Channa menghelah napas gusar. Sudah dua hari Kael tak beranjak dari rumahnya. Sudah dua hari juga Channa harus mengurus pria itu.
"Kapan kau akan pergi dari sini?" Dan untuk sepersekian kalinya pertanyaan itu selalu dia lontarkan.
"Kenapa kau selalu mengusirku? Apa salah jika aku berada disini? Ini kan juga rumahku." Kael menjawab tanpa menatap wajah Channa. Pria itu duduk santai sambil membaca koran yang entah darimana asalnya.
Gadis yang sebentar lagi menjanda itu, mendengus kesal. Dia memilih meninggalkan Kael menuju halaman rumah. "Dasar pria sialan! Entah kenapa aku bisa mengenalnya. Ya Tuhan, jika bisa memilih aku tidak ingin mengenalnya. Sangat merepotkan dan sangat-sangat menjengkelkan." Gerundelnya sembari berjalan kearah sapu. Lebih baik dia membersihkan halaman rumah kecilnya itu.
Saat tengah serius menyapu sembari bersenandung lirih, tiba-tiba Kael menepuk pundaknya. "Sayang, aku pergi dulu ada urusan yang harus aku selesaikan." Katanya lembut dengan senyum manis khasnya.
"Ya, mengapa kau harus izin padaku. Jika kau ingin pergi, pergi saja. Bila perlu jangan kembali." Ketus Channa namun tak menghentikan aktivitasnya.
Kael menarik napas pelan. "Jangan begitu, sayang. Aku pasti kembali. Aku hanya pergi beberapa jam saja."
Channa cikep.
"Sayang...
"Ya sudah, pergi sana!"
Kael mengangguk lalu melangkah meninggalkan gadisnya dan menghampiri mobil yang sudah terparkir indah. Tak lupa pria itu melambaikan tangan.
Channa melempar sapu ketanah. Melangkah memasuki rumah entah mengapa terasa sunyi tanpa adanya pria penganggu harinya selama dua hari ini. Tak dapat gadis itu pungkiri jika masih ada setitik rasa cinta dihatinya untuk pria itu.
*
Kael melangkahkan kaki panjangnya memasuki gedung pencakar langit dengan ekpresi datar. Banyak sapaan yang karyawan diabaikan olehnya. Langkahnya terus masuk hingga memasuki sebuah ruangan tanpa mengetuk pintu.
"Selamat pagi, Ayah," sapanya kaku sedikit membukukkan tubuhnya memberi hormat pada sosok pria tua.
Tuan Lilith tak membalas. Tatapan intimidasi yang selalu terpancar pada sosoknya kini menatap sang putra, menelusuri tubuh tegap nan luwes itu dengan santainya.
"Apa yang kau dapatkan selama dua hari ini?" Tanyanya sembari beranjak dari kursi kebesarannya.
Kael diam sejenak. "Tidak ada," jawabnya sedikit ragu.
'Apakah aku tidak mendapatkan apapun selama ini?'
"Ayah dengar kau menyuruh Enoch untuk mempersiapkan pernikahan, apa kau sudah memikirkan apa yang akan terjadi?" Adley membuka pembahasan. Langkahnya santai mendekati jendela, memandangi kendaraan-kendaraan yang menjejali jalanan.
"Memangnya apa yang akan terjadi? Aku rasa semua sudah selesai." Putra kebanggaan keluarga Lilith itu tak beranjak dari posisinya.
"Kau salah, Kael. Ayah pikir kau sudah belajar dari masalah ini." Ejek Adley tanpa mengalihkan pandangannya. Seakan apa yang dilihatnya itu lebih menarik daripada wajah putranya.
"Maksud ayah apa!" Tuntut Kael.
Adley membalikkan badan. Tatapannya melembut seiring detik demi detik. "Abisyekh menuntut balas atas masalah yang menimpa putrinya. Dia tidak ingin penyelesaian instan, tapi dia ingin menuntut secara hukum." Tuturnya sembari menepuk baru Kael.
"Tapi, pihak berwenang sudah mendapatkan bukti kuat atas kejahatan putri Abisyekh itu! Terus penyelesaian apa lagi yang dia inginkan." Kael memggeleng tak habis pikir dengan keluarga istrinya atau lebih tepatnya sang mantan istri. Beberapa hari lalu sudah mendapatkan keputusan dari pengadilan yang entah begitu cepat diputuskan atas tindakan pidana oleh wanita itu.
"Ayah rasa ada sesuatu. Mungkin kau harus mengesampingkan rencana pernikahanmu itu." Timpal Adley sembari melangkah kembali ke kursinya.
"No! Ini penting, yah. Jika aku mengesampingkan, maka perceraianku pasti akan terjadi."
"Biarkan saja, Kael. Setelah masalah ini selesai, kau bisa menikahi Channa tanpa ada masalah-masalah yang lain." Saran Adley.
Kael meringis saat memdengar ucapan ayahnya. Membayangkan perceraiannya dengan Channa akan benar-benar berakhir, membuat otaknya tak bisa berfungsi normal. 'Bagaimana jika Channa mencari pria lain dan menikah? Lalu aku harus bagaimana jika hal itu terjadi?'
Setelah tak ada balasan dari putranya, Adley membuka suara lagi. "Jangan biarkan pikiranmu berlarut yang belum tentu terjadi. Channa akan menjadi pengwasanku saat kau menyelesaikan masalah ini."
"Aku sepertinya membutuhkan saran mama." Putusnya lalu tanpa permisi meninggalkan Adley. Pria tua itu hanya bisa menghela napas dan menggeleng tak mengerti dengan putranya itu.
*
Setelah perdebatan kecil diantara ayahnya, Kael mendaratkan tubuhnya di mansion Lilith. Pandangannya mengedar mencari keberadaan sang mama sembari memanggil-manggil wanita itu.
"Ada apa, Kael?" Bohdy mendekati putranya dengan langkah terpongah-pongah.
"Ma, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," Kael berucap sambil melepaskan cemelek dari tubuh sang mama.
Wanita 45 tahun itu mengerutkan dahinya. "Sesuatu apa? Mama rasa sepertinya ini sangat penting."
Kael tak menjawab. Pria jangkung itu menarik lembut tangan wanita yang disanyanginya itu. Menuntunnya untuk duduk.
"Ma, aku ingin menikahi Channa lagi...." Kael menunggu jawaban dari mamanya atau sekedari menantikan teriakan dari mulut wanita paruh baya itu. Namun, beberapa detik berlalu, Kael hanya dapat mendengar dengusan napas dari sang mama. "Apa mama sudah tahu dari Enoch?"
Bohdy mengangguk. "Saran mama akan sama apa yang ayah utarakan padamu. Biarkan perceraian itu terjadi, Kael. Setelah masalah dari pak Abisyekh selesai, kau boleh menikahi Channa lagi." Tuturnya lembut. Menggenggam tangan putranya agar tak mengambil keputusan yang dapat merugikan dirinya ataupun keluarga Lilith.
"Kael sudah menyiapkan pernikahan, Ma. Aku ingin Channa menikah dengaku lagi dan bahagia." Hembus Kael. Tatapannya begitu sendu.
"Pernikahan yang kamu inginkan akan terjadi, sayang. Tapi pentingkan dulu nama baik keluargamu. Setelah semua masalah selesai, kau dapat menikahi Channa dengan tenang." Bohdy mengelus pipi putranya dengan lembut. "Mama punya satu saran untukmu." Lanjutnya.
"Apa itu, Ma?" Kael menatap Bohdy berbinar.
"Mama akan melamar Channa untukmu." Saat Bohdy mengatakan hal itu, Kael masih diam mencoba meresapi ucapan yang mampu mendegupkan jantungnya.
"Mama..." Kael memeluk sang mama sembari mengucapkan terima kasih.
Setelah beberapa saat, Kael melepaskan pelukannnya. Pria itu beranjak dan segera menghubungi ayahnya serta sahabatnya. Dia tidak memberitahu Channa agar hal ini biarlah menjadi kejutan untuk gadis yang telah memporak-porandakan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Second Marriage(Completed)
Romance17+⚠️ :Konflik ringan! (Don't copy my story, please!) Follow me sebelum baca, terima kasih! Mulai: 2 Maret 2021 Selesai: 23 mei 2022