she's back

269 40 0
                                    

013 — she's back — hello and goodbye.



Teriknya cahaya alami menerpa wajah yang fokus menyetir. Jari-jari Langit mengetuk-ngetuk setir mobil ditemani alunan suara riang dari penyiar menyapa para penikmat pendengar radio yang disibukkan aktivitas di siang hari.

"Kembali di 105,1 Fm Tenfive bersama aku Tria dalam siang mentari. Yang akan selalu menemani siangmu dengan lagu-lagu hits yang akan aku bawakan sampai jam 4 sore nanti nanti."

Langit sedang berusaha mencari kata per kata dalam kamusnya, yang biasa memudahkan membangun suasana dari canggung keheningan dua bibir sebelumnya menciptakan rasa. Sekaligus merangkai permintaan maaf.

"Kali ini aku masih sendiri tanpa partnerku Junior, karena doi masih perlu bedrest dari sakitnya. Dan aku kaget banyak banget dm instagram sama tweet di twitter ngetag radio 105,1 pada ucapin cepat sembuh untuk kesehatan Junior. Thank you so much para sobat mentari yang selalu setia masih mendengarkan 105,1 Fm siang mentari. Tapi dari banyaknya ucapan gws untuk Junior, ada juga pertanyaan sobat mentari yang dm gini 'apa kak Junior akan diganti?' Nah jawabannya adalah... Tidak ya sobat. Jadi secepatnya Junior akan kembali temani sobat siang mentari di jam-jam siang hingga sore, yang tentunya bersama aku."

Bukan hanya penyiar memenuhi ruang, suara batuk sengaja Langit keluarkan rupanya membuat si gadis tetap tidak menoleh padanya.

"Jadi mari langsung saja, lagu pertama yang akan aku putar untuk sobat siang mentari dengan lagu yang bikin bitter dan terasa perih, seperti kalau lagi sariawan. Ini dia Dan dari Sheila on 7."

Intro lagu terputar tangan Langit bergerak segera menaikan volume. Pura-pura menunjukan sikap santai untuk menutupi rasa takut dan mencoba membuang sikap pecundangnya. Langit melirik sekilas, berdehem seolah membersihkan tenggorokan lalu bernyanyi dengan keras.

"Astaga, bisa ngga perlu teriak-teriak kalau nyanyi?" Sungut Darin.

Langit berhasil membuat si gadis berbicara.

Ketika hanya butuh dua puluh menit jarak ditempuh untuk tiba di hotel tempat Darin. Langit tak dapat memakir hanya sekedar menepi untuk menurunkan Darin dan si gadis sudah buru-buru saja keluar.

"Makasih."

Langit cepat-cepat menarik handle pintu kendaraan. "Darin, tunggu sebentar." Ia ingin keluar tetapi suara dari sebrang menahannya.

"Jangan keluar. Kamu mau ngomong apa?"


Langit menurut kembali menutup pintu mobil. "Gua minta maaf atas kejadian semalam, maaf gua udah kurang ajar yang bikin kita jadi canggung kayak gini."

"Aku sebetulnya dari tadi nungguin kamu minta maaf, Kala. Karena aku juga mau minta maaf."

"Lo ngga salah. Gua yang mulai duluan."

"Aku juga ikut terbawa suasana."

Langit makin merasa bersalah. "Gua maafin, karena salah gua." Langit melirik ke spion sebentar, memastikan tidak ada kendaraan menunggu di belakang. "Besok kita keluar gua sekalian ajak mas Wala, soalnya tinggal sisa tiga hari lo liburan. Istirahat habis ini, you have a full rest for the next day."

"Oke bye, Kala."

"Bye." Sebab tak dapat berlama-lama Langit sekejap melihat kepergian Darin menaiki tangga kecil memasuki loby, ia menginjak pedal gas berlalu.

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang