Kemeriahan Yule Ball sudah berakhir. Semua murid Hogwarts kembali pada kesibukan masing masing. "Harry, apa yang akan kau lakukan pada telur itu?" tanyaku penasaran. " Aku masih belum mengerti Helene, ini petunjuk yang sangat membingungkan" ucap Harry frustasi. Babak kedua dimulai bulan depan dan Harry masih belum mendapatkan petunjuk apapun dari telur ini. Ron dan Hermione masih dalam suasana yang buruk, terlihat sekali karena mereka saling diam.
Aku menghela nafas berat didepan ketiga temanku. "Apa kau baik baik saja Helene?" tanya Harry. "Aku hanya ingin kita tidak bertengkar, ayolah teman teman" ucapku sambil memandang mereka. "Tentu saja itu bisa terjadi kalau saja Hermione-" belum selesai Ron berbicara Hermione bangkit berdiri dan memarahi Ron. "Kau itu adalah pria egois! Kau menyalahkanku karena aku menerima ajakan Krum, bahkan kau menganggapku seorang pengkhianat! Kalau kau sebegitu marahnya, kenapa kau tidak mengajakku dari awal!" aku melihat setitik air mata di sudut mata Hermione.
Melihat itu, Ron malah semakin emosi, kini Ron juga ikut menyalahkanku. "Kau juga sama saja Helene, kau lebih memilih bersama Malfoy daripada menjadi pasangan Harry!" ucap Ron padaku. Aku terkejut mendengarnya, dan aku merasa darahku sungguh sungguh mendidih. "Kau harusnya punya sedikit perasaan Ron, tidak semua orang harus mengerti dirimu! Aku membencimu!" aku membentak Ron dan meninggalkan ketiga temanku. Hermione berlari mengikutiku, sedangkan Harry mengacak rambutnya frustasi. Ron masih tetap dengan ego nya, menganggap Hermione yang salah, dan sekarang dia menyeretku dalam pertengkarannya dengan Hermione.
Aku dan Hermione pergi ke perpustakaan, berharap disana sepi oleh pengunjung sehingga aku dan Hermione bisa menenangkan diri. "Aku tidak percaya kini dia menyalahkanku" ucapku dengan menundukkan kepalaku. "Aku tidak menyangka bahwa dia menjadi brengsek seperti itu hanya karena aku menerima ajakan Krum!" Hermione menahan tangisnya kini. "Helene, kau tau bahwa aku menyukai Ron. Dan kau tau bahwa aku menunggu Ron untuk mengajakku, tapi-" belum selesai Hermione berbicara, dia sudah tidak bisa menahan air matanya. Aku segera memeluknya dan kini Hermione menangis dipelukanku.
Draco memasuki perpustakaan dan terkejut melihat Hermione yang menangis dipelukanku. Dia segera mendekat dan bertanya padaku dengan wajah khawatir. "Apa yang terjadi?" tanya Draco. Aku hanya tersenyum memaksa dan memandangnya, sepertinya dia tau penyebab Hermione menangis. Setelah Hermione lelah menangis, dia kembali tenang dan mengusap mata sembab nya. Hermione segera bangkit berdiri dan meninggalkan aku bersama Draco. Kini Draco duduk disebelah ku dan menatapku lekat lekat. "Apa yang terjadi Helene?" ucapnya padaku. Aku menjelaskan tentang pertengkaran Ron dan Hermione, termasuk saat Ron ikut menyalahkanku karena menjadi pasangan dansa Draco.
Draco hanya menghela nafas berat, kini kedua iris kebiruan itu menatap lekat padaku. Tatapannya menusuk namun sangat teduh, dia mengusap lembut rambutku dan tersenyum. "Semuanya akan baik baik saja Helene, aku selalu ada disini untukmu" ucapnya padaku. Aku sungguh senang mendengarnya, tapi aku takut untuk terlalu berharap pada Draco. Aku takut bahwa suatu saat nanti aku akan kecewa pada Draco. Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya. Akhirnya kami menghabiskan waktu di perpustakaan berdua, hanya saling menatap satu sama lain, seolah olah hanya ada kami diruangan ini.
Madam Pince yang melihat kami hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Madam Pince tidak akan marah jika ada murid yang menghabiskan waktu di perpustakaan, kecuali jika mereka membuat keributan, makan dan minum atau mengotori buku disini. Aku dan Draco akhirnya memutuskan untuk kembali, didepan perpustakaan dia kembali menggenggam tanganku, berkata padaku bahwa semua baik baik saja. Seolah dia khawatir aku akan terlalu sedih dengan masalah ini, apalagi Ron menyalahkanku karena aku menjadi pasangannya.
Aku menatap lekat kedua mata Draco yang sangat teduh, tatapan yang biasanya dingin itu kini berubah, tatapan itu sangat teduh dan mampu membuatku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku tersenyum melihatnya. "Terimakasih sudah menghibur ku Draco" aku berkata dengan lirih. Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Aku membalikkan badanku meninggalkannya. Saat ini aku merasa takut, takut kalau apa yang aku rasakan hanya sebuah ilusi. Aku takut aku tidak akan pernah melihat Draco yang seperti ini. Aku merasakan sesak di dadaku, aku tidak ingin merasa seperti ini. Kalau saja aku tidak pernah bertemu dengannya di menara astronomi, kalau saja aku tidak pernah berbicara padanya. Aku tidak akan merasa seperti ini.
Draco Pov
Aku melihat Helene dan Granger berjalan ke perpustakaan, aku akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka dan aku terkejut saat melihat Granger menangis dipelukan Helene. Bahkan sorot mata Helene terlihat sedih, tidak seperti Helene yang biasanya. Aku memutuskan untuk memberi mereka sedikit waktu. Setelah aku menunggu beberapa saat, aku akhirnya mendekati mereka. Granger sudah selesai menangis dipelukan Helene, dia mengusap mata sembabnya dan meninggalkanku dan Helene. Kini aku melihat Helene dengan senyum yang dipaksakan, dan itu membuat dadaku terasa sesak.
