Jarak

521 49 13
                                    

Dulu kita bisa dibilang bagaikan bulan dan bintang. Yang ketika tidak ada bintang, bulan tampak biasa saja. Ketika bulan tidak ada, bintang pun pasti tidak ada.

Seperti itulah kita dulu, yang selalu bersama, dan menjaga satu sama lain. Hingga waktu memisahkan bulan dan bintang yang terpaut jarak begitu jauh.

Disini, di kota yang menjadi saksi mimpi mereka, hanya bisa di kenang. Mimpi untuk membahagiaan keluarga bersama-sama harus hancur. Kini mimpi itu harus di capai sendiri-sendiri tanpa barharap kembali seperti dulu.

Ditambah ia juga semakin pusing dengan masalah yang di keluarganya, selalu saja ia mendengar Ayahnya mengobrol lewat telfonnya mengenai dirinya.

Guyuran air langit menemani remaja tampan yang kini duduk di dalam mobilnya sembari terus menatap jalanan.

Ia menyesal, kenapa ia tidak mecegahnya ketika akan pergi. Jika saja waktu bisa di ulang, ia akan terus mencegahnya pergi.

"Kenapa Nyo?"

Betrand langsung mengalihkan tatapannya pada drivernya yang duduk di bangku pengemudi dan tersenyum, hanya itu.

Bukan tidak menghargai pertanyaannya. Hanya saja ia tidak bisa menjelaskannya.

'Sendiri deh..'

Batinnya, setelah ia sampai di depan sekolahnya. Hari ke 15 menjadi siswa kelas 9 ia harus sendiri?! Baiklah apa boleh buat, kenapa ia sendiri tidak mencegahnya.

"Kalo dicegah kasian Aunty Reta yang udah jauh-jauh dateng dari London ke Jakarta." Jelasnya kepada para sahabatnya, ketika ia sudah sampai di dalam kelas.

Dengan pakaian yang sedikit basah, tadi saat dia turun dari mobil memang sudah agak terang. Tapi ia sengaja berjalan pelan.

"Hmm.. Oke." Jawab Albani dan Putra.

"Lo mau kesana?" Tanya Mia.

"Hem.. kalo boleh kenapa nggak? Suatu saat lah, giliran aku yang kesana." Jawab Betrand.

Semoga saja, apa yang ia ucapkan akan terkabulkan. Hanya itu yang ingin ia wujudkan setelah keluarganya selalu bersamanya.

❤❤❤❤

London, pukul 11:45 PM.

Di waktu yang berbeda, dengan negara yang berbeda. Gadis cantik yang kini berdiri di balkon apartement itu hanya bisa menatap langit malam yang penuh bintang. Bintang? Iya bintang, itu mengingatkannya pada seseorang yang layaknya seperti bintang selalu menyinari malamnya.

Namun kini, bintang itu telah jauh dari jangkauannya. Waktu sudah menunjukan lewat jamnya tidur, tapi ia masih setia menatap gemerlapnya bintang dan juga bulan.

"Lagi sekolah ya..?" Ucapnya dengan terkekeh, mengingat seseorang itu pasti sedang bersekolah.

"Ayla kangen sama Betrand. Sama Cici, Thania.. hehehe, bahkan masakan Bunda." Ocehnya. "Apalagi waktu Ayah marahin kita gara-gara kita gak tepat waktu." Lanjutnya dengan terkekeh.

"Baru 15 hari disini, udah kangen aja sama yang di Jakarta." Sindir seorang remaja yang kini ikut menatap langit.

Ayla menatap remaja itu, lalu mengabaikannya.

Dia Rio, anak Tante Reta, usianya sama dengannya. Dia lancar bahasa Indonesia karena Tante Reta dan Suaminya itu selalu menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan anaknya.

"Siapa tadi namanya? Betrand? Pasti biasa aja.. hehehe.."

Sontak, Ayla menatapnya tajam, membuat Rio berhenti tertawa.

All About You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang