Kael meminta bantuan kepada Enoch. Tentu saja sahabatnya itu akan mudah menemukannya. Dan kini Kael telah berdiri disebuah rumah yang cukup besar.
"Channa," panggilnya dari balik pintu dengan suara keras berharap gadis itu akan keluar.
Namun semua tidak sesuai ekspetasinya. Bukannya gadis itu yang keluar tetapi seorang gadis lain. "Anda mencari siapa?" Tanya gadis tersebut.
Kael tidak ingin repot-repot menjawabnya. Ia segera masuk kedalam rumah itu. "Channa!" Teriaknya menggelegar.
Calla yang mulai panik segera menarik tangan pria itu. "Channa tidak disini, kau harus keluar."
Kael menampiknya keras. "Aku tahu Channa disini. Kau jangan membohongiku, gadis kecil. Jika kau ingin kekasihmu masih hidup." Ancamnya membuat Calla terdiam.
"Tapi...." sebenarnya Calla ingin memberitahu jika Channa bersamanya. Tapi, dia juga tidak ingin membuat sahabatnya itu kecewa.
"Beritahu aku dimana Channa!" Sergah pria itu menatap tajam gadis dihadapannya itu. "Jika kau tidak ingin memberitahu maka aku akan mencarinya sendiri."
"Tidak! Jangan lakukan itu," Calla seketika panik. Jika pria itu mencari sahabatnya, maka dia akan ketahuan telah bersama seorang pria. "Channa ada dikamar."
"Tunjukkan padaku," perintah Kael, lantas gadis itu menunjuk sebuah kamar yang tak jauh dari jerak mereka. Seketika sedut bibir pria itu tertarik. Dia akan memastikan jika gadis itu tidak akan pergi darinya.
Sedangkan Channa yang berada didalam kamar mejadi panik. Ia segera mengambil kopernya lalu menyeretnya kearah jendela. Apa pun itu dia tidak akan bisa kembali lagi kepada pria itu. Sudah cukup rasa sakit itu ia tanggung sendiri.
Setelah membulatkan tekadnya, Channa melompat dari jendela lalu mengangkat kopernya. Ia sempat kesusahan, namun tekadnya membuat ia cukup kuat mengangkat koper tersebut.
"Channa," panggil Kael seraya membuka pintu kamar.
Saat itu pula, Channa sudah pergi dari tempatnya. Ia berlari agar tidak ketahuan oleh pria tersebut. Setelah benar-benar yakin jika pria itu tidak akan melihatnya, iapun segera menghentikan taxi.
Dilain sisi Kael menatap kosong kamar itu. Tatapannya sendu ketika melihat sebuah baju yang tergeletak diatas lantai. Baju itu cukup familliar baginya. Kael mendekati baju tersebut dan mencium wanginya. "Dia pergi lagi."
Calla yang menyaksikan hal itu, seketika merasa iba. Seharusnya hal ini tidak terjadi diantara keduanya jika salah satunya tidak egois dan mementingkan orang lain.
"Channa sepertinya tidak ingin menemuimu. Aku sarankan berilah dia sedikit waktu untuk sendiri," saran Calla sembari mendekati pria itu.
Kael berpikir. Apakah dia yang terlalu egois? "Jika Channa kembali, aku ingin kau menghubungiku." Katanya seraya memberikan kartu namanya.
"Aku tidak bisa menjanjikan, pak. Jujur aku juga kecewa atas sikap bapak kepada Channa," tutur Calla yang merasa malu atas kejujurannya. Tapi, itu seharusnya ia katakan. "Pak Kael, aku ingin kau memilihnya saja. Jika bapak nekad membawa Channa, aku khawatir dia akan bertambah terluka."
Kael merenung. Ini sangat dilema. Ia tidak ingin kehilangan Channa, tapi juga ingin bersama putranya. Ya Tuhan, mengapa hal ini terjadi!
"Sebaiknya bapak pulang saja. Lagipula ini sudah malam." Kata Calla yang merasa terganggu. Astaga, dia melupakan Rich disana.
"Ya, kau benar. Sebaiknya saya pulang saja," sambut Kael membenarkan, lantas meninggalkan kediaman gadis itu.
Sementara Channa yang sudah jauh dari rumah sahabatnya memilih menginap disebuah hotel. Iapun segera memesan kamar agar malam ini tidak bertemu dengan pria itu.
"Apa aku egois?" Tanya Channa, entah pada siapa. Ia memandangi langit dari dalam kamar.
Tok! Tok! Pintu kamarnya diketuk. Channa menjadi panik luar biasa. Ia sudah berasumsi bahwa yang mengetuk pintu itu adalah Kael. Astaga, dia harus bagaimana. Tidak mungkin ia melompat dari lantai atas sampai lantai bawah.
"Ya Tuhan, aku harus bagaimana!" Panik Channa sembari menggigit jarinya. Bahkan ia sudah kocar-kacir memikirkan bagaimana ia bisa keluar dari situ.
Tok! Tok! Ketukan pintu itu terdengar lagi. "Berpikir Channa, berpikir!"
"Channa," samar-samar suara bariton terdengar dari balik pintu.
"Channa jangan bersuara," gadis itu meruntuki dirinya yang tidak bisa menghilang dari muka bumi ini.
"Cha, tolong buka pintunya aku Enoch," seru sosok pria dari luar sana.
"Enoch? Pasti itu suruhan Kael. Dia pasti ada situ. Tolong hambamu ini Tuhan, aku tidak bisa bertemu dengannya. Aku masih sakita hati." Channa merasa sudah putus asa sekarang.
"Cha, aku tidak akan memberitahu Kael. Kau tenang saja, aku hanya sendiri." Kata Enoch menyakinkan gadis itu agar membukakan pintu untuknya.
Dengan berat hati Channa membuka pintu itu. Ia memejamkna matanya jika Kael berada dihadapannya. Namun, keberuntungan berpihak padanya. Enoch datang sendiri.
"Aku boleh masuk?" Tanya Enoch memandangi wajah gadis itu. "Aku sangat takut dan juga aku tidak kuat untuk berdiri."
"Aku kira kau bersamanya," cetus Channa menatap jengkel pria itu.
"Tadinya aku bersamanya. Setelah tahu kamu disini, aku berpikir akan lebih baik aku menemuimu sendiri." Terang Enoch sambil mengulas senyum tipis.
"Aku belum siap bertemu dengannya," ucap Channa sembari menunduk sedih.
"Akupun tahu betapa menyakitkan jika aku merasakan hal itu," kini pria itu tersenyum lebar.
*
Kael membuang tubuhnya kasar diatas kasur. Ini sudah tengah malam namun dia belum bisa menemukan gadis itu.
"Kael," panggil seseorang sembari berjalan mendekatinya.
Tentu saja pria itu terkejut. "Dissa?"
Wanita itu, Dissa tersenyum menggoda saat Kael menatapnya penuh. "Aku kesini hanya memastikan jika kau baik-baik saja. Maksudku, kau harus istrahat."
"Tidak perlu repot-repot, kau pulang saja kasihan Genta." Ucap Kael bermaksud mengusir wanita itu.
"Genta sudah ada yang nemanin. Aku ingin menemui saja, tidak lebih." Jelas Dissa sambil memeluk pria itu.
Kael yang merasa tidak nyaman, segera bangkit hingga membuat wanita itu terjatuh. "Kael!" Dissa meringis sakit akibat pantatnya mendarat mulus kelantai.
"Aku lelah, Dissa. Aku ingin istrahat. Tolong biarkan aku sendiri." Sungut Kael yang sudah merasa lelah setelah aktivitasnya seharian ini. Tentu saja mencari keberadaan istrinya.
Dissa yang mendapatkan pengusiran halus dari pria itu, langsung melancarkan aksinya. "Aku akan pulang setelah kau menemaniku minum."
Pria itu menggeleng. "Nanti saja, Dis. Aku benar-benar lelah."
"Jika seperti itu, aku akan menemanimu tidur." Usul Dissa sambil tersenyum manis. Ini adalah kesempatan untuk berduaan dengan pria itu tanpa ada parasit seperti Enoch dan Channa diantara mereka.
"Jangan memaksaku untuk melakukan kekerasan padamu," tekan Kael yang sudah merasa muak dengan segala tingkah wanita itu. Tubuhnya perlu istrahat sebelum kembali beraktivitas besok. Dia akan melanjutkan pencariannya esok hari.
Dissa menunduk takut. "Apa kau tidak mencintaiku lagi?"
Pria itu yang mendapatkan pertanyaan seperti itu hanya menganggapnya angin lalu. "Kita bicarakan nanti saja, Dis. Biarkan aku sendiri."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
After Second Marriage(Completed)
عاطفية17+⚠️ :Konflik ringan! (Don't copy my story, please!) Follow me sebelum baca, terima kasih! Mulai: 2 Maret 2021 Selesai: 23 mei 2022