BAB 9-Harapan?

1.3K 59 2
                                    

Sesuai perjanjian, Kael memarkirkan mobil mahalnya di sebuah restoran mewah. Channa sampai terkesima melihat bangunan restoran itu.

"Apa kau ingin disitu saja?" Kael  memasukkan tangannya disaku celana sambil menatap gadis itu datar.

Channa membalas tatapan itu dengan menatapnya jengkel. "Istri itu digandeng, bukan diacuhkan begini."

Kael menatapnya malas. "Jangan manja, cepatan masuk."

"Semua yang datang pasangannya digandeng, tapi kenapa aku tidak?" Channa menunggu respon dari pria itu.

"Baiklah," decak Kael sambil memberi kode agar gadis itu menggandeng lengannya.

"Kan begini bagus," dalam hati Channa, ia sangat puas melihat ekspresi malas pria itu.

Saat memasuki restoran tersebut, Channa lagi-lagi terkesima dan kagum. Mulutnya menganga lebar setelah matanya meneliti sudut-sudut restoran itu. Interiornya cukup luas dan didominasi warna hitam dengan kaca-kaca yang membuat restoran itu menjadi stylish dan keren.

"Sudah menganganya?" Kael melepaskan gandengan tangan mereka.

"Apa kita sudah sampai?" Tanya gadis itu polos.

Kael mengusap telinganya. "Jangan membuatku malu, ini tempat orang bermulut panjang," pria melemparkan tatapan peringatan kepadanya.

Gadis itu mengangguk. "Lalu, sekarang aku harus apa?"

"Kau cukup diam dan ikuti aku, jangan menjawab jika ditanya." Kata Kael, lalu menuntun perjalanan mereka.

Cukup melelahkan dengan sepatu tinggi hingga Channa harus mengumpulkan tenaga untuk berjalan. Jika bukan ditempat mewah seperti ini, sudah dari tadi ia melepaskan sepatu keparat itu dari kakinya.

Keduanya telah sampai disebuah pintu yang begitu tinggi, sampai Channa ketakutan. "Apa ini tempatnya?" Dia melirik pria di sampaingnya.

Tanpa ingin menjawab, Kael langsung mendorong pintu itu dengan satu tangan. Sebuah meja panjang yang telah diisi oleh beberapa orang terpandang. Mereka menatap kedua insan yang baru saja datang.

Keduanyapun langsung masuk dan mencari tempat duduk. Channa dapat melihat orang-orang berdasi itu dengan pasangan yang begitu cantik. Sedikit timbul rasa insecure saat menatap mereka.

"Ingat apa yang kubilang," bisik Kael tepat ditelinga Channa.

"Tentu saja," Channa pun membalas bisikan itu.

"Apa dia kekasihmu?" Tanya Seorang pria bertubuh gembrot.

Kael menatap orang itu. "Tentu saja," sahutnya sambil menyipitkan matanya.

Sedangkan Channa, sudah merasakan panas dingin saat semua tatapan mengarah padanya. Ingin rasanya dia menyungkit mata-mata biadap itu.

"Kau berasal dari keluarga mana?" Kali ini seorang wanita cantik bertanya kepada Channa.

Jantung gadis itu berdetak. Mulutnya mengatup rapat saat pertanyaan itu meluncur begitu saja. Ini situasi yang sangat buruk.

"Keluarga tidak penting," Kael menyadari situasi yang dialami oleh istrinya.

Wanita yang bertanya tadi terkekeh. "Dalam dunia bisnis, latar belakang keluarga itu sangat penting."

Kael menatapnya datar. "Saya tidak mementingkan latar belakang kekuarga, Mrs. Roderick," dia menjawabnya dengan santai.

"Sepatumu pesan dimana?" Wanita berkulit coklat ikut menimpali percakapan mereka.

"Sayang, jangan," lerai sang suami, Mr. Simone.

After Second Marriage(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang