Chapter 22

438 50 10
                                    

Kedatangan Umbridge bagai petir yang menyambar Hogwarts, dia benar benar mimpi buruk. Dia mulai mencoba menguasai Hogwarts sedikit demi sedikit dengan embel embel Undang Undang Kementerian. Saat aku dan ketiga sahabatku berjalan di koridor kami melihat kerumunan murid murid, kami segera menghampiri mereka dan bertanya apa yang terjadi, dan kami melihat Umbridge dan Prof.Trelawney disana, guru ramalan itu terlihat terisak dengan beberapa koper disampingnya. "Aku sudah enam belas tahun mengajar disini, Hogwarts adalah rumahku, kau tidak bisa melakukan ini" isaknya pelan. "Sayangnya aku bisa" ucap Umbridge dengan seringai menyebalkan miliknya.

"Dia benar benar keterlaluan" ucapku pada Harry, Harry mengangguk setuju. Namun tiba tiba aku merasakan seseorang menarik tanganku menjauh dari ketiga sahabatku, mereka tidak sadar jika aku menghilang karena ada banyak murid disana. Aku berusaha berteriak namun pria itu menggunakan mantra sehingga aku tidak bisa berbicara satu patah kata pun. Dia membawaku ke menara astronomi, memojokkan tubuhku ke dinding dan mengunciku dengan kedua tangannya di sisi kanan kiri ku. Dia melepas mantra pengunci padaku, aku menatap pria itu dengan nyalang. "Aidan Gallagher! Apa yang kau lakukan padaku!" ucapku marah padanya.

Saat aku membentaknya, dia malah tersenyum menyeringai, seakan akan dia justru senang dengan perlakuanku padanya. "Aku sudah bilang Castiello, aku tertarik padamu. Kau selalu mengejutkanku" ucapnya dengan suara yang tajam. Kini dia memberi mantra pengunci pada tangan dan kaki ku supaya aku tidak bisa kabur. "Sebenarnya apa salahku padamu?" suaraku mulai bergetar saat dia semakin menyeringai ke arahku. "Kau tidak salah apa apa, tentu saja. Aku hanya ingin kau menjadi milikku, hanya milikku. Dan kita akan hidup bahagia berdua saja, bagaimana?" tawarnya sambil menyeringai dan mulai mengusap surai abu abu ku.

Ku rasakan tubuhku mulai bergetar hebat, dia benar benar pria yang berbahaya. Dan dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Aku tidak suka melihatmu bersama pria pirang itu, kau terlalu berharga untuk pria sepertinya sayang" ucapnya padaku. Aku tidak bisa berkata apa apa, namun aku merasakan kedua mataku mulai berair. Tiba tiba aku mendengar beberapa langkah kaki menuju kemari, mereka adalah Draco, Blaise, Theo, Daphne dan kakakku. "Helene!" ucap Draco saat melihatku. "Apa yang kau lakukan pada adikku!!" bentak kakakku dengan mengacungkan tongkatnya.

"Draco, lepaskan mantra pengunci Helene" ucap kakakku masih menatap tajam pada Gallagher. Diluar dugaan kami semua, Gallagher saat ini tertawa terbahak bahak walaupun banyak orang yang bisa menyerangnya saat ini juga. Draco segera menjauhkanku dari Gallagher dan memberikanku pada Daphne, Daphne segera memelukku dan menenangkanku. "Kau pria brengsek! Sudah ku bilang berkali kali untuk menjauh dari kekasihku!" bentak Draco dengan berang. "Aku menyukainya,dan aku ingin memilikinya" ucap Gallagher percaya diri. "Dia tidak mencintaimu, dia mencintai Draco!" bentak Theo yang terlihat berang.

Baru kali ini aku melihat Theo semarah ini, dan Blaise, aku bisa melihatnya dengan tatapan yang benar benar mengerikan saat ini. "A Slytherin would kill for you" bisik Daphne sambil tersenyum tulus padaku. Daphne masih terus memelukku, mengeratkan tangannya padaku supaya Gallagher tidak bisa mengambilku darinya. "Aku tidak akan membiarkanmu jika terjadi sesuatu pada kekasihku" ucap Draco dengan kemarahan diwajahnya. Kakakku menepuk bahu Draco, membuatnya sedikit tenang. "Apa yang kau lihat dari adikku? Ada banyak gadis di Hogwarts. Kenapa harus adikku?" ucap kakakku penuh selidik.

"Adikmu sangat cantik, pemberani, tidak ada alasan untuk tidak menyukainya" ucap Gallagher menyeringai. "Ku beri peringatan terakhir padamu Aidan Gallagher, jangan pernah mendekati adikku" ucap kakakku dengan dingin. Kemudian mereka menggiringku menjauh dari menara astronomi, membawaku ke Great Hall, disana ketiga sahabatku sudah menungguku di luar dengan raut wajah khawatir. "Helene!!" teriak Hermione membuat Harry dan Ron menoleh dan berlari ke arahku. "Darimana saja kau?" ucap Hermione yang terkejut melihat wajahku yang pucat dan mataku yang sembab. "Aidan Gallagher tadi membawanya" ucap kakakku menjawab pertanyaan ketiga sahabatku.

"Granger, ijinkan Helene tinggal denganku malam ini" ucap Draco dengan ekspresi yang serius. Hermione mengangguk dan memelukku dengan erat. Setelah makan malam di Great Hall, Draco menggandeng tanganku dan membimbingku menuju asrama Slytherin. Saat aku masuk ke ruang rekreasi Slytherin, Daphne berhambur memelukku. Aku membalas pelukan Daphne dan menenggelamkan wajahku di ceruk leher Daphne. "Tidak apa apa Helene, kau aman bersama kami" ucapnya tulus padaku. Lalu Daphne mengecup puncak kepalaku supaya aku tersenyum.

"Love, masuklah ke kamarku" ucap Draco padaku lembut. Aku mengangguk dan berjalan menuju kamarnya. Draco masih bersama teman temannya di ruang rekreasi. Aku melepas jubah Gryffindor ku dan menggantungnya. Aku membuka lemari Draco dan mengambil kaus berwarna hijau tua, lalu aku memakainya. Seperti biasa, aku terlihat seperti memakai daster pendek karena kaus Draco terlalu besar untuk ukuran tubuhku. Draco masuