🌹26

4.2K 262 21
                                    

Gadis cantik berambut setinggi bahu itu mengintip di balik dinding, memastikan pria yang menyebabkan adiknya ini terluka berharap tidak ada lagi tampak di sekitaran jalan menuju ke rumahnya.

"Bertahanlah chaeng kita akan pergi dari sini" Ujar gadis itu yang tak lain kakak sulungnya menggendong sang adik bersiap meninggal kan tempat sempit ituh. "Unnie a-apakah penyakit mu sudah sembuh?" Jisoo berdehem

Saat ingin keluar dari persembunyian, langkah kaki gadis itu terhenti kala tubuh besar nan kekar itu menghalang jalannya.

"Mau lari kemana kau jisoo?" Pemilik suara itu mendekat dengan seringai iblisnya, mau tak mau jisoo pun mundur menghindar tapi sayangnya ada dinding pembatas rumah ini dengan rumah yang satunya lagi.

"Unnie... Siapa itu?" Lirih gadis dalam gendongannya.

"Jangan khawatir... Hanya ada seekor anjing gila kemari" Menatap tajam orang itu, jisoo menurunkan dan menyandarkan kembali adiknya itu.

"Kenapa tidak kwatir, kamu bilang anjing gila kemari, apa kamu tidak takut sama anjing gila unnie?" Jisoo tersenyum miring. "Tidak! Tidak ada yang perlu di takuti" Dalam penglihatannya, rose mendapati seorang yang dia kenali berdiri tak jauh dari hadapannya.

"S-sam-

Jisoo dengan cepat memotong perkataan rose

"Aniya.... Pria yang di hadapan kita ini bukanlah  samchon, pria ini derajatnya lebih rendah dari tanah yang di injak-injak bahkan tanah yang ter ludahi saja lebih tinggi dibandingkan dirinya".

Pria itu tertawa, entah apa yang dia tertawakan.

"Arghh... Unnie, hikss ini s-sakit sekali" Rose memegang kain yang menutupi lukanya tangan jisoo memegang tangan rose yang di sana, berharap memberi kekuatan. "Hiks... Bertahanlah chaeng.. Unnie mohon. Kamu kuat chaeng, kamu adikku" Bisik jisoo

Wajahnya masih saja mengeluarkan peluh menahan sakit.

"Eoh anak manis... Apakah itu sakit? Cup cup cup" Jisoo menghempaskan tangan yg ingin menyentuh adiknya itu.

"Jangan pernah kau menyentuh adikku!" Ucap jisoo tajam.

"Yah sayang sekali, padahal aku ingin sekali memegang wajah cantik yang terlihat pucat itu" Pria itu mengeluarkan pistolnya dari belakang celananya.

"Biar aku bantu menghilangkan rasa sakitmu itu, setelah itu kau tidak akan pernah merasakan kesakitan lagi keponakanku" Menyodorkan pistol ke arah rose

"Andwae!" Jisoo memeluk rose guna melindungi adiknya itu. "Hiksss...jangan adikku, aku saja tembak. Biarkan adikku hidup hikss aku mohon" Rose ingin menjauhkan tubuh jisoo darinya tapi apalah dayanya tenaganya sudah tak sekuat di pagi hari tadi. Hanya bicara, mendengar, melihat, dan bernafas saat ini yang dia bisa lakukan.

"Unnie kau pergilah, biarkan aku disini saja. Selamatkan dirimu unnie, hiks... Aku tidak kuat lagi unnie" Jisoo menggeleng, air matanya tak henti-hentinya jatuh.

"Baiklah aku akan membunuh kalian berdua disini, besoknya jennie dan lisa akan aku bunuh"

"Andwae! Jangan lakukan itu! Hiks... Lepaskan ketiga saudariku. Bunuh saja aku sebagai tumbalnya" Kata rose

"Sssstt..tidak chaeng apa yang kau katakan! Aku tidak akan meninggalkanmu disini kau adikku chaeng!"

"eomma akan memberikan semua harta appa yang kau mau itu. Benarkan unnie eomma akan melakukannya?" Jisoo menggangguk dg air matanya itu.

"Bebaskan eomma, kedua unnie ku, dan lisa adikku" Jisoo lagi2 menggeleng "hiks..dengan kamu juga"

"Cih.... Aku bisa mendapatkan harta itu tanpa harus kalian yang menyuruh eomma kalian itu memberikannya kepada ku"

Mian jeongmal mianhae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang