Chapter 15

456 54 5
                                    

Setelah makan malam, aku kembali melanjutkan detensiku bersama Draco di Hutan Terlarang. Mr.Filch memandu kami menuju pondok Hagrid supaya kami tidak kabur, padahal kami memang tidak berniat untuk kabur. "Hagrid, kami datang" ucapku di depan pintu pondok Hagrid. Hagrid langsung membuka pintu pondoknya dan mengangguk, Mr.Filch lalu meninggalkan kami dan kembali ke kastil. "Jadi Hagrid, apa tugas kami malam ini?" tanyaku pada Hagrid. "Bergembiralah karena kita tetap akan berpatroli, setidaknya itu lebih baik daripada harus berhadapan dengan monster kan" jawab Hagrid, dan aku mengangguk menimpali jawabannya.

Kami bergegas menuju Hutan Terlarang, Fang mengikuti kami dibelakang. Aku merasa gelisah, bukan karena kami berada di Hutan Terlarang, namun aku merasa gelisah karena seolah olah akan ada badai yang datang, tentang hubunganku dan Draco. Sesekali aku menatapnya yang sedang berjalan bersama Fang, dia tertawa bahagia. Aku khawatir jika suatu saat nanti aku tidak akan melihat tawa itu lagi. Aku takut jika dia kembali menjadi Draco yang dulu, Draco yang dingin. Malam itu aku menjadi lebih pendiam dari biasanya. Draco dan Hagrid tidak berhenti memastikan apakah aku baik baik saja atau tidak.

Jika boleh jujur, sebenarnya aku tidak baik baik saja, namun aku tidak ingin membebani Draco dan Hagrid. Jadi aku memutuskan untuk berbohong pada mereka. Tidak terasa kami sudah diantar oleh Hagrid dan Fang ke kastil. Draco menatapku lekat lekat, aku mulai merasa gugup. Karena aku tidak pernah bisa membohongi Draco, dia selalu tau jika aku berbohong. "Helene, kita ke menara astronomi sebentar" ucap Draco yang kini menggandeng tanganku. Aku hanya diam dan mengikutinya. Sesampainya disana, Draco menyuruhku duduk disampingnya dan memperhatikanku.

"Apa yang mengganggu pikiranmu? Aku tau kau sedang gelisah" ucapnya sambil mengusap lembut pipiku. Aku menghela nafas dan akhirnya aku memutuskan untuk bicara padanya. Karena tidak ada gunanya menutupi sesuatu dari Draco. "Draco, tadi Ernie McMillan dari Huflepuff-" aku belum sempat menyelesaikan ucapanku dan sudah dipotong oleh Draco. "Memberimu coklat berbentuk hati" ucapnya dengan nada tenang, namun ada emosi dibaliknya. "Kau benar, namun bukan itu masalahnya. Tolong dengarkan aku dulu, jangan memotong ucapanku" ucapku penuh penekanan. Draco tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Iya, dia memberiku coklat, tapi tidak ada love potion didalamnya. Karena Ron yang aku minta makan lebih dulu" ucapku dan Draco masih menatapku dengan senyuman diwajahnya. "Aku khawatir jika suatu saat, ada orang yang memanfaatkan berita Ernie McMillan yang memberiku coklat untuk menjauhkanmu dariku" aku benar benar lega sekaligus takut saat aku bisa mengatakannya. Draco tersenyum dan menangkupkan pipiku di tangannya. "Dengarkan aku, aku mencintaimu Helene. Tidak ada yang bisa membuatku berhenti untuk mencintaimu" ucapnya sambil tersenyum padaku. Draco mendekat dan mencium keningku dengan lembut.

Aku langsung memeluknya dan dia membalas pelukanku. Kini dia menatap wajahku dengan lekat. Kembali mendekat padaku dan dia mencium bibirku dengan lembut. Aku membalas ciuman dari Draco. Setelah aku cukup tenang dengan kegelisahanku, Draco mengantarkan aku kembali ke asrama. Aku berpamitan pada Draco dan aku masih menatap punggung Draco yang meninggalkanku untuk kembali ke asrama Slytherin. Sejujurnya aku masih merasa gelisah, dan aku semakin tidak tenang. "Masuklah nona, apa kau ingin berdiri seharian disana?" ucap Nyonya gemuk yang menyadarkanku. "Maaf Nyonya gemuk" kataku lirih. Aku mengucapkan password lalu memasuki ruang rekreasi Gryffindor.

Sudah tidak ada orang di ruang rekreasi, aku melangkahkan kaki ku ke kamarku. Hermione sudah tidur dengan pulas, aku tersenyum getir melihat Hermione. Seakan dia tidak memiliki beban sepertiku saat ini. Kemudian aku melepaskan jaketku, aku berganti baju dengan piyama ku. Kemudian aku menutup gorden di ranjangku dan berusaha memejamkan mataku, berharap semuanya akan baik baik saja. Pagi itu aku terbangun dengan suasana hati yang masih gelisah. Aku melangkahkan kaki ku dengan berat menuju toilet untuk mandi. Lalu aku bergegas berganti baju dan aku mengikat rambutku seperti ekor kuda dengan anak rambut dan poni yang sedikit ku urai.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang