22 . flashback

1.2K 174 2
                                    

Pria tersebut tersenyum kearah Jaemin, sementara yang disenyumi masih membeku tak menyangka.

"boleh saya duduk?" tanya pria tersebut.

Jeno tersenyum, "tentu saja bo-"

"tidak" sela Jaemin tegas.

"Jaemin? Hey kau kenapa, dia ini yang ingin menjual buku yang kita cari kan?" tanya Jeno yang bingung dengan sifat Jaemin yang tiba-tiba berubah.

"dia orang jahat, buat apa kita beli buku darinya? Sudah nanti kita cari penjual yang lain" ucap Jaemin sembari beranjak dari kursi dan berjalan meninggalkan Jeno dan pria tadi.

"Jaemin" panggil pria tersebut.

Jaemin memberhentikan langkahnya, "mau apa lagi? Mau bikin nana sakit lagi?" tanyanya yang berusaha menahan air matanya.

"kita bicarakan ini baik-baik bisa? Ayah mau bicara" sahut pria itu yang tak lain adalah ayah Jaemin.


Sekarang, Jaemin dan ayahnya atau kita bisa panggil Johnny Seo. Sedang duduk berhadapan.

Sementara Jeno menunggu di kursi lain karena dia tidak ingin mengganggu privasi sahabatnya.

"sudah lama kita tidak bertemu kan?" tanya Johnny membuka pembicaraan.

"langsung ke intinya saja bisa?" tanya Jaemin balik.

Johnny tersenyum kecil, "bagaimana kabarmu dengan ibumu? Baik-baik saja kan?" tanyanya.

"untuk apa ayah masih menanyakan kabarku dan ibu? Bukannya ayah sudah tidak peduli lagi dengan keluarga kita?" tanya Jaemin yang sukses membuat hati Johnny tergores.

"sebelumnya ayah mau minta maaf, karena dulu ayah sudah jahat kepada kalian" ucap Johnny.

"lalu? Dengan permintaan maaf seperti ini nana sama ibu mau memaafkan semua perilaku jahat ayah?" tanya Jaemin lagi.

Johnny terkekeh pelan, "astaga, ternyata putra kecil ayah sudah pandai berbicara hm?" ucapnya tak menyangka, Jaemin mirip sekali dengan ibunya.

Jaemin menghela nafas, "kalau ayah hanya mau basa basi, nana pergi aja dari sini" ucapnya sembari beranjak dari kursi.

"Jaemin Seo" panggil Johnny sembari menarik tangan sang putra.

Jaemin menepis tangan Johnny, "maaf, tapi margaku bukan Seo lagi. Aku bukan Jaemin Seo yang dulu, aku Lee Jaemin" sahutnya sembari pergi meninggalkan sang ayah.

Jeno yang melihat Jaemin keluar dari cafe buru-buru mengejar pria manis itu.

Jeno tampak kehilangan jejak, sampai akhirnya dirinya menemukan Jaemin yang sedang duduk di parkiran sepeda cafe itu.

Dengan perlahan Jeno menghampiri Jaemin, dilihatnya Jaemin yang menangis sesuggukkan, kakinya dilipat dan wajahnya ia tutupi dibalik kedua tangannya.

Jeno duduk disebelah Jaemin sembari mengelus pundak Jaemin, tangannya refleks mengarahkan kepala Jaemin untuk bersandar di pundaknya.

Tangisan Jaemin pecah, tangannya bergerak memeluk pinggang Jeno, wajahnya ia tutupi di samping pundak Jeno.

Jeno menghela nafas, dirinya merasa iba melihat Jaemin. Walaupun dia tak tau pernasalahan apa yang tengah temannya hadapi.

"sudah-sudah jangan menangis lagi ya" ucap Jeno sembari mengelus pundak Jaemin.

"hiks..aku pasti sudah kejam kan? Tidak mau memaafkan ayahku sendiri" ucap Jaemin tiba-tiba.

"hey apa maksudmu?" tanya Jeno terkejut.

Jaemin berusaha mengatur nafasnya, setelah nafasnya sudah teratur dirinya langsung membuka suara. "entahlah, hanya karena masa lalu aku sampai sebenci itu dengan ayahku" ucapnya.

Private Life | nomin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang