Chapter 4

631 72 1
                                    

Draco Pov

Mendengar rumor bahwa Potter pingsan membuatku khawatir. Helene berada satu kompartemen dengannya, bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Helene. Aku tidak bisa berpikir jernih dengan kemungkinan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Tentu saja, yang menghampiri mereka adalah Dementor, makhluk yang tidak bisa membedakan siapa yang mereka kejar. Aku merasa dadaku sesak jika memikirkan akan terjadi hal buruk yang menimpa Helene. Aku berharap segera bertemu gadis itu, aku ingin melihat dengan mata kepala ku sendiri bagaimana keadaan gadis itu.

Ketika makan malam tiba, aku bernafas lega melihat gadis itu baik baik saja, tidak ada luka di tubuhnya. Walaupun wajah nya terlihat pucat. Aku harus memastikan lagi, aku tidak bisa hanya diam saja, ucapku dalam hati. "Potter, Potter!" aku memanggil Potter untuk memastikan kebenaran bahwa dia pingsan. Dan benar saja, tidak hanya Potter yang memandangku, tapi juga Weasley, Granger dan juga Helene. Mereka memicingkan mata padaku, seolah olah akan segera mengutukku jika aku menyakiti teman mereka. "Apa benar kau pingsan? Maksudku benar benar pingsan?" tanya ku penasaran.

Crabbe  segera berakting seperti akan segera pingsan untuk mengejek Potter. "Sudahlah Harry, lebih baik kita makan" seketika aku memandang ke arah suara itu, dan mataku membelalak tak karuan melihat gadis itu segera menarik tangan Potter. Aku sangat marah, aku rasa aku bisa langsung menghajar Potter saat itu juga, namun aku harus menahan diri. Seperti kata Eros, aku tidak boleh membuat Helene semakin membenci ku. Sudah cukup aku membuatnya benci padaku karena menyebut Granger dengan sebutan mudblood.

Aku berusaha menenangkan diriku sendiri. Aku merasa seperti ada sesuatu yang membakarku dari dalam. Tiba tiba aku mendengar suara gadis itu lagi, dia pergi meninggalkan ketiga temannya. Aku segera beranjak dari tempat duduk ku dan pergi menyusulnya. "Helene!" aku memanggil namanya dan segera berlari menyusulnya. Dia tampak terkejut melihatku berlari menghampirinya. Bahkan wajah terkejutnya tidak membuat kecantikannya luntur. "Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu padaku, aku menatap lekat lekat iris mata abu abu itu, matanya semakin indah saat terkena pantulan sinar bulan.

"Apa kau baik baik saja? Aku dengar Potter pingsan di kompartemen, apa kau terluka?" tanya ku dengan khawatir padanya. Mata abu abunya membulat, seakan terkejut dengan apa yang aku katakan padanya. Kemudian gadis itu terkekeh, melihatnya tersenyum membuat perutku bergejolak, seperti ada sesuatu yang bergerak diperutku. Aku hampir tidak bisa menyembunyikan ekspresi senang ku, namun dengan cepat aku bisa mengendalikan ekspresi ku.
"Aku baik baik saja, dan aku tidak terluka sedikitpun" jawab gadis itu. Aku hanya bisa bernafas dengan lega. "Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada Draco Malfoy yang asli?" pertanyaan yang terlontar dari mulutnya membuatku geli.

Aku tidak bisa menyalahkan pemikirannya, karena aku memang selalu berusaha bersikap seakan akan aku tidak peduli, padahal aku sangat ingin berada didekatnya, aku ingin bisa menggenggam jemari tangannya yang lentik, aku ingin bisa memeluknya ketika dia bersedih. Bahkan aku iri pada Potter, Weasley dan Granger, karena mereka bisa selalu bersama dengan Helene.
Dia kembali mencercaku dengan berbagai pertanyaan tentang dimana Draco Malfoy yang asli, dan itu benar benar membuatku geli dan gemas padanya. Hingga akhirnya dia menyerah dan memutuskan percaya padaku. "Baiklah, aku harus kembali ke asrama. Aku ingin tidur" ucap gadis itu, wajahnya terlihat lelah.

"Apakah kau mau aku mengantarmu?" tanyaku padanya. Sebenarnya aku masih ingin bersamanya. Mata gadis itu membulat sempurna, dia terkejut karena aku mengatakan akan mengantarnya. Namun dia menolakku dengan lembut, mungkin dia belum terlalu nyaman dengan adanya aku di dekatnya. Aku segera mengangguk dan mengijinkannya kembali ke asrama. Sekilas aku melihat rona merah di pipinya yang pucat. Dan aku hanya bisa memandangi punggung gadis itu yang mulai menjauh dariku. "Aku akan terus berada didekatmu sampai kau sendiri bahkan tak akan mengijinkanku pergi" ucapku lirih sambil menatap punggungnya.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang