Chapter 19

416 48 6
                                    

Lagi pengen update lagi ni bund 😂😂😂
Spoiler dikit, babang draco bakalan cemburu buta beberapa chapter lagi 😂😂😂😂















Kami sudah sampai didepan lukisan Nyonya Gemuk, Draco menatapku dengan senyuman tulusnya dan menggenggam tanganku. "Istirahatlah love" ucapnya sambil mengecup punggung tanganku. "Kalian ini tega sekali bermesraan didepanku" celetuk Nyonya Gemuk kesal, aku dan Draco hanya terkikik mendengar ocehan Nyonya Gemuk. Akhirnya Draco berpamitan padaku dan aku masuk ke ruang rekreasi, ada ketiga temanku disana, aku segera duduk disamping mereka yang sedang asik bercerita.

"Hai" ucapku pada mereka. "Helene, aku mendengar rumor bahwa ada seorang gadis dari Huflepuff-" ucap Ron padaku namun aku segera memotongnya. "Aku sudah menendang wajahnya tadi, saat aku selesai latihan bersama Daphne aku melihatnya berusaha mendekati Draco, lalu aku dan Daphne mendekatinya, Daphne membentaknya, kemudian dia menamparku, Daphne yang melihatnya lalu menampar gadis itu, dan aku menendang wajahnya dua kali" ucapku enteng. Ketiga sahabatku menganga mendengar ucapanku.

"Bagaimana jika dia mengadu pada Professor?" tanya Harry khawatir. "Tidak akan terjadi, Blaise mengancamnya dengan tatapan membunuhnya" ucapku sambil terkikik geli mengingat wajah Blaise tadi. "Bloody hell" ucap Ron kagum. Hermione menggelengkan kepalanya mendengarku. "Cobalah untuk sekali saja tidak terlibat dengan perkelahian Helene, kau itu seorang gadis" ucap Hermione berusaha bersikap rasional. "Aku selalu mencoba Hermione, tapi aku tidak tahan untuk menyingkirkan siapapun yang berusaha mengambil milikku" sanggahku sambil tersenyum.

"Wah, sekarang Helene adalah gadis yang posesif" celetuk Harry menggodaku. Kami bertempat akhirnya tertawa bersama. Malam itu kami berjalan beriringan menuju Great Hall untuk makan malam. Gadis Huflepuff tadi menatap tajam ke arahku, aku menatapnya tajam dan menyeringai. Ron yang melihat seringaianku bergidik ngeri. "Aku bersyukur Helene ada di Gryffindor, aku tidak bisa membayangkan jika dia ada di Slytherin" ucap Ron disusul anggukan Hermione. Harry dan aku hanya tertawa geli mendengar ocehan Ron.

"Kau harus bersemangat untuk babak terakhir yang sudah didepan mata Harry" ucapku sambil memberikan sepotong besar sosis ke piringnya. Harry tersenyum dan mengangguk, kemudian mengacak rambutku asal yang membuatku cemberut. Setelah makan malam selesai aku meminta ijin pada ketiga temanku untuk menginap dikamar Draco, Harry dan Ron terkejut namun aku dan Hermione meyakinkan mereka bahwa tidak akan ada sesuatu yang terjadi. Walaupun sebenarnya sudah terjadi sesuatu padaku, namun Harry dan Ron tidak mengetahuinya. Akhirnya mereka mengijinkan aku menginap dikamar Draco dan mempercayakan aku pada Draco.

Aku bergandengan disepanjang koridor bersama Draco, kami berjalan diikuti Blaise, Theo, Daphne, Crabbe dan Goyle. Setibanya di asrama Slytherin kami disambut oleh beberapa murid yang ada di ruang rekreasi Slytherin. Dia adalah Adrian Pucey, dia melihatku dengan takjub, karena dia belum pernah melihatku dari jarak yang dekat. "Apa aku tidak salah lihat? Princess Gryffindor ada disini?" ucapnya dengan senyuman diwajahnya yang dingin. Aku menatapnya dan tersenyum, seketika aku melihat rona merah di wajah Adrian yang membuatku sedikit salah tingkah, dengan cepat Draco menutup kedua mataku dengan telapak tangannya.

Aku berjalan menuju kamar Draco, sedangkan Draco masih diruang rekreasi Slytherin bersama teman temannya. Aku melepas jubah ku dan menggantungnya, kemudian aku membuka lemari baju Draco, aku mengambil kaus berwarna abu abu di lemarinya, kaus itu tampak kebesaran ditubuhku. Namun aku tetap memakainya, saat aku memakai kaus itu, aku seperti memakai daster pendek diatas lutut. Kemudian aku mengikat rambutku asal dan duduk di sofa kamar Draco, aroma peppermint dan apel menyeruak diseluruh sudut ruangan yang menjadi candu untukku.

Draco yang masuk ke kamarnya terkejut melihatku memakai salah satu kausnya. Dia tampak seperti takjub dan melihatku tanpa berkedip. Aku beranjak dari dudukku dan memeluknya lembut, kemudian memelukku dan mengecup keningku. "Kau tampak semakin cantik saat memakai kausku love" ucapnya lembut padaku. Aku tersenyum mendengar ucapannya, dengan cepat dia melepas jubahnya dan menuju toilet untuk mengganti pakaian. Dia hanya memakai celana pendek tanpa memakai kaus. Aku mengerutkan alisku saat melihatnya. "Kau tidak kedinginan love?" ucapku yang membuatnya tersenyum.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang