Bagian 12

205 18 0
                                    

Andai aku dapat memilih
Tuhan
Aku tak ingin mencintainya
Aku tak ingin berpasangan dengan dia yang tak seharusnya ku dampingi
Dia yang tak semestinya memiliki hatiku

Tuhan
Jika ini cobaanmu
Mengapa engkau memberikan dia sebagai cobaanku
Dia yang kau ciptakan perbedaan besar antara kami
Namun kau berikan jalan di antara jarak ini
Kau hadirkan cinta di sana
Kau timbulkan perasaan tak terduga ini

Duh sang Pencipta
Mengapa kau hadirkan cinta diantara jurang pemisah
Cobaanmu kini terlalu berat GUSTI

Kini aku semakin tak mampu berdiri di atas kakiku sendiri
Aku mulai tak mampu melihat kedepan
Yang ku tau kini hanya duduk bersimpuh meminta dan menunggu petunjukmu
Aku percaya dan aku yakin kuasamu Tuhan

***

Pagi ini aku bersiap ke sekolah dengan malas-malasan, aku rasa sepertinya agak demam tapi aku paksakan diriku ke sekolah karena hari ini ada pelajaran Pak Killer. Sebenarnya sih guru ini tidak benar-benar Killer seperti julukannya, tapi mimic mukanya seperti orang judes aslinya sih beliau Lucu dan kocak Cuma beliau ini memang orangnya tegas maklum guru pelajaran kewarganegaraan.

Aku hendak menuju meja makan saat bel rumah berbunyi, karena Ibu tidak kelihatan maka aku memutuskan untuk membukakan pintu bagi tamu itu.

Siapa ya yang bertamu pagi-pagi gini, ndak sekolah atau kerja apa itu orang  keluhku dalam hati. Bel rumah berbunyi sekali lagi membuatku agak kesal juga.

"Ndak sabaran sekali sih," desisku hampir tak terdengar. Kemudian bel kembali berbunyi, sepertinya orang ini memang benar-benar orang yang tidak sabar.

"Iya tunggu sebentar," seruku dari dalam rumah dan bergegas membuka pintu. Aku tercengang saat membuka pintu menyadari yang bertamu adalah seorang lelaki dengan badan tegap,dia sejengkal lebih tinggi dari aku, penampilan cool  khas pemuda zaman sekarang, kulit tidak terlalu gelap dan senyum yang manis bagaikan madu.

"Kak Egiiii!" Pekikku seraya memeluk pemuda itu.

"Kak Egi kok tumben datengnya pagi-pagi gini, ayoq masuk kak,"  ajak ku menarik tangannya.

"Iya sebentar, ini bawaanku banyak loh," katanya meraih 2 Buah tas besar, sebuah Koper dan sebuah kardus berukuran sedang seukuran kardus air mineral botol.

"Ibuuu tebak siapa yang dateng," kataku masuk sambil mencari ibu yang ternyata sedang menyiapkan sarapan.

"Iya ibu udah tau, ayahmu juga ya kan Yah,"  sahut ibu.

"Bantuin dong Fa berat nih," celoteh kak Egi.

"Oh jadi di rumah ini Cuma aku yang ndak tau kak Egi akan datang ?"  kataku manyun.

"Lah di rumah ini kan Cuma ada kamu, Ibu sama Ayah jadi sepertinya begitu," canda ayah. Aku tetap saja manyun.

"Udah dong sayang jangan manyun aja," kata Kak Egi menghiburku.

"Gi, kamar kamu udah Tante siapin di sebelah kamarnya Safa."

"Makasi Tante," Kata Kak Egi sopan.

"Kakakmu ini akan kuliah di sini, dia sudah lulus Tes jadi tinggal mulai ospek deh," Celoteh Ibu.

Aku tak menyangka sepupu kesayanganku ini akan kuliah disini. Lalu Regy Fahrian Putra adalah anak dari Paman Roni. Kak Egy begitu panggilannya adalah salah seorang siswa berprestasi yang sayangnya hidup di keluarga yang sederhana. Menurut perbincangan Ibu dan Ayah yang tidak sengaja ku dengar Paman Roni kemarin Gagal panen besar-besaran, dan beliau tidak akan sanggup membiayai Kak Egi masuk ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu Ayah memutuskan untuk membiayainya, karena Kak Egi adalah orang yang rajin, pintar dan juga sopan, aku senang dengan kepribadiannya. Selain itu juga kak Egy ini adalah orang yang taat dalam hal beribadah. Meskipun bukan saudara kandung Ayah, tapi Ayah dengan Paman Roni sudah seperti saudara kandung. Siapapun akan berfikir mereka bersaudara, karena perawakan dan wajah mereka tidak berbeda jauh, tak salah jika mereka di kira Saudara kandung. Akupun dekat dengan Kak Egy seperti saudara Kandung.

Cinta diantara tembok Masjid dan PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang