"Ibu?" Napas Ayyara terasa tercekat. Melihat seseorang yang sudah cukup lama ia tidak melihatnya. Dan seorang wanita dengan jaket tebal sambil menenteng banyak belanjaan itu berusaha menormalkan napasnya akibat pertemuan mereka yang tak disengaja itu.
Dia.. Ibu Azhandi.
Apa Ibu bersama Kak Han?
"Tangan kamu kenapa?" tanyanya membuat Ayyara menghentikan keheningannya, karena ia terkejut.
"Ah, Yara sedikit mengalami musibah kecil." Ujar seadanya. "Apa Mas-"
"Kalau begitu saya permisi, kebetulan saya naik angkutan umun." ujar Ibu Azhandi seperti tidak mau berlama-lama memperpanjang pertemuan dengan obrolan.
Setelah apa yang telah terjadi tidak sedikit pun membuat calon mertuanya itu berucap? Bahkan saat ia akan berucap nama seseorang yang ada di hatinya, Ibu seperti dapat membaca pikirannya hingga ia terburu-buru pergi. Apa dia pernah melakukan kesalahan kepadanya? Pertanyaan itu terus memutari otaknya.
"Neng ini banderosnya.." setelah menyodorkan uang, Ayyara menerima jajanan itu.
"Maaf pake tangan kiri Pak, bukannya tidak sopan, tapi.."
"Tidak apa-apa Bapak ngerti. Makasih neng."
Ayyyara sudah kembali bangku dimana Haffa dengan barang belanjaannya. Dan ketika ia duduk sambil sedikit termenung, tiba-tiba banderos yang baru simpan di meja itu bergeser oleh tangan disebelahnya.
"Ih, Mas Haffa kalau mau jangan semuanya dong.." kesal Yara. Ia tidak terima.
Kening Arhaffa berkerut dengan pemikiran nyeleneh itu. "Kata siapa saya mau ngambil makanan kamu?"
"Terus ngapain bawa semua bandros Yara dan nempatinnya di hadapan Mas Haffa aja?" ceria dirinya.
Tiba-tiba sebuah tangan menyodorkan bandros itu ke depan mulutnya.
"Saya mau nyuapin kamu. Sudah saya bilang kan, makan itu pake tangan kanan. Anggap saja tangan kanan saya itu tangan kamu juga."
Mendengar itu Ayyara lagi-lagi tersenyum dan membuat buratan merah di pipinya. Siapapun akan bertingkah seperti dirinya jika terus di perlakukan seperti ini. Dia lelaki terlalu baik. Ayyara sedikit merasa bersalah menariknya ke dalam masalah hidup dirinya.
"Lucu ekspresi kamu." ujar Haffa setelah Ayyara menggigit sepotong bandros itu, dan sisa setengahnya Arhaffa memakannya. Ayyara melotot melihat itu.
"Kayak tomat rebus." tunjuk Arhaffa menusuk pipinya dengan jari.
"Apaan sih. Itu kenapa juga bekas Yara dimakan?" Ia malah terfokus kesini.
Haffa berekspresi santai. "Saking pelitnya, gak boleh ya?"
Ayyara menggeleng. "Nggak jijik?"
"Emang kamu penyakitan?"
"Kayak nyindir rabies aja," ujar Ayyara membuat Arhaffa terkekeh.
"Kamu yang berspekulasi seperti itu, bukan saya. Sudah ayok makan lagi." ujar Arhaffa menyodorkan lagi satu potong bandros dan langsung Ayyara makan semuanya. Ia sengaja. Bahkan ia dengan sengaja menggigit jari yang menyodorkan bandros itu.
"Aww.. kenapa tangan saya digigit?" heran Arhaffa.
"Balesan. Pertama karena bikin kesel. Terus yang kedua, buat balesan karena Yara tahu tadi Mas Haffa goda Yara karena ajang bales dendam kan karena tingkah Yara dihadapan Abang penjual lobak tadi?" tuding Ayyara mengerti Arhaffa tadi menggodanya karena ajang bales dendam.
"Jangan suuzon, gak baik. Tangan saya sakit kena gigit kamu."
"Rasain aja!"
"Tidak akan saya suapin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Langit Jingga | Jingga✔ (Repost)
Spiritual"Mencintai dalam diam, ketika kita tahu. Kita bukan pilihan sebenarnya hatinya, sekalipun kita terikat pernikahan ketidaksengajaan." Arhaffa "Kita sudah berkomitmen bersama. Merangkai masa depan dengan indah. Jadi kembalilah.." Azhandi "Tujuan prins...