-Tigapuluhsembilan-

2.9K 313 58
                                    

[TIGAPULUHSEMBILAN]

***

"REVAN? "

Seketika Revan membalikkan badannya kebelakang. Matanya sedikit membelalak karena melihat kehadiran Viola didalam ruangan ini. Kini, Viola menatap Revan dengan tatapan bingung.

"Revan ngapain disini? "tanya Viola.

"Lo.. Siapa ya? "Riri menyahut. "kok tiba tiba masuk ke sini? "

"Eh maaf ya tadi Vio langsung masuk aja, soalnya dari luar Vio ngeliat Revan. "jawab Viola tidak enak.

Revan menghela nafas. Ia menatap kearah Via. "saya gak bisa, karena saya udah punya pacar. "tegas Revan. "Permisi. "kemudian, Revan menghampiri Viola, menarik lengan Viola pelan untuk keluar dari ruang inap Via.

Wajah Via berubah sendu. Ia menatap kearah anaknya yang tengah menunduk sembari tersenyum kecut. Via kemudian menghela nafas penjang.

"Mama gak bisa apa apa lagi Ri, Revan memang udah gak suka banget sama kamu dan Mama. Keliatan dia masuk keruangan ini terpaksa. "tutur Via lirih. Ia ingin mendekatkan kembali Revan dan Riri, agar anaknya bisa bahagia kembali. Tapi sepertinya percuma saja. Revan sudah terlanjur benci kepada ia dan anaknya karena sebuah kesalahan besar.

Tangan Riri terkepal. Ia menatap kearah pintu yang sudah tertutup. "Demi apapun! Revan cuma milik gw! "batinnya. Sepertinya Riri tidak sadar jika ia berani mengganggu hubungan Revan dan Viola atau menggangu Viola, ia akan mendapat masalah besar yang bisa membuat hidupnya sendiri hancur..

***

"Tadi ngapain masuk kesana? "tanya Revan. Kini mereka berdua berada dikoridor rumah sakit yang tampak sepi. Tidak ada yang berlalu lalang disini.

Viola mengerjapkan matanya. "Sewaktu Vio mau lewat, Vio ngeliat kepala Revan dari kaca, Vio mikir, kenapa Revan ada diruangan itu? Yaudah Vio masuk aja. "jawabnya tanpa dosa.

Revan menghela nafas. Dengan begini, Riri jadi tahu jika Viola adalah pacarnya, dan Riri bisa menyakiti Viola. Revan harus berhati hati mulai saat ini, ia harus memberti tahu Papanya untuk segera memberikan peringatan kepada Riri juga memberikan bodyguard yang menjaga Viola dan mengawasi Viola dari jauh, kapanpun dan dimanapun Viola berada. Kecuali kalo Viola lagi dikamar mandi.

"Yaudah, kita balik lagi keruangan Mama lo. "kata Revan yang hanya mendapat anggukan dari Viola. Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju ruangan Wulan.

Sedangkan dilain tempat. Kini Amanda tengah berjalan dengan mulut yang terus berkomat kamit ditepi jalan. Tadi ia disuruh oleh kakaknya untuk membelikan martabak yang jaraknya berada agak jauh dari kompleknya, tapi juga tidak terlalu jauh. Tadi ia pergi menggunakan sepeda, tetapi na'as nya, sepeda yang ia gunakan secara tiba tiba ban belakang kempes sewaktu ditengah perjalanan untuk membeli martabak. Alangkah sialnya Amanda hari ini. Sepedanya ia letakkan dibengkel yang sempat ia lewati sewaktu menyeret sepedanya dengan ban yang sudah kempes.

"Dasar abang laknat! Udah tau gw lagi drakor-ran, eh malah disuruh beli martabak. Dia kan bisa beli sendiri pake mobil atau motor! Ngeselin banget si! Kenapa coba gw harus punya abang kayak bang Azka!? Ihhh! Awas aja lo bang! Gw doain lo keselek sewaktu makan tu martabak! "

REVIO - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang