Bab 4 Salah paham I

7 2 0
                                    

***
Malamnya Max pulang terlambat. Ia tergesa-gesa untuk sampai ke kamarnya dan mengetuk pintu kamar itu.
Di buka kan pintu itu perlahan dengan ditariknya lengan Max kedalam pintu pun tertutup kembali.
Disana Alex menunggunya dan diberi kecupan manis.

"Maaf aku telat, tadi di jalan tiba-tiba macet", ujarnya bersalah.

" Its oke, tidak masalah hmm", ucap Alex sambil menggendong Max menaruhnya di meja makan. Lalu melumat kembali bibirnya dengan lembut.
Max pun membalas kembali.

Setelah itu melepaskannya bibirnya, dan mengatakan jika ia harus mengganti pakaian nya dulu dan mandi.
Tadinya Alex menolak tidak ingin berhenti. Tapi Max maksa, karna badannya sangat lengket oleh keringat.

Sebetulnya Alex tidak mempermasalahkannya karna menurutnya itu akan berkeringat kembali.
Namun Max tidak ingin, karna dia betul-betul harus mandi dahulu. Setidaknya ia bisa merilekskan tubuhnya karna letih.
Dan akhirnya Alex mengiyakan.

Selesai mandi dan menyimpan pakain kotornya di keranjang Max bertanya.
"Apa kamu sudah makan?aku minta maaf karna tidak membelikanmu makanan, karna sudah tengah malam. Jadi aku terburu-buru untuk pulang. " Ujarnya merasa bersalah.

"Tidak apa, aku udah makan ko", jawabnya mengusap rambut Max lembut.

Max mengangguk, " Hmm gitu, kamu makan apa tadi? "Tanya Max yang saat itu masih mengeringkan rambutnya dengan handuknya.

Namun di ambil oleh Alex dan memintanya untuk duduk di depannya agar ia mudah untuk mengeringkan rambutnya itu.
Max mengikutinya dengan senang.

"Makanan dari tetangga sebelah", ujarnya.

Max agak terkejut, " Kamu sudah bertemu dengannya?" Tanya Max penasaran.

Alex mengangguk pelan, " Kamu sudah tau ada tetangga baru di samping kita? Tapi kenapa kamu tidak memberitahuku? "Tanyanya balik.

"Ahhh, itu... Aku pikir kamu sudah mengetahuinya. Jadi aku tidak mengatakan apapun padamu. " Jawabnya merasa bersalah.

Alex hanya mengangguk mengerti.
"Oh ya tadi aku pisahkan masakan darinya untuk mu, mau aku panaskan?" Tawarnya.

"Mmm.. boleh kalau begitu", mangangguk tanda setuju.

Selesai mengeringkan rambut Max. Ia pun pergi ke dapur untuk memanaskan masakan itu.
Setelah di cicipi makanan oleh Max, dia merasa terkejut dengan rasanya.
Benar apa kata Alex. Max menyukai masakan tetangganya itu. Dan malah Max merasa tidak puas karna itu hanya sedikit.

Alex bilang jika tadinya ia tidak akan memberikan masakan itu kepadanya.
Karna ia pun sangat menyukai masakan itu.
Max mendengar nya hanya mendengus kesal dan di ikuti khas tawanya tak percaya apa yang di katakan alex.

"Tapi... Apa dia mendengarkan apa yang kita lakukan setiap malam, Max?" Tanyanya tiba-tiba penasaran.

"Hmm. aku juga tidak tahu! Mungkin saja tidak mendengar, karna kita memulainya di tengah malam, kan? " Ujarnya meyakinkan.

"Iya juga sih. Tapi bagaimana jika dia mendengar? Bisa gawat kan? ", ujar Alex khawatir.

Namun Max tidak yakin, "Jika dia mendengar mungkin saja dia tidak akan mau menyapa kita. Nyatanya dia sering menyapa ku. Dan seperti tidak ada masalah", ucapnya.

Alex mendengarnya agak cemburu. Ia malah mengalihkan pembicaraannya dan mendekati Max yang duduk di atas meja setelah selesai makan.
" K-kamu mau ngapain lex?"tanyanya
"Setelah di pikir-pikir aku jadi laper juga", ucapnya mendekati wajahnya ke wajah Max.

Max hanya tersenyum,
" Jika kau ingin makan, akan aku masakan untukmu. Karna makanan ini sudah aku habiskan", ujarnya.

"Tapi... Aku hanya ingin memakanmu", ujarnya melumat bibir Max dengan ganas.

The Belief of Love to Meet (Keyakinan Cinta Untuk Bertemu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang