BAB 7-Cincin Penghalang Cinta

1.8K 69 0
                                    

Kael terbangun ketika merasakan sinar matahari masuk kedalam retina matanya. Menguap dengan lebar sambil menggosok mata agar terlihat segar. Tanpa berlama-lama ditempat tidur, kaki panjangnya segera melangkah kearah pintu kamar mandi. Cheklek.

"Aaaaa...."

Jantung pria itu seketika berhenti ketika melihat pemandangan menggoda di dalam kamar mandi itu. Tubuh dan jantung tidak bisa disinkronkan dengan tubuh telanjang yang terpampang jelas diindra penglihatannya.

"KAU! TUTUP MATAMU!" Channa berlari kearah pria itu untuk menutup matanya. Rasa terkejut dan malu membuat jantungnya bertrampolin.

Kael masih mematung ditempat. Ini, ini sebuah pemandangan yang tidak bisa disia-siakan begitu saja.

Hei, dia pria normal.

"Aku tidak berminat," kata Kael meninggalkan gadis itu lalu mengambil handuk dan menutup tubuh Channa.

Channa dibuat terkesima dengan perlakuan pria itu.

Setelah menutupi tubuh Channa, Kael benar-benar masuk kedalam kamar mandi. Dia sedikit mendorong gadis itu keluar lalu menutup pintu.

"Astaga, aku sangat malu. Oh Tuhan, dia melihat tubuhku," Channa memaki dirinya yang tidak ingat jika dia tidak sendiri lagi. "Seharusnya aku menguncinya."

Sementara di dalam kamar mandi, Kael menyalakan Shower hingga mengguyur tubuhnya. Kepalanya menunduk menatap adiknya yang mulai menegang. Dia hanya pria normal yang membutuhkan kehangatan. Tetapi, dia masih membatasi dirinya karena tidak ingin menyakiti siapapun.

"Dia sedikit montok dengan dada yang kecil," desahnya mengingat tubuh telanjang gadis itu.

Channa terbirit-birit mengambil pakaian dari lemari. Sebelum pria itu keluar dari kamar mandi, dia harus selesai memakai pakaian. Astaga, dia sedikit ketakutan setelah kejadian beberapa menit lalu. Bahkan, dia merasa telah ternodai dengan mata jelalatan pria itu.

"Channa," Itu suara mama mertuanya dari balik pintu.

"Iya ma," sahut Channa sambil memakai celana jeansnya. Setelah benar-benar terpasang, dia menghampiri pintu tersebut dan membukanya. Cheklek.

Bohdy menatap Channa dengan tatapan jenaka. "Apa kalian membuatnya?" Wanita itu menaik-turunkan alisnya.

"Maksud Mama?" Channa benar-benar tidak mengerti arti pertanyaan wanita paruh baya itu.

Wanita 45 tahun itu terkekeh, dia mengajak gadis itu menuruni tangga. Setelah mendapatkan sofa, merekapun mendudukinya. "Jangan bohong, Cha, mama tahu kalian melakukannyakan?"

Channa akhirnya mengerti apa maksud Bohdy. "Astaga ma, itu cuma teriakan biasa," katanya sambil terkekeh.

"Teriakan biasa bagaimana, jelas-jelas mama dengar," Bohdy tetap keukuh dengan apa yang didengarnya tadi.

"Itu..." Channa tidak bisa menjelaskan. Mana mungkin dia memberitahu yang sebenarnya. Itu sangat memalukan!

"Itu apa? Ah, mama sangat penasaran. Apa kalian melakukannya sekali? Atau dua kali?" Repet Bohdy dengan pertanyaan yang mampu menyudutkan Channa. Gadis itu tidak ingin mengingat kejadian memalukan itu.

*

"Cha," Rich menarik pergelangan Channa. Sehingga gadis itu menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Rich?" Tanya Channa sambil menatap pria itu.

Rich menggaruk tengkuknya. "Aku...ingin bicara denganmu," sahutnya tak enak ketika Calla muncul diantara mereka.

Channa melihat kedatangan Calla. "Maaf Rich, aku ada janji," setelah menolaknya halus, dia menarik tangan Calla dan meninggalkan Rich.

After Second Marriage(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang