Jaemin dan Jeno sedang berada di sebuah perumahan mewah, maksud mereka kesini karena ada seorang pemilik buku langka karya Lee. D ini ingin menjual buku tersebut kepada Jeno dan juga Jaemin.
"woah rumah disini bagaikan istana" gumam Jaemin melihat satu persatu rumah mewah yang bejejer di perumahan tersebut.
"nah kita sampai" ucap Jeno sembari memberhentikan sepedanya.
Jeno dan Jaemin akhirnya turun dari sepeda dan berjalan ke rumah bernomor 12, rumah tersebut tampak megah. Ditambah lagi tanaman-tanaman indah menghias pekarangan rumah tersebut.
Jeno yang ingin mengetuk pintu, tiba-tiba di tahan oleh Jaemin. "kenapa?" tanyanya heran.
"rumah semewah ini tidak perlu mengetuk pintu, disini ada bel" jelas Jaemin sembari menekan bel tersebut.
Sementara Jeno hanya mengangguk sembari beroh ria, "kau pernah tinggal di rumah semewah ini?" tanyanya.
"tidak pernah, tapi waktu itu aku dan Renjun pergi kerumah Seungmin yang model rumahnya sama seperti ini" jawab Jaemin yang diangguki oleh Jeno.
"ya? Dengan siapa?" tanya seorang wanita paruh baya.
"saya Lee Jaemin, ingin bertemu dengan tuan rumah" jawab Jaemin.
"oh baiklah"
Kreeek..
Pintu terbuka lebar, nampak seorang pria berbadan besar dengan ramah tersenyum dan mempersilahkan Jeno dan Jaemin masuk.
"silahkan duduk dulu, saya panggilkan tuan Lee dulu ya" ucap wanita paruh baya atau kita bisa bilang pembantu di rumah mewah tersebut.
Jeno dan Jaemin tampak mengagumi rumah mewah milik pria sukses bernama Lee Taemin ini, bagaima tidak? Tangga rumahnya saja sudah seperti istana, dan nuansa putih abu menambah keindahan rumah tersebut.
"dengan Lee Jaemin ya?" tanya seorang pria lengkap dengan jas serta dasi kerjanya.
Jaemin dan Jeno bangkit dari kursi, lalu membungkuk kearah pria yang baru saja datang. "iya saya Lee Jaemin, dan ini teman saya" ucap Jaemin.
"Lee Jeno" ucap Jeno sembari tersenyum.
"ah begitu rupanya, silahkan duduk" ucap Taemin sembari duduk yang diikuti Jaemin dan Jeno.
"wah kalian masih muda sekali, jarang anak seumur kalian tertarik membaca buku langka ini" ucap Taemin sembari meletakkan buku tersebut di meja.
Jeno dan Jaemin tersenyum, "iya kami memang sedang ingin mendalami tentang karya-karya Lee D" seru Jaemin.
Jeno mengangguk, "karya-karyanya tidak pernah mengecewakan" tambahnya.
Taemin terkekeh pelan, "benar sekali, saya tidak pernah menyesal akan karya Lee. D" ucapnya.
"tapi, kenapa bapak ingin menjual buku ini kepada kami?" tanya Jeno.
"saya sudah hampir setiap hari membaca buku itu, sampai dimana saya merasa bosan dan ingin menjual buku itu" jelas Taemin yang diangguki Jeno dan Jaemin.
.
Setelah berinteraksi dengan sang penjual buku, Jeno dan Jaemin memutuskan untuk pergi ke suatu taman. Ya biasa dibilang, taman yang waktu itu mereka datangi.
Mereka duduk di bangku kosong, Jaemin sibuk memakan eskrimnya sedangkan Jeno sibuk memainkan ponselnya.
Beberapa menit kemudian, Jeno bosan dengan ponselnya dan mengalihkan pandangannya ke arah Jaemin.
Senyum Jeno mengembang ketika melihat Jaemin memakan eskrim dengan mulut yang berantakan, oh ayolah itu sangat menggemaskan bagi Jeno.
"Jaemin" panggil Jeno.