Bab 5 Dia mungkin membencinya I

11 2 0
                                    

"Kau menyukainya? ", tanya Alex masih penasaran, berjalan mengikuti Max.

" Ya, sepertinya aku mulai menyukainya. Dia benar-benar imut", jawabnya tersenyum lebar.

"APAAA??? " Teriaknya terkejut dengan jawaban Max.

Max mendengarnya ikut terkejut juga dengan teriakannya dan menutupi mulut Alex. Lalu menariknya untuk berjalan cepat ke tempat parkiran motor.
Sesampai nya disana ia pun melepaskan tangannya dari mulut Alex.
"Kau ini! Kenapa berteriak sih! ", ujarnya tak menyangka.

"Kamu benar-benar menyukainya?" Tanya nya masih tak percaya.

Max pun menyadari bahwa Alex benar-benar cemburu dengan pertanyaannya kepadanya.
Bahkan, ia malah menggodanya saat itu.

Max mengangguk yakin, " Iya aku benar-benar menyukai nya, saaangat..." Godanya.

Alex yang mendengarnya sangat kesal, "oh jadi gitu, kamu sudah mulai menyukai seseorang. Oke tidak apa-apa tidak masalah! Kalau gitu lebih baik kita tidak jadi pergi. Aku sekarang ingin kembali ke kamar saja", ujarnya marah dan akan meninggalkan Max.

Namun Max menghentikannya. Dan menariknya ke hadapannya, dengan mengusap rambutnya yang lembut.
"Kamu ini. gimana sih, aku menyukainya hanya sebatas seperti adik ku saja... Baru gitu aja kamu udah kebakaran jenggot gini. Aduh imutnya pacar ku ini hahah", tawanya bahagia.
Setidaknya dia berhasil membuat Alex sangat cemburu.

" Kau... "Ucap Alex tak percaya dan tersenyum karna malu.

" Well, lebih baik kita pergi sekarang. Masa hari jadi kita yang ke 3 tahun ini tidak dirayakan? Dan lagi aku sangat penasaran dengan apa yang akan kamu berikan padaku nanti hmm". Ucapnya lembut.

Alex tersenyum senang mendengarnya. Lalu mereka pergi dengan mengendarai motornya itu.
Sesampainya di tempat tujuan Max agak terkejut dengan tempat yang ia tuju. Karna saat itu sangat ramai tempatnya.
Max merasa canggung dan tak biasa ditempat yang ramai. Ia menjadi resah gelisah walaupun saat itu tangannya di genggam terus oleh Alex dengan wajah yang ceria.
Alex terus menariknya untuk mengikutinya.

Disana adalah tempat kaum muda-mudi yang sedang berpacaran. Alex berpikir selama mereka pacaran, meraka tak pernah sekalipun pergi keluar untuk merayakan anniversary nya itu.
Dan saat ini ia meminta Max untuk merayakannya di luar. Ia hanya ingin Max merasakan bagaimana rasanya menjalin kasih di luar tepatnya di malam hari.

Namun nyatanya Max sangat tidak nyaman. Karna ia tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu sangat di larang dan di benci di negaranya ini.
Ia terus memaksanya untuk melepaskan genggaman tangannya dari alex.

Alex yang sedari tadi hanya mengikuti suaranya itu, menyadari bahwa Max mulai merasa tak nyaman.

"Apa kamu baik-baik saja? ", tanyanya cemas.

Max hanya mengangguk pelan dengan wajah nya yang mulai pucat dan berkeringat.
Itu bertanda bahwa dia tidak baik-baik saja saat itu.
Namun, ia hanya menahannya agar tidak membuat Alex merasa khawatir.
Tapi nyatanya itu membuat Alex merasa cemas.
Alex merasa bersalah dan membawa Max ketempat yang agak sepi jauh dari kerumunan.

"Apa kamu merasa tenang sekarang?" Cemas nya sambil mengusap keringat di wajah Max yang pucat.

Max mengangguk tersenyum, "iya aku baik-baik saja". Ucapnya menyentuh tangan Alex yang masih berada di pipinya itu.
Alex menghela nafas lega. Dan menyesali perbuatannya yang memaksa untuk merayakan hari jadinya di luar.

Max tidak mempersalahkan nya. Sebaliknya ia merasa bersalah tidak bisa mengikuti apa kemauan Alex itu.

"Apa kita pulang saja?", tanya Alex menyarankan untuk pulang.

Max berpikir sejenak dan berkata, "Bagaimana jika kita sewa villa? Tidak mungkin bukan kita sudah jauh-jauh pergi lalu kembali lagi. Lebih baik kita cari villa dan menginap. Karna ini sudah sangat malam. Kan?", Usulnya.

Alex sontak menyetujui dengan semangat. Karna itu kesempatannya untuk mendengar suara Max yang selalu ditahan nya setiap meraka melakukan itu di "rumah susun".
Max mendengarnya hanya tertawa dan di tarik oleh Alex untuk pergi mencari tempat penyewaan villa.

****
Sebaliknya Biy yang saat ini berada di kamar tengah sibuk dengan laptop barunya. Ia pun memotret nya untuk di jadikan status di media sosial. Walaupun terdengar norak, ia tidak peduli. Karna iya merasa senang dengan apa yang dia miliki nya. Sebab itu hasil jerih payahnya yang selama ini ia kumpulkan dari membuat sebuah cerita di media sosial.

Setidaknya ia merasa bangga. Tak peduli jika orang lain mengejek nya. Yang terpenting dia senang.
Bagitu ia memposting nya di sosial media, Kak Naya sontak mengirim pesan dan mengejek.

"Cie yang punya laptop baru, bisa kali pinjem untuk kiyya??😁" Godanya

Aku membaca nya tertawa dan mengirim stiker tertawa.

Namun beberapa menit kemudian Kak Naya menanyakan kabarnya, dan penasaran kenapa ia tak pernah mengabari keluarganya. Seperti halnya menanyakan ke adaan Ibu dan Ayah.
Rasanya Biy ingin berkata jujur, tapi ia tak bisa. Dan Biy hanya mengatakan ia sangat sibuk dengan pekerjaannya jadi tidak sempat untuk memberi kabar ataupun menanyakan kabar.

Namun setelah mengatakan itu, Biy merasa sangat bersalah karna telah berbohong kepada keluarganya. Ia hanya takut mereka akan menyinggung tentang pernikahan lagi.
Maka dari itu ia pun mengalihkan dan menutup percakapan mereka dengan alasan pekerjaan.

Huft. Sampai kapan aku terus menghindar dari mereka? Aku benar-benar sangat berdosa, ya Tuhan ampuni aku!. Gumamnya sambil menatap kosong di layar laptopnya itu.

Dengan menghela nafas ia memindahkan file yang ada di handphone nya ke dalam flash disk melewati laptopnya itu.
Setelah selesai ia melihat jam yang menunjuk sudah pukul satu malam.
Berpikir bahwa tetangga nya belum juga pulang sampai sekarang sudah sangat malam.
"Wah, kenapa mereka belum juga pulang? Tidak biasanya? ", ucapnya penasaran.
Karna saat itu sangat sunyi. Biasanya setiap malam sangat berisik dengan mereka.
Tapi setidaknya Biy merasa lega karna ia bisa tidur dengan sangat nyenyak. Tidak ada pengganggu tidur nya semalaman ini.
Biy beranjak pergi tidur dengan senang hati. Setelah selesai merapihkan pekerjaannya.

**
Siangnya Biy tertidur pulas. Namun terdengar suara ketukan pintu kamarnya yang membuatnya menjadi terbangun. Walapun kesal, ia memaksa tubuhnya untuk bangun dan beranjak pergi membukakan pintu.

"Hai Biy! Selamat siang! " Ujarnya tersenyum manis dengan melambaikan tangannya kearah Biy.

Sontak Biy terkejut setelah membuka pintu. Alex tengah berdiri dengan membawa wadah tempat makan yang dulu ia berikan.
"Y...yaya Hai? Ada apa tumben? Aku kira kalian masih bersenang-senang dengan kencannya? ", ucap Biy keceplosan kembali.

Alex agak terkejut, " Apa? "

Biy mengalihkan, "ma..maksudku kumpul bersama teman kalian gitu hehe" Nyengir tak jelas.

"Ohh, kalau itu sih iya dong pastinya hehe" Jawabnya bangga.

'Aku tau jika kalian telah selesai bulan madu hanya berdua saja', gumam Biy yang tak percaya itu.

Sampai Alex mengatakan, "apa kau mengatakan sesuatu? " Tanyanya.

"Ahh, tidak. Tidak ada! Oya ada perlu apa kamu datang ke sini? ", tanya Biy mengalihkan pembicaraan.


#####################
Happy Reading!
.
Biar makin semangat vote and follow biydawiy
Tengkyuuu 😘😘

👇👇👇👇

The Belief of Love to Meet (Keyakinan Cinta Untuk Bertemu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang