Harap vote sebelum baca..
Awas typo!
.
.
.
-Happy Reading-Saat berada dipintu kelasnya Abelle disambut oleh teriakan Naura dan Lona. Sementara Stella sudah ada didepannya, tepatnya saat Abelle akan masuk sudah ada Stella yang sedang bersandar dipintu kelas, menunggu dirinya.
"Ih pelan-pelan dong" Kata Abelle pada Stella yang menarik tangannya.
"Udah diem ae" Sambil mendudukan Abelle ke kursinya diikuti Stella yang duduk disebelahnya.
"Bel.. Emang bener ya lo tadi berangkat sama si Alden"
Abelle memutar bola matanya malas, belum semenit ia duduk sudah mendapatkan pertanyaan. "Gue baru aja duduk Lona udah ditanya-tanya aja"
"Bener tapi Bel?" Tanya Naura kepo.
"Bener. Kenapa sih emangnya? Ada yang salah?"
"Heran aja gua engga biasanya gitu, pagi-pagi udah pada ngomongin lo yang katanya berangkat bareng itu, ya kita kaget lah" Kini giliran Stella yang berbicara.
"Terkenal banget ya gue sampe pada ngegosipin, gue cantik sih emang" Pedenya.
"What?!! Bel sejak kapan lo jadi narsis gini" Kata Stella jijik yang dibenarkan Naura dan Lona.
"Gue geli deh liat lo gini Bel" Ujar Naura sambil bergidik ngeri.
"Btw, gue liat lo udah agak engga canggung gitu pas bareng sama si Alden. Biasanya kan lo paling anti berduaan sama dia?" Kata Lona bingung.
"Iya Bel bener, engga biasanya kalian dateng bareng?" Ujar Stella menimpali.
"Haha.. Itupun gue yang minta jemput, mana ada dia jemput kalo engga ada yang suruh atau engga gue minta, kalian tau sendiri kan dia kaya gimana?" Yang diangguki mereka mengerti.
"Tapi kok tumben lo mau ngirim pesan duluan?"
"Setelah gue pikir-pikir engga akan ada kemajuan kalo engga ada salah satu dari kita yang mulai duluan, kalian tau sendiri lah gue kalo ketemu sama dia kaya gimana? Kaya orang asing kan?" Diangguki oleh mereka. "Kalo kaya gitu aja gue engga tau deh kedepannya bakal kaya gimana. Makanya gue mutusin buat mulai, maksudnya gue yang tadinya engga pernah ngirim pesan duluan sekarang gue mau biasain, kaya semalem. tadinya yang kalo ngomong seadanya, gue mau lebih saling kenal lagi, lebih deket lagi, engga apa lah gue yang coba mulai, kalo gue nunggu dia rasanya engga mungkin, haha..." Sambil terkekeh, mereka hanya diam mendengarkan cerita Abelle dengan seksama.
"Terus Bel darimana lo kepikiran buat berangkat bareng" Ujar Stella.
"Nah jadi itu pas banget, Papa gue kan hari ini berangkat ke luar kota, Mang Diman juga ikut. Jadi gue engga ada yang anter, bisa aja sih gue naik bus atau angkutan umum tapi gue males jalan kaki ke jalan raya nya.. Jauh banget kan dari komplek rumah gue kalo mau ke jalan raya tuh" Yang diangguki mereka, mereka tau komplek Abelle merupakan komplek elit dan sangat asri banyak pepohonan disana taman komplek juga sangat luas tapi lumayan jauh untuk menunju jalan raya yang bising kendaraan itu. "Gue pikir tadinya dia gamau, eh ternyata dugaan gue salah, mungkin dia mau karena engga enak sama Mama, Papa gue juga kali"
"Bel apapun keputusan lo, kita bakal dukung, kalo ada apa-apa jangan sungkan buat cerita ke kita jangan biasain dipendem sendiri, inget kita sahabat lo Bel"
"Iya Bel bener kata Naura, jangan sungkan buat berbagi ke kita kalo lo ada masalah atau apapun itu" Ujar Stella menimpali, Lona dan Naura mengangguk membenarkan.
Abelle sangat tersentuh mendengar perkataan sahabatnya itu. Ia jadi merasa bersalah sekarang karena kurang terbuka dengan mereka. "Makasih ya, gue beruntung banget punya sahabat kaya kalian, maafin gue yang kurang terbuka sama kalian, gue janji bakal berubah, kedapannya bakal cerita kalo ada apa-apa, maaf juga sering ngerepotin kalian sampe kalian masuk ke kehidupan percintaan gue yang rumit ini" Sambil terkekeh pelan, matanya berkaca-kaca merasa beruntung bisa bersahabat dengan mereka.
"Uhh.. Udah dong malah jadi melow gini"
"Udah jadi tugas kita Bel, sebagai sahabat lo. Gue harap kita bakal tetep kaya gini, saling terbuka, saling percaya. Dan kalo ada masalah langsung cerita siapapun itu bukan cuma buat Abelle doang, tapi buat kita semuanya juga" Kata Naura bijak. Mereka saling bertatapan kemudian tertawa pelan karena merasa lucu disepagi ini menciptakan suasana yang mengharukan sampai membuat mata mereka berempat berkaca.
Meskipun awalnya mereka kurang setuju dengan hubungan Abelle dan Alden. Tapi jika bersama Alden, Abelle akan bahagia, mereka menghargai keputusan Abelle yang akan mencoba berjuang itu. Karena bagi mereka kebahagiaan Abelle adalah yang paling utama. Liat saja nanti jika Alden masih saja melukai hati Abelle mereka akan menjadi tameng Abelle garis depan, pikir mereka.
🥀🥀🥀
Diwaktu yang sama, dikelas XII IPS 1, tepatnya kelas Alden cs. Alden tak berhenti berdecak karena terus mendapatkan godaan dari sahabatnya itu.
"Cie yang berangkat bareng cie" Dari tadi Zaky terus menggoda Alden dengan mengatakan hal yang sama.
Saat Alden masuk kelas pun, tatapan menggoda sahabatnya menyambut kedatangannya bahkan Gibran bersiul keras sepagi ini untuk menggoda Alden.
"Seneng pasti tuh"
"Ada hidayah kali dia"
"Bacot" Decaknya, ia sudah pusing mendengar ocehan mereka daritadi telinganya sudah panas sekarang.
"Gitu dong Al, biasain berangkat bareng biar makin deket" Ujar Rafa.
"Gue tebak pasti si Abelle duluan yang minta dijemput, mana mungkin dia punya inisiatif buat jemput duluan, secara gengsi nya selangit" Melihat Alden yang memutar bola mata malas, merasa tertawa karena merasa tebakan Zaky bener. Sekaligus mereka senang bisa menggoda Alden pagi ini, kapan lagi coba, pikir mereka.
TBC
.
.
.
SeeYou❤
KAMU SEDANG MEMBACA
A B E L L E [ON GOING]
Teen FictionLilyana Queenzia Arabelle atau yang sering di sapa Abelle gadis cantik, imut, baik dan ramah, Abelle juga merupakan siswi berprestasi di sekolah nya. Ia disukai adik kelas, kakak kelas atau bahkan teman seangkatan nya karena kecantikan dan kebaikan...