"Apa yang terjadi Helene?" aku mencoba bertanya padanya, dan akhirnya dia menceritakan segalanya. Pertengkaran Weasley dan Granger, hingga Weasley menyalahkan Helene karena menjadi pasanganku di Yule Ball. Aku hanya menghela nafas berat mendengarnya. Ini bukan perkara mudah, apalagi ini pertengkaran sahabatnya. Aku duduk disamping Helene, menatap wajahnya yang bersedih membuatku lemah. Kini dia balas menatapku dan kami saling memandang satu sama lain, aku tidak merasa bahagia seperti saat kami berdansa di Yule Ball. Saat itu dia menatapku dan matanya berbinar, dia bahagia. Namun saat ini hanya ada kesedihan yang terpancar dari matanya.
Aku tidak mampu berkata apa apa, dan Helene pun sepertinya terlalu lelah untuk memulai pembicaraan. Akhirnya kami memutuskan untuk duduk berdua, saling diam dan saling menatap lekat lekat. Aku senang bisa menatapnya, namun aku merasa hancur saat yang aku lihat dari matanya ada sorot sedih, aku tidak ingin melihatnya bersedih seperti ini. Akhirnya aku dan Helene bangkit berdiri dan berjalan keluar perpustakaan. Didepan perpustakaan aku menggenggam tangan gadis itu, membuatnya menoleh ke arahku.
"Semuanya akan baik baik saja Helene" ucapku lirih padanya. Kini aku melihat sebuah senyuman yang ia sunggingkan. Dia menatap lekat padaku, ada setitik cahaya dari sorot matanya yang tajam, walaupun kini sorot mata itu terbalut kesedihan."Terimakasih sudah menghibur ku Draco" jawabnya lirih sambil menganggukkan kepalanya dan meninggalkanku, aku masih menatap punggung gadis itu. Jujur saja aku bahagia bersamanya, namun aku takut kalau suatu saat nanti aku mengecewakannya karena keegoisanku. Aku ingin mengukir sebuah senyuman di wajahnya, namun aku takut jika yang ku lakukan hanyalah membuat air matanya terjatuh. Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini dihidupku. Ini benar benar hal baru bagiku, dan aku takut kalau aku mengacaukan segalanya. Kadang aku mengutuk diriku sendiri karena akhirnya aku bisa dekat dengannya. Kalau saja saat itu kami tidak bertemu dan berbincang, mungkin aku tidak akan merasakan perasaan yang membingungkan ini.
Helene Pov
Aku melangkahkan kaki ku dengan gontai menuju asrama Gryffindor. Saat aku tiba di ruang rekreasi, ada Harry dan Ron. Aku memutuskan untuk langsung menuju kamarku, aku benar benar lelah dan tidak punya tenaga untuk berdebat dengan Ron. Harry hanya menatap ku saat aku melangkahkan kaki ku ke kamar. Memangnya apakah aku salah jika aku menjadi pasangan dansa orang lain? Aku hanya ingin bisa dekat dengan orang lain juga, bukan berarti aku membuang sahabat sahabatku. Aku hanya ingin sehari saja bahagia bersama orang lain di lantai dansa, diiringi musik yang memanjakan telinga, namun sepertinya keinginanku sangat salah untuk salah satu sahabatku.
Aku membuka pintu kamar dan duduk di tepi kasurku. Bahkan untuk menyapa Hermione pun aku terlalu lelah. Ingin rasanya aku kembali ke rumah,menceritakan semua yang ku alami pada ibu. Namun aku sadar kalau itu tidak mungkin, aku memutuskan untuk mengirim surat pada ibu. Aku melepas jubahku dan merapikannya. Mengikat rambutku dengan asal, mengambil satu lembar perkamen dan pena bulu ku.
To : Mother
Hai Ibu, bagaimana kabar Ibu dan Ayah ? Aku harap kalian baik dan sehat. Aku sedang mengalami situasi yang sulit dengan pertemananku disini. Sebenarnya bukan masalah besar, namun karena ego masing masing membuat masalah ini semakin memburuk.
Kemarin di adakan pesta dansa di Hogwarts, dan aku menjadi pasangan dansa orang lain, tapi salah satu sahabatku marah karena aku lebih memilih menjadi pasangan dansa orang lain.
Apakah aku egois Bu? Apakah aku terlalu berlebihan jika aku ingin berdansa dengan orang lain Bu?
Tolong beritahu aku IbuFrom : Helene Eresus Castiello
Aku melipat surat ku dan mengambil Snowy, burung hantu ku. "Aku mengandalkanmu Snowy, berhati hatilah" ucapku lirih dan melihat Snowy pergi membawa suratku di paruhnya. "Helene, kau menulis surat untuk siapa?" tanya Hermione padaku dengan suara lemahnya, bahkan matanya masih membengkak hingga saat ini. "Aku menulis surat untuk Ibu ku" jawabku pelan dengan senyum yang aku paksakan. Hermione mengangguk dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Aku merebahkan tubuhku di ranjang, aku merasa sangat lelah hari ini. Aku memutuskan untuk memejamkan mataku dan tidak ingin terlalu banyak berpikir. Setidaknya, di dalam mimpi aku bisa menjadi apapun yang aku inginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya jika murid dari dua asrama yang sangat terkenal selalu bermusuhan saling jatuh hati? Apakah mereka akan mengikuti kata hati masing masing dan bisa bersama atau akan tetap bersikukuh pada ego masing masing untuk tetap s...