Mr. Drockly menatap wanita dihadapannya dengan raut serius. "Katakan, kenapa kau kembali? Apa yang sedang kau rencanakan?" Tanyanya dengan tatapan intimidasi.
Wanita yang bersamanya hanya menatapnya tenang. Ia mengedarkan pandangannya memuji dekorasi restoran itu. "Itu tidak penting bagimu," sahut wanita itu sambil tersenyum kecil.
"Kau wanita licik, Dissa. Kau membuat semua kacau!" Seru Mr. Drockly yang sudah tidak tahan dengan tingkah wanita itu.
"Aku tidak melakukan apa-apa, Mr. Drockly. Jangan menyalahkanku dengan situasi yang kau alami." Balas Dissa tidak terima dengan ucapan pria tersebut.
"Katakan, mengapa kau kembali?" Tanya Mr. Drockly sekali lagi. Ini sudah menyangkut bisnisnya. Bahkan dia telah kehilangan 35% karena ulah wanita ular itu.
"Aku tidak kembali untukmu," jawab Dissa dengan tenang.
Namun berbanding terbalik dengan respon Tuan Drockly. Itu bukan jawaban yang ingin dia dengar. "Sangat licik," dia terkekeh. "Kau sudah membuatku seperti manusia bodoh karena ancaman Enoch dan semua penyebabnya adalah dirimu!"
"Aku?" Dissa menunjuk dirinya heran. "Mengapa karena aku?"
Tuan Drockly menatapnya tajam. "Bawalah pergi anak itu dan kau akan mendapatkan 10% dariku." Ucapnya yang ingin bernegosiasi dengan wanita itu.
Namun hal itu tidak sesuai ekspetasi seorang Raunang Drockly. Wanita yang merupakan kekasih gelapnya 5 tahun silam kini tertawa meremehkan seakan tawarannya itu hal kelakar.
"Kau lucu Tuan," kekeh wanita itu. "Aku tidak ingin berurusan denganmu. Aku kembali bukan untuk bertemu dirimu ataupun keluargamu."
"Lantas?" Tanya Mr. Drockly yang sama sekali tidak faham kepada wanita dihadapannya.
"Kau terlalu lemah, Tuan. Enoch Newton hanya memanfaatkan keadaan yang terjadi diantara kita." Dissa menyimpulkan. Tapi, itu memang benar adanya. Putra dari Zafir Newton hanya memanfaatkan keadaan yang telah terjadi. Sungguh licik, bukan?
"Aku kehilangan 35%," kata Mr. Drockly dengan wajah murung. Apapun yang terjadi itu sudah terjadi. Dia tidak bisa merebut apa yang telah diambil. Lagipula ia tidak mampu melawan Newton karena dia juga akan bermasalah dengan Lilith. Sungguh miris.
"Sepertinya aku harus pergi, kau tidak perlu menemuiku lagi. Urusan kita sudah selesai, Tuan." Dissa meninggalkan pria itu. Ia akan menemui sang kekasih.
Tanpa mereka sadari, Enoch sudah melihat pertemuan keduanya. Bibirnya tidak luput dari senyum miring. Ini sangat berguna untuknya. Hal yang paling mengesankan, bukan?
*
Dissa tersenyum ketika Kael mengunjunginya di Apartemen. Ia sangat bahagia ketika pria itu membawakan kado. Bahkan ia lupa jika hari ini ulang tahunnya.
"Kau akan menyukai ini," ucap Kael dan merongoh sesuatu dari saku jasnya. Sebuah kotak buludru yang membuat Dissa berangan jika itu adalah berlian.
Dan benar saja. Kael membuka kotak itu hingga memperlihatkan kalung bermata berlian. "Untukmu."
"Untukku?" Tanya Dissa tidak percaya. Ini sangat fantastik.
"Ya, aku akan memakaikannya," sambut Kael lalu memakaikan kalung itu keleher wanita tersebut.
"Sangat indah," gumam Dissa yang masih tidak percaya. Ia sampai menangis karena mendapatkan kejutan seperti ini. Bahkan pria itu mengingat hari lahirnya dibandingkan dirinya.
"Kemana Genta?" Tanya Kael yang tidak melihat putranya. "Aku ingin memberinya hadiah."
Wajah Dissa tiba-tiba muram. "Dia tidak ingin keluar kamar. Sudah aku bujuk tapi dia tidak mau," jawabnya dengan ekspresi sedihnya.
Kael melenggang pergi kearah kamar sang putra. "Genta, ini ayah," serunya berharap putranya itu ingin menemuinya.
"Aku tidak ingin menemuimu!" Balas Genta dari dalam kamar. Bocah itu masih mengingat percakapan mommynya dan juga pria tua beberapa hari lalu.
Kael menyandarkan bahunya. "Baiklah, ayah akan menunggumu."
Dissa menghampirinya. "Dia akan bicara padamu nanti. Jangan memikirkan hal itu," ucapnya memenangkan pria itu.
"Ya, tentu saja," terang Kael. Ia menatap wajah Dissa dengan lembut. "Aku akan menemuimu lagi."
"Kenapa terburu-buru? Aku masih merindukanmu," desak wanita itu tidak rela jika Kael akan pergi.
Pria itu menatapnya sayu. Dia berharap menemukan debaran disana. Namun, semua itu tidak terasa lagi. Lantas perasaan apa yang membuat dirinya merindukan wanita itu.
"Aku harus meeting dengan Enoch, maafkan aku," sesalnya lalu meninggalkan wanita itu.
Dissa menatap punggung pria itu penuh rasa curiga. Ia tahu itu hanya sebuah alibi agar Kael bisa menemui gadis itu. "Kau akan mendapatkan sesuatu dariku, Channa!" Senyumnya berubah sebuah ide agar bisa menyingkirkan gadis penganggu itu.
Setelah meninggalkan Apartemen Dissa, pria itu langsung menunju kantornya. Dia tidak berbohong jika memang harus meeting dengan sahabatnya. Hal itu menyangkut keuangan aktivitas operasi yang tiba-tiba menutun.
Ponselnya berdering. Namun saat melihat nama layar ponsel itu, sesaat terbesit ingin mengabaikannya. Ia tidak tahu entah mengapa perasaannya tiba-tiba hilang.
"Apa aku memang sudah tidak mencintainya lagi? Mungkin ini hanya rasa biasa karena ada Genta diantara kita," Kael bergumam seraya memasuki area kantor.
*
Sebelum kekantor sahabatnya, Enoch menemui Tuan Lilith di ruang kerjanya. "Ada hal apa paman memanggilku?" Tanyanya sedikit khawatir ketika Tuan Lilith tiba-tiba memintanya bertemu dengannya.
Adley meneguk wine yang sedari tadi menyaksikan mereka. "Apa benar Mr. Drockly memberimu 35% dari sebagian perusahaannya?"
Deg. Enoch merasakan kepalanya dihantam oleh batu. Ia tidak menyangka jika Tuan Lilith akan mengetahui hal itu. Tapi, bukankah itu hal menguntungkan baginya?
"Aku hanya memberinya sebuah pilihan, paman. Aku tidak memerasnya," sanggah pria itu.
Adley mengangguk. "Ya, kau benar," pria tua itu membenarkan. "Tapi kau juga harus hati-hati. Mr. Drockly bukanlah pria tua yang tidak memiliki sifat ambisius. Kau sudah melihatnya, bukan? Rindy menyerahkan perusahaannya dengan begitu fleksibel." Sarannya sambil menuangkan wine kedalam gelas.
Enoch memikirkan ucapan itu. "Paman benar, kalau begitu saya harus meeting dengan Kael." Dia bangkit lalu melenggang pergi setelah melihat anggukan dari Adley.
Sebenarnya Adley hanya ingin membuat pria itu memikirkan ucapannya. "Kau akan tahu siapa yang lebih cerdas." Pria tua itu tersenyum.
Saat diperjalanan, Enoch terus memikirkan ucapan Tuan Lilith. Ia tidak tahu jika Mr. Drockly akan memberitahukan masalah ini. Seharusnya itu tidak terjadi. Bahkan ia memastikan jika hal itu tidak sampai ditelinga Tuan Lilith.
"Aarrrkkk, sial!" Makinya sambil memukul stir mobil. "Mr. Drockly kau akan tahu akibatnya, kau telah bermain-main denganku."
Enoch memasuki kantor sahabatnya dengan perasaan kesal. Hal itu membuat dirinya harus berpura-pura dihadapan Dennise.
"Aku akan menjemputmu malam ini," katanya kepada gadis yang sudah menatapnya malu-malu.
"Aku sudah mem---
"Batalkan jika kau masih ingin melihat tubuhmu," ancam Enoch menyela ucapan gadis itu hingga membuatnya ketakutan.
"Baik, Tuan," sahutnya takut.
Enoch meninggalkan gadis itu dengan senyum miring. Ini tidak mudah membuat gadis itu menuruti kemauannya. "Kau akan mendapatkan hadiah dariku."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After Second Marriage(Completed)
Любовные романы17+⚠️ :Konflik ringan! (Don't copy my story, please!) Follow me sebelum baca, terima kasih! Mulai: 2 Maret 2021 Selesai: 23 mei 2022