Bagian -Ayo, Menikah!

1.2K 29 2
                                    

Niat hati untuk melupakan semua kenangan pahit dari pria itu, semua gagal saat pria tersebut datang dan membual dengan panggilan-paggilan sayang seperti saat ini. Channa merengut kesal harus mendengar panggilan menjijikan dari pria bermulut besar itu.

"Sayang, aku tahu kau masih mendengarku. Biarkan aku masuk dan kita bicara baik-baik. Aku janji tidak akan membuat ulah padamu." Katanya dengan nada penuh kelembutan.

"Berheti memanggilku dengan sebutan menjijikan itu!" Balas Channa sedikit meninggikan suaranya.

"Aku tidak akan berhenti, sebelum kau membiarkanku masuk!" Kael membalas tak kalah dengan Channa.

Channa tak membalas lagi. Dia mencoba mengabaikan Kael diluar. 'Biar saja dia mati kedinginan'

"Sayang, kau tega membiarkanku kedinginan? Kau tahu kan, udara diluar sangat dingin. Jika aku sakit kau harus tanggung jawab! Kau harus menikah denganku." Rengek Kael dengan pipi menempel dipintu.

'Abaikan Channa....abaikan!'

"Channa, aku tidak sedang main-main. Disini sangat dingin! Aku bisa masuk angin jika terus berada diluar!"

Channa menghelah napas berat. Melangkah mendekati pintu dan melakukan hal yang sama--menempelkan pipinya kepintu. "Kau itu kaya. Kau bisa menyewa penginapan jika kau kedinginan. Jangan menggangguku terus, Kael. Aku tidak sekuat itu. Aku ingin memulai hidup baru tanpa adanya kalian disekitarku." Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Tak ada balasan dari Kael. Pria itu diam saat mendengan ucapan dari sang punjaan. Dia merasa telah melakukan hal yang salah selama ini--menyia-nyiakan wanita seperti Channa.

"Maaf...."hanya kata itu yang dapat terucap dari mulut pria itu. "Tapi, jangan menyuruhku untuk pergi. Aku minta maaf untuk semuanya, Channa. Ayo menikah dan memulai semuanya. Lupakan yang pernah terjadi. Aku tidak bisa hidup tanpamu, Channa. Biarkan aku masuk. Kita bicara dari hati ke hati. Aku tahu kau mendengarnya, sayang." Ucapnya meringis merakan sesak didadanya. Air matanya menggenang tanpa permisi.

Sedangkan Channa diam. Hatinya ikut teriris mendengan kata demi kata dari pria itu. Apa semudah yang diucapkannya? Tidak! Sulit rasanya untuk memulai dan melupakan rasa sakit yang pernah ditorehkan padanya.

"Maaf, Kael. Aku...tidak bisa. Pulanglah dan anggap kita.....

"Tidak! Jangan katakan itu, Channa. Jangan menyuruhku untuk pergi dan melupakanmu. Itu sangat sulit untukku." Sela Kael dengan suara bergetar.

"Kau benar. Itu sangat sulit untukku juga. Sulit melupakan apa yang pernah terjadi. Sulit memulai setelah rasa sakit yang pernah kau terohkan." Air mata yang sudah menggenag dipelupuk mata kini keluar tanpa memberikan jeda sedikitpun.

"Ayo menikah, Channa! Berikan aku kesempatan sekali saja. Aku tidak akan menyuruhmu untuk melupakan, tapi berikan aku satu kesempatan. Kita mulai lagi. Menikah dan bahagia. Channa, maafkan aku." Kael mengerjapkan matanya agar air mata tak keluar. Sungguh, dadanya begitu sesak. Ingatan-ingatan itu kembali mengusik pikirannya. "Maafkan aku...Channa." bisiknya.

Channa terisak dibalik pintu. 'Ya Tuhan. Begitu menyakitkan rasa ini.'

"Tidurlah, aku akan menunggumu disini. Jangan hiraukan aku. Aku tidak apa-apa." Setelah berukap, Kael mendudukan pantatnya dan bersandar dikursi kayu. Hah, entah sudah berapa kali dia menghelah napas berat.

Channa menggusap wajahnya. Dia meninggalkan pintu dan melangkah kearah kamar. Mencoba mengistrahatkan tubuhnya dan juga mencoba mengabaikan keberadaan Kael.

*

Kael terusik saat ada yang menggoyangkan tubuhnya. Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk diretina matanya.

"Kael," panggil suara merdu yang telah pria itu rindukan. Setelah kesadarannya terlumpul, dia menegakkan tubuhnya dan menatap wanita itu dengan tatapan berbinar.

"Sayang..."

Channa mendengus kesal. Dia terlalu asing dengan sebutan itu. "Berhenti menyebutku dengan sebutan menjijikan itu. Ini, sarapanlah. Kau harusnya tidak keras kepala." Omelnya dan melangkah masuk kedalam rumah.

Kael tersenyum mendengar omelan gadisnya itu. Itu artinya dia sudah diizinkan masuk?

"Kau jangan berbesar kepala. Aku membiarkanmu masuk karena aku tidak ingin tetangga melihatmu dan mengaiku tidak berperikemanusiaan." Channa mulai mengomel lagi.

"Iya, sayang."

"Kael!"

"Iya, sayang. Jangan tetiak-teriak. Aku suka kamu yang mengomel daripada berteriak." Kekeh Kael sembari membuka bungkusan bubur yang dia yakini makanan jalanan. Dibiarkan masuk saja sudah bersyukur apalagi disuruh makan makanan yang aneh rasanya itu. 'Walaupun aneh rasanya, tapi kalo sambil liat wajahnya jadi enak'.

Channa memicingkan matanya. "Cepat makan. Setelah itu kau bisa pergi dari sini. Jangan membuatku menjadi orang jahat."

"Loh, emang kamu merasa orang baik?"

Gadis iru menggeram kesal. "Cepat makan!" Sergahnya.

"Iya, sayang. Ini juga mau makan. Tapi, mukanya jangan jutek begitu. Nanti aku tidak berselera."

"Bodo amat!" Ketus Channa, lalu melenggang keluar dari rumah. Dan bertepatan saat itu juga Fahri datang membawa rantang makanan. Senyum manis terbit dibibir seksinya.

"Pagi, Teh. Saya bawakan sarapan buatan emak." Ucapnya sembari menjulurkan rantang tersebut.

Channa ragu untuk menenrimanya. Tapi, saat melihat Kael menghampiri mereka, dia buru-buru mengambilnya. "Terima kasih, Kang. Beritahu emak, kalo aku menerimanya dengan sepenuh hati."

"Sama-sama, Teh." Fahri masih menampilkan senyum manisnya. Ujung matanya melirik keberadaan Kael disisi pintu dengan tangan bersedikap dada. Tatapan penuh peringatan sedari tadi dirasakannya dari pria yang mengaku suami wanita yang dikaguminya itu. "Saya pamit ya, Teh. Rantangnya nanti saja dikembalikan."

"Iya, Kang. Sekali lagi terima kasih untuk makanannya."

"Sepertinya dia menyukaimu," celetuk Kael dengan wajah muram.

"Huh, memangnya kenapa dia menyulaiku? Salah?" Tantang Channa.

"Ya, salah lah. Aku ini suamimu. Jangankan menyikaimu, melirikmu saja itu sudah salah." Kael mendelik tak suka.

"Siapa? Siapa yang bilang kalo kita masih suami-istri. Hei, kau lupa? Kita akan segera berakhir."

"STOP IT, CHANNA! AKU MENCINTAIMU! AKU AKAN MENYINGKIRKAN PENGHALANG JALANKU UNTUK MEMILIKIMU! camkan itu!" Ancam Kael lalu mengambil kotak makanan dari tangan Channa dan memakannya dengan lahap.

After Second Marriage(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang