BAB 25-Ancaman Tuan Lilith

938 42 2
                                    

Adley menatap selembar fhoto yang terlihat usang. Mata cokelatnya seakan terhipnotis dengan fhoto tersebut. Bibir keriputnya tersungging sebuah senyuman.

"Aku bahkan bernostalgia setiap hari," katanya entah pada siapa.

Ia menghelah napas berat. Fhoto yang dipegangnya telah tersisipkan sebuah buku diatas meja. Kepalanya ia sandarkan disandaran kursi malasnya. "Maria, aku merindukanmu."

Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar. Pria tua itu hanya menatap pintu tersebut tanpa mempersilahkan sosok itu masuk.

Cheklek! Pintu terbuka dan menampilkan sosok pria yang sudah Adley kenal. Bahkan sangat-sangat mengenalnya. Pria yang baru saja masuk, lantas mengambil posisi duduk di hadapan Adley.

"Paman Lilith," sapa sosok itu dengan senyum kecilnya.

"Berita apa?" Tanya Adley to the point sembari menatap sosok itu.

"Paman bisa melihatnya sendiri," Enoch menyerahkan sebuah mab yang masih tersegel.

Adley menerimanya lalu membuka mab tersebut. Setelah itu, ia langsung mengambil selembar kertas yang berada di mab itu. Senyum pria tua itu mengembang ketika melihat apa yang didapatkannya. Ini sangat berguna untuknya.

"Kau bisa diandalkan," puji Adley seraya melemparkan senyum kearah Enoch.

Enoch membalas senyum itu, namun dia terlihat puas apa yang dia dapatkan. "Aku akan segera pergi, paman," pamitnya dan meninggalkan pria tua itu sambil tersenyum miring.

Adley tidak perduli lagi disekitarnya. Ia terfokus kearah kertas yang Enoch berikan. "Kau hancur, jalang!"

*

Kael menatap jurnal yang MG perusahaan itu berikan padanya. Giginya beradu ketika melihat isi jurnal tersebut.

"Apa yang kau lakukan selama ini," tekan Kael menatap nyalang kearah gadis yang telah menunduk takut.

Tubuh gadis itu bergetar. Dia tidak berani menjawab karena dia akan mendapatkan kemarahan lebih dari Bossnya itu.

"Katakan! Kenapa keuangan sehancur ini!" Sergah Kael dan melemparkan jurnal itu kearah MG tersebut.

"Pendapatan dari hasil kegiatan operasi tidak cukup menutupi beban dari aktivitas operasi peruhaan, juga
Besarnya jumlah utang, pak," jelas MG itu dengan suara bergetar. Rasanya dia ingin menghilang dari tempat itu.

"Utang?" Beo Kael mengulangi.

MG itu mengangguk yakin.

"Sejak kapan perusahaan kita memiliki utang sebesar itu? Apa ayah yang melakukannya?" Tanya Kael sedikit sulit mempercayainya. Sejak ia memegang petusahaan itu, ia tidak pernah mengambil tindakan yang akan menyulitkan perusahaannya.

"Saya akan menyelidikinya, pak," usul MG itu penuh keyakinan. "Secepat mungkin saya akan memberi bukti kepada bapak."

"Saya mengandalkanmu," ucap Kael lalu menenggelamkan wajahnya dilekukan tangannya. Ia begitu stress melihat jurnah itu. Tidak! Ia tidak akan membiarkan perusahaannya mengalami Financial Distress.

"Ayah harus tahu," Kael bangkit lalu menyambar kunci mobil, serta jas mahalnya. Ia melangkah meninggalkan ruangannya.

"Tolong bereskan semua," perintahnya kepada Sekretarisnya.

"Baik pak," Dennise mengangguk.

Setelah mengatakan hal itu, Kael langsung keluar dari kantor dan meninggalkannya. Ia akan menemui ayahnya untuk membicarakan masalah perusahaan itu. Ia sangat bingung mengapa hal itu terjadi.

After Second Marriage(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang