Bagian 17

154 12 3
                                    

Aku tersenyum hanya karena melihatmu...
Aku bahagia bahkan hanya karena senyummu...
Sesederhana itu au mencintaimu...
Namun percayalah dengan kesederhanaan cintaku ini aku ingin menyempurnakan kisah kita...
Kisah yang bahkan tanpa sadar kita mulai...
Kisah yang seharusnya tak pernah ada untuk kita jalani dan rasakan...
Sungguh aku mencintaimu...
Tapi aku sadar, Tuhan tak ingin kamu menjauhi-Nya...

****

Tak sabar rasanya melihat Safa menari. Aku mempersiapkan Handicam yang akan aku gunakan untuk merekam Safa menari. Aku akan merekam tanpa sepengetahuannya Nanti. Aku sedang memeriksa Handicam Saat Ryan tiba-tiba memasuki kamarku.

"Woy De, kenapa Handicamnya ?"

"Ndak kenapa-kenapa."

"Bohong padahal lagi di setting buat nge record Safa nari nanti kan ?"

"Ih sok tau nih."

"Ngaku aja udah."

"Eh Bang kok aku ndak pernah lihat Abang ke Merajan ?"

"Hmmm Masa ?"

"Iya."

"Aku sembayang kok, tapi ndak di rumah."

"Di mana ?" tanyaku penasaran.

"Besok kapan-kapan aku ajak kesana ya."

"Sekarang aja."

"Liat jam udah jam 6.45, aku udah kesana dari tadi sebelum matahari terbit."

"Haah ?" Tanyaku bingung.

"Udah ayoq berangkat sekolah. Aku nebeng kamu lagi, males bawa motor aku," kata Ryan menyeretku.

Aku langsung memasukan Handicam dan Cameraku kedalam Tas, karena aku tak hanya ingin mengabadikan penampilan Safa melalui Handicam melainkan juga dengan Foto. Akan tetapi Foto aku ambil sendiri, karena aku ingin mengabadikan Foto dengan pengelihatanku sendiri.

***

Dia benar-benar indah, dia menari dengan lincah. Aku yakin tak pernah ada yang menyangka dia dapat menari sepandai itu, dia menarikan Tari Tradisional yang kemudian akan di tutup dengan Modern Dance. Terutama mantan kekasihnya yang sekarang sedang duduk terpaku dan ternganga melihat kepandaiannya menari, Safa memang selalu penuh kejutan. Aku tak pernah salah menilai Safa, dia memang seorang gadis yang serba bisa. Karena bahkan terkadang dia dapat mengerjakan pekerjaan laki-laki yang jarang dapat di lakukan perempuan lainnya. Aku semakin mengaguminya, entah sudah berapa kali aku melihatnya menari. Tapi aku tak pernah bosan melihat setiap gerakan yang diperagakannya.

Sesekali aku melihat kearah lelaki tak tau diri itu, dia tak pernah lepas memandang kearah Safa. Ulu hatiku terasa perih, mengingat Safa masih belum bisa sepenuhnya melupakan lelaki itu. Memikirkan kemungkinan bahwa dia akan mengambil Safa lagi membuat hatiku seakan diremas, dadaku tiba-tiba terasa sesak. Aku segera membuang jauh-jauh fikiran itu, karena sebentar lagi She will be Mine .

Tarian itu selesai, aku setengah berlari menuju belakang panggung. Di sana sudah ada Ryan dan Iwan. Aku memberi selamat kepada Three Angel itu. Kami bergantian memuji penampilan mereka. Karena penampilan mereka memang benar-benar cantik, secantik wajah mereka.

"Dede, setelah ini kamu tampil Ya," kata Mia, panitia acara mengagetkanku yang sedang asyik bercanda dengan Ryan dan iwan.

"Oke Mi, atur aja deh," kataku tersenyum kepada Mia, yang kemudian berlalu.

"Eh De, Mia kayaknya suka deh sama kamu," celetuk Iwan.

"Ah kamu ngawur aja sih," kataku.

"Iya beneran, dia pernah titip salam buat kamu di aku, tapi aku bilang suruh sampain sendiri."

Cinta diantara tembok Masjid dan PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang