-Enampuluhlima-

2.1K 268 159
                                    

[ENAMPULUHLIMA]

***

TUBUH Viola tampak membeku kala ia tak sengaja melihat pria paruh baya yang melewati dirinya. Pria itu mirip Papa nya -Rian-.

Apa Viola hanya berhalusinasi?. Viola menggeleng. Ia menatap dengan cepat kearah pria paruh baya tadi yang sudah ingin memasuki mobil, buru buru Viola berlari mendekat kemudian menahan lengan pria tersebut.

Pria tersebut terkejut, begitu juga dengan Revan, Wulan, Jessica dan Fandy.

"Pa-papa? "gumam Viola, terdengar lirih.

Pria tersebut mengerutkan kening. "Maaf? Kamu siapa ya? "

Viola melepas cekalan tangannya pada lengan pria paruh baya yang tadi ia tahan. "Ma-maaf. Na-nama om si-siapa kalau boleh tau? "

"Ah, nama saya Dion. "

Bahu Viola melemas. Ternyata ia salah orang. "Maaf om, saya salah orang, saya kira Papa saya, soalnya mirip.. "

Dion mengangguk. "Tidak apa. "

"Sekali lagi maaf om. "dan setelahnya, Viola langsung berbalik arah menuju Revan, Mamanya, Jessica dan Fandy yang masih sedikit terkejut. Memang benar, wajah Dion sedikit mirip dengan Rian. Jika dilihat dari samping, Dion memang sangat mirip dengan Rian. Mangkanya Viola mengira itu adalah Papanya.

Dion memasuki mobilnya. Pria itu buru buru membuka ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.

"Halo Kak? Aku ada berita penting! "

***

Viola memasuki rumahnya dengan wajah lesu. Wulan memperhatikan Viola dengan raut wajah heran.

"Kamu kenapa Aghata? "tanya Wulan yang langsung menghentikan langkah Viola.

Viola menunduk. "Aghata rindu Papa. "

Jika Viola menyebut namanya dengan nama Aghata, itu berarti ia benar benar merindukan Papa nya. Nama Aghata, biasa sering Papa nya ucapkan, sewaktu Rian masih hidup..

Viola menghela nafas. Ia memeluk Viola, mengelus punggung anak semata wayang nya itu.

"Papa udah gak ada sayang.. "

"Tapi apa pernah Mama ngeliat jazat nya Papa? "Timpal Viola terisak. Melihat Dion yang tadi tampak mirip dengan Rian, Viola malah merindukan Papa nya..

Perkataan Viola membuat Wulan bungkam. Ia hanya mendengar kabar jika Rian telah tiada, Wulan memang tidak pernah melihat jazat Wulan. Apalagi Wulan yang terdampar dipulau tak berpenghuni.

Wulan segera menepis air mata yang hampir lolos dari matanya. Ia mengedipkan matanya cepat, kemudian kembali mengelus punggung sang anak.

"Mama juga rindu sama Papa kamu Ta, tapi mau bagaimana lagi? Papa kamu udah gak ada. "

Dan seketika, tangis Viola langsung pecah.

***

"Apa kamu serius? "seorang Pria paruh baya yang duduk dikursi bos besar itu menatap sang adik lekat.

REVIO - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang