ada Fa,"  jawab Ryan.
"Ya udah kalo gitu tunggu apa lagi ?"  kata Dede mengakhiri.

Kamipun berangkat bersama-sama menuju kedai es Krim itu. Kami melaju beriringan dengan Ryan dan Tery paling depan aku dan Dede di tengah dan di belakang Iwan dan Dayu. Di tengah perjalanan muncullah keisengan dari para cowok ini. Mereka saling mendahului, balapan di jalan sampai Dayu dan juga Tery histeris karena mereka takut, sementara aku hanya diam bukan karena takut hanya saja aku menikmatinya. Aku menikmati saat seperti ini. Tak tau bagaimamana awalnya tiba-tiba saja aku sudah berpegangan pada pinggang Dede, bahkan kali ini aku memeluknya dengan erat.
"Kamu takut Fa ?" Tanya Dede tiba-tiba. Aku menggeleng dan mengencangkan pelukanku kepada Dede. Terlihat di spion Dede tersenyum melihatku.
"Fa kamu beneran ndak takut ? kok pegangannya erat banget ?" Tanya Dede lagi.
"Aku suka De, aku bukannya takut tapi aku menikmati Dede,"  kataku di telinga Dede.
"Menikmati apa Fa ?" Tanya Dede.
"Menikmati suasana," Kataku asal sambil nyengir, Dede tidak bertanya lebih lanjut.

Dede semakin bersemangat memacu motornya lebih kencang. Dia mendahului Ryan yang berada paling Depan. Sebentar lagi kami sampai di kedai tujuan, maka aku mengendorkan peganganku ke Dede, tapi Dede malah menggenggam Jemari tanganku aku terkejut tapi aku cepat-cepat menguasai diri dan berlaku seolah tak ada apa-apa.

Kami menerima buku menu dari pelayan dan mulai memilih-milih Es krim dan toping apa yang kami inginkan. Satu persatu mulai memesan dan sekarang tinggal aku dan dede yang belum menentukan pilihan.
"Apa yaa," gumamku.
"Vanilla Blue Ocean with Chocolate Ice marine ya Mba, safa Apa ?"  pesan Dede
"Apa yah bingung nih aku pilih apa ya," gumamku lagi.
"2 aja ya mba, ya udah itu aja."

Dede seakan tau fikiranku, aku sebenarnya memang ingin memilih menu itu dari tadi hanya saja aku ingin memastikan apakah ada menu lain, menu baru misalnya. Dede semakin lama seakan semakin tau isi fikiranku dan semakin mengenalku dengan Baik.

***

Minta saran dan kritiknya ya 😊
Kalau ada bahasa yang salah atau kurang tepat mohon maaf dan silahkan di komen supaya bisa di revisi 🙏🏻

**Untuk update di usahakan setiap Hari Sabtu atau Minggu, jadi tolong bantu suportnya ya Guys. Terimakasih 😊

Cinta diantara tembok Masjid dan PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang