Chapter 26

12 4 0
                                    

Story Written by
The third team of @Author_Project
Orchidaceae Writer Group
Enjoy the story!
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Michel berkeliaran di kegelapan malam. Dia telah melewati banyak tempat untuk mencari benda pusaka untuk menghancurkan Alucard.

"Jika begini terus, akan butuh waktu lama untuk menemukan benda-benda itu dan Alucard tidak akan menungguku sampai beraksi." Michel membatin.

Michel terus mengedarkan nalurinya untuk mendeteksi keberadaan barang pusaka itu.

Michel berhenti dengan tiba-tiba. Dia merasakan aura kemarahan yang kuat di sekitar tempat itu.

Michel mengidentifikasi setiap daerah disekitarnya sebelum tatapannya terkunci di sebuah rumah yang terlihat cukup besar dan mewah.

Rumah itu terlihat berjarak cukup jauh dari rumah lainnya.

Mengenai aura kemarahan ini, Michel merasa itu bukan aura jahat tetapi bukan aura seorang manusia jadi Michel bergegas mendekati rumah itu dan menyelinap masuk.

Michel lansung menuju ruangan dengan aura kemarahan yang paling padat.

Saat Michel melihat siapa yang ada di dalam ruangan dia lansung menyapanya.

"Malaikat maut."

Malaikat maut menjawab dengan suara yang datar. "Malaikat pengantar."

"Aura kemarahan mu sangat kuat. Apa yang begitu mengganggu?"

"Look at him ...." Malaikat maut menunjuk dengan dagu dan di matanya hanya ada tatapan acuh tak acuh pada seorang laki-laki muda yang berusia sekitar 20 tahunan yang berbaring dengan pucat di kasur empuk dan mahal itu.

"Dia? Yang harus kamu jemput kan." Michel berdiri berdampingan dengan Malaikat maut.

"Ya, dia akan mati dalam 10 menit lagi. Tapi kamu lihat benang itu?"

"Benang kehidupannya ..." Michel terdiam sebelum berkata,"sepertinya kau harus menunggunya beberapa tahun lagi."

"Tidak, aku tidak akan membiarkan ada noda dalam tugas ku."

Sebagai malaikat maut itu sangat tidak bisa di percaya dan dapat merusak reputasinnya jika dia gagal membawa jiwa keluar dari tubuh pasien nya.

"Aku bisa membantu mu tapi bantu aku juga." Michel dengan santai melontarkan kalimatnya.

"You already have your power back?"

"Tidak sepenuhnya tetapi cukup untuk menghancurkan tali kehidupannya."

Malaikat maut mengangguk paham sebelum dia menjawab "Selama itu tidak merusak yang seharusnya, aku bisa membantumu."

Sebagai malaikat maut dia hanya bertugas untuk menjemput jiwa keluar dari tubuhnya lalu memberinya bimbingan ke tempat selanjutnya dia tidak bisa ikut campur dengan hal lain. Sedangkan Michel sebagai malaikat pengantar roh selain mengantar roh ke tempat selanjutnya, dia juga bisa memutuskan semua ikatan manusia dengan duniannya jadi Michel bisa memabantu Malaikat maut untuk berurusan dengan pasiennya.

"Apa yang terjadi pada tali kehidupannya?"

"Sekarang ayahnya sedang melakukan ritual untuk memperpanjang hidupnya. Dia putra satu-satunya mereka jadi mereka sangat menyanyanginya."

Michel mengangguk paham dan dia berkata, "sudah waktunya."

Michel mengeluarkan cambuknya di tangannya lalu melambaikannya ke tali kehidupan laki-laki muda itu.

Malaikat maut menyambut jiwanya. Jiwa terbangun dan berpisah dari tubunya dan dia melanyang dengan halus dan berdiri di samping malaikat maut.

Malaikat maut menoleh pada Michel, "apa yang kamu ingin aku bantu?"

"Aku mencari cermin pusaka untuk menghancurkan Alucard."

"Huh! Iblis buangan itu membuat banyak ulah, manusia-manusia berhati buruk itu banyak yang sudah terjebak di bawah kendalinya." Malaikat maut mendengus kasar.

"You know him?"

"Very much yes. Dia keturunan salah satu dari tujuh iblis utama, keturunan buangan tetapi memiliki hak tinggal di bumi karena dia setengah iblis setengah manusia." raut wajah Malaikat maut selalu jelek ketika mengatakan hal-hal tentang iblis itu.

"Pantas dia sangat kuat." Michel mengerti.

"Pusaka cermin itu ada di laut timur. Hanya ini yang bisa aku katakan." Setelah menyelesaikan kalimatnya Malaikat maut menghilang bersama jiwa itu.

"Laut timur." gumam Michel sebelum dia juga ikut melesat pergi.

***

"Michel kamu kembali. Ada apa? Bagaimana hasilnya? Kamu menemukan petunjuk?"

"Aku baru saja bertemu malaikat maut yang bertugas. Aku menemukan lokasinya, di laut timur. Tunjukkan foto-fotonya padaku."

"Laut timur? But, wich one?" Haurey mengerutkan kening bingung.

"Ada berapa banyak?" Michel menatap Haurey dengan serius. Dia berpikir dia akan lansung menemukan laut timur tetapi dia terlalu berpikir sederhana.

"Ada banyak laut di bagian timur di seluruh dunia. Tetapi aku akan menunjukkan yang paling terkenal." Haurey fokus mengutak atik ponselnya.

"No. Show me everything you can find."

"Okay ...." Haurey terus fokus.

"Lihat ini!" Haurey berseru setelah fokus untuk waktu yang cukup lama.

Haurey memperlihatkan nya satu-satu foto-foto yang telah dia save di ponselnya.

Michel telah memeriksa hampir seratus foto dan ia tiba-tiba berhenti dengan foro lautan yang memiliki air yang sangat jernih.

Haurey melihat perilku Michel dan bertanya, "Michel, kenapa?"

"Aura disini sangat jernih, cermin itu pasti disana."

"Ini pantai White Sand. Banyak yang bila pantai ini memiliki aura yang positif, udarannya sejuk, cocok untuk bersantai dan mengistrirahatkan pikiran."

"I'll go there tommorow then," ujar Michel.

"I'll come along."

Michel memandang Haurey sebentar, dia merasa keberatan jika membawa Haurey, bagaimana jika disana Haurey masuk ke dalam bahaya pikirnya.

Tetapi mengingat kembali apa yang Alucard lakukan beberapa waktu yang lalu, Michel enggan meninggalkan Haurey sendirian, dia khawatir Alucard akan mencoba menyerang Haurey lagi.

"Baiklah." Ucap Michel menghela napas.

Haurey segera mencari lokasi mereka berada, setelah ketemu mereke menuju halte terdekat. Mereka menunggu bis yang akan membawa mereka pulang.

To be continued....
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Orchidaceae Writer Group :
List akun wattpad
1. @NazwaMeiStars
2. @jeon_vna
3. @kh_ara05
4. @Adezulkarnaen
5. @indahros6

Three World Conflict [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang