forget Jakarta

237 39 1
                                    

Jakarta. 13 February 2018

 13 February 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Kenapa tiba-tiba ke Jakarta, Dar?"

"Buat ketemu kamu, siapa memang yang bisa aku temui di sini, selain kamu?"

"Maafin aku." Langit memaksakan fokusnya bersitatap dengan sang puan.

Menempatkan pilihan untuk membutuhkan waktu sendiri. Rupanya selama sembilan bulan di antara mereka tidak ada saling menghubungi.

Langit menghabiskan sembilan bulan berhasil membeli gedung, membangun bisnis label perusahaan rumah musik bersama temannya. Modal hasil jerih keringat bekerja di tempat Cakrawala, pundi-pundi itu sedikit demi sedikit memprogres label rekaman.

Sementara Darin masih ditemani kesendirian. Berkutat dengan pekerjaan di Serbada, tapi ada satu yang berbeda Darin mulai perlahan membuka diri termasuk kepada Chaterine yang sudah Darin anggap sebagai kakaknya. Darin memberitahu bahwa masih mempunyai seorang ayah. Namun itu sembilan yang lalu, Darin benar-benar anak tanpa ibu dan ayah.

"Untuk apa minta maaf?"

Langit menghela napas berat, sorotnya memandang lurus kaca mobil. "Karena waktu itu aku nyerah, milih kita buat break tapi aku yang malah hilang ngga ada ngabarin kamu sama sekali."

Darin ikut menggulirkan pandangan ke kaca mobil. "Apa karena mantanmu yang ninggalin kamu itu? Jadi waktu kita pertama kali bertemu, bawa aku ke Jakarta, sampai kita pacaran. Apa kamu anggap aku mantanmu? Sampai kamu pura-pura ndak tau aku selama ini. Apa karena ini kamu ndak kasih kejelasan tentang kita, karena dia sudah balik?"

"Ngga ada hubungannya sama kakakmu, Dar. Maaf soal aku pura-pura ngga tau kamu, awalnya aku cuman mau bantu Vina biar ketemu sama kamu, sama kakak kamu. Tapi perasaan aku ikut kebawa juga."

"Lalu aku hanya pelarian kamu, Kala? Karena aku mirip sama Davina, jadi ajak aku pacaran? Pantas pertama kali kamu cium aku, kamu hampir salah sebut nama. Kamu pikir aku ndak dengar?" Coloteh Darin, alkohol memang ahli juara dalam mengungkapkan perasaan. "Kamu sampai block nomor aku! Kayaknya aku bodoh banget sampai harus ke mari, karena kamu sendiri sudah ada perempuan baru tadi kan. Kamu ndak bisa dapatin Davina lagi jadi kamu cari yang lain."

"Berhenti ngoceh yang ngga jelas. Itu sepupu aku."

"Terus karena apa?" Kepalanya tengah merasakan denyut sehingga Darin memijat pelipisnya. Masih beruntung Darin mempunyai toleransi pada alkohol, jadi masih dapat mengontrol tubuh dan pikirannya.

Langit memposisikan tubuh menghadap Darin. "Aku ngga bisa ambil keputusan harus apa. Aku ngga bisa kehilangan orang yang aku sayang lagi, tapi aku ragu sama kamu. Aku mau kita lebih serius dari ini, sayangnya kita beda pemikiran, tujuan kita beda."

"Kala, just simple, kita bisa terus sama-sama."

"Terus sama-sama yang kamu mau apa?"

Langit menyakinkan bahwa pemikirannya salah terhadap Darin. Pasalnya meski Langit terpaksa memutus bertahan tak menghubungi Darin, tapi ia masih mencari tahu lewat Davina. Namun apa daya Davina bilang, gadis itu terlampau membenci masa lalunya. Masih berlarut dalam takdir yang gagal mencapai apa yang Darin inginkan sejak dulu karena ayahnya. Dua kakaknya saja tak Darin hiraukan lagi malah makin membenci mereka.

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang