BAB 8-untuk apa!

1.5K 58 0
                                    

Setelah beberapa hari tidak menemui sang sahabat, Enoch kembali menginjak gedung Lilith Campany. Kaki panjangnya segera menghampiri sekertaris perusahaan itu.

"Beritahu aku, apakah Kael ada di ruangannya?" Tanya pria bermata sipit sambil meneliti wajah Sekretaris didepannya.

Dennise memandang aneh pria tampan didepan mejanya. Entah angin dari mana, pria itu menanyakan keberadaan Bossnya. "Dia belum datang ke kantor, pak."

"Astaga itu anak tikus, bisa-bisanya enak-enak molor padahal hari ini ada rapat penting." Enoch mengoceh sambil memijit pelipisnya.

Wanita itu semakin heran dan kebingungan. "Bukannya rapat ditunda pukul 3 sore nanti, pak?" Kata Dennise sambil memperhatikan layar laptopnya.

"Ohiya yah, kenapa aku jadi pelupa begitu," Enoch terkekeh lalu menatap wanita itu lagi, tampangnya sangat serius dan menakutkan. "Apa mungkin aku memikirkanmu?" Dia menggoda Sekretaris itu.

Bukannya tergoda atau semacamnya, wanita itu malah tertawa terbahak-bahak. "Pak Enoch, kalau ingin menggombal yang masuk ke hati dong, pak," katanya masih tertawa.

Enoch menjadi malu seketika. Dia telah salah server kepada wanita itu. Tapi, kali ini dia harus bisa mendapatkan hati wanita pujaannya itu. "Contoh gombal yang masuk ke hati itu kek gimana?" Pria blasteran korea itu terus meluncurkan gombalannya.

Mendengar pertanyaan itu, Dennise merasakan jantungnya dag dig dug. Astaga, bisa-bisanya dia termakan gombalan receh itu padahal hanya pertanyaan bukan pernyataan. "Saya rasa pak Enoch butuh kopi, saya akan----

"Aku butuh hati kamu," sela Enoch sambil mengedipkan matanya. Ini benar-benar membuatnya semangat.

Dennise menyembunyikan kegugupannya dengan mengambil sebuah mab dari lacinya.

"Apakah aku tak terlihat dimatamu?" Enoch kembali melayangkan gombalannya.

Dennise yang sedang memperhatikan isi mab itu, langsung menatap pria didepannya. "Maaf pak, saya harus bekerja."

Pria tersebut memperbaiki dasinya dan berdeham kecil. "Baiklah Nona, aku akan pergi tapi untuk kembali."

Saat ingin melangkah, Kael datang dengan wajah segarnya. Bibir pria itu sedikit memerah.

"Apa kau habis berciuman?" Enoch langsung melayangkan pertanyaan tanpa disaring sedikitpun.

Kael langsung menghadiahkan tatapan menusuk. "Enoch, kau ini wanita atau lelaki, mulutnya susah dikontrol," dia menjadi kesal karena paginya dirusak oleh tuyul pitek didepannya.

Sambil terkekeh, Enoch bersuara lagi. "Apa kalian melakukannya?" Bisiknya hampir tak terdengar.

Mata Kael bergerak waspada, jangan sampai suara setan dari sahabatnya terdengar oleh telinga lain. "Makanya cari pasangan kalau ingin melakukannya."

Enoc mendengus lalu membuang pantatnya kearah sofa empuk dipojok ruangan. "Kalau yang begituan aku sudah bosan, sekarang aku butuhnya yang simple saja. Baik dan cantik," pria itu melipat kakinya.

"Ya, terserah dirimu. Lagian aku juga tidak butuh seperti itu," kata kael sambil berjalan kearah jendela besar. Memandangi jalan raya yang telah dijejali oleh perkendara dan pejalan kaki.

Enoch mengikutinya. "Setelah menikah, lalu apa?" Tanyanya seraya menatap wajah sahabatnya. Dia sedikit penasaran dengan perjodohan yang sahabatnya lakukan.

"Tidak ada," sahutnya dengan kepala sedikit menunduk, "tidak ada yang spesial dari semua ini."

"Kau masih menunggunya?" Tanya Enoch lagi. Rasa penasarannya seketika tergugah dengan kisah asmara sahabatnya.

After Second Marriage(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang