Pukul, 22.10 WIB.
Betrand berdiri di depan jendela kamarnya yang tertutup rapat, mengamati gelapnya langit, yang bahkan bintang pun tidak ada. 30 menit yang lalu ia tidak sengaja mendengar Ayah dan Bundanya berbicara. Sekarang ia bingung harus bercerita kepada siapa? Tapi ia tidak bisa untuk tidak bercerita tentang apa yang tadi ia dengar. Betrand berjalan ke meja belajarnya, melihat kalender yang ada di atas meja.
"Satu bulan?"
Ia menghela nafas panjang, lalu meletakan kembali kalender itu. Andai saja sahabat nya itu masih di sini, pasti besok ia akan bercerita tentang apa yang terjadi hari ini.
Flashback.
"Ayaahhh.. katanya mau video call?" Teriaknya, sambil berlari bersama Thalia ke meja makan, menghampiri Ayahnya.
Ayah menoleh ke arahnya, sambil mengunyah snack yang baru dari perusahaan pangannya.
"Video call siapa?" Tanya Thalia dengan suara lucu nan cemprengnya.
Betrand tersenyum jahil ke arah adiknya.
"Kak Ay." Sahut Bunda, membuat Betrand mengerucutkan bibirnya.
Beberapa menit setelah itu, Betrand duduk di sofa coklat di depan tv, bersama Thalia yang duduk di pangkuannya.
Mereka mengobrol banyak hal, Thalia yang selalu bertanya kapan pulang, yang selalu menceritakan apa kegiatannya selama Ayla tidak di Jakarta.
Yang tadinya Betrand ingin mengobrol dengan Ayla, kini teralihkan oleh ocehan adiknya yang terlihat antusias menceritakannya.
Itu berakhir ketika Thalia di panggil Bunda, sekarang Betrand bisa mengobrol puas dengan sahabatnya itu.
"Disana jam berapa?"
"Jam 2.. di Jakarta udah malam kan."
Betrand mengangguk tersenyum, Ayla merindukan senyum itu. Obrolan itu terus berlanjut hingga pukul 21.40 WIB.
Ia berjalan ke arah Ayah dan Bundanya yang kini duduk di meja makan, dengan video call yang masih aktif.
Sayup-sayup ia mendengar percakapan orang tuanya, meskipun tidak begitu jelas, karena bersahutan dengan ocehan Ayla. Betrand terus berjalan pelan ia ingin tahu apa dibicarakan kedua orang tuanya.
"Udahlah … … … kamu tau Onyo … … … … dia anak aku.!"
Hanya itu yang ia dengar, karena ia cukup jauh dari Ayah dan Bundanya berada, di tambah Ayla masih terus mengoceh ataupun memanggilnya karena tidak ada sahutan darinya.
"Kamu kenapa?!"
"Nggak, gak aku gak pa-pa."
Diseberang sana Ayla menatap Betrand dengan intens, apa ia berkata jujur.
Kembali ia mendengar sepenggal kalimat yang keluar dari Ayahnya.
" … … satu bulan itu waktu yang cepat … … … "
Apalagi ini?! Kenapa ada dirinya, lalu ada apa dengan waktu satu bulan? Betrand berdecak kesal karena dirinya sungguh bingung dengan semua ini.
"Ya udah lanjut besok ya.. daaahh.." Ucapnya sambil melambaikan tangannya. Begitupun Ayla yang juga melambaikan tangannya.
Off.
"Sekarang Onyo tau, apa yang disembunyiin Ayah sama Bunda."
Ucapnya yang ia lontarkan entah untuk siapa. Ia menyenderkan tubuhnya di senderan kursi. Jarinya mengetuk-ngetuk meja yang ada di depannya, ia harus bagaimana? Ia tidak ingin jauh. Hatinya sangat sesak, ingin segera mengeluarkan semuanya, ia butuh kehadiran Ayla lagi yang mampu mendengarkan setiap ceritanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
All About You [END]
أدب المراهقينDear Betrand, Apakah Tujuan Surga Kita Sama Setelah Kita 'MATI' Dulu aku berfikir aku yang akan ditinggalkan oleh semua orang yang aku sayang, termasuk kamu. Tapi, semua itu salah, ternyata aku yang meninggalkan kamu. Dear Ayla, Kamu Tau Aku Paling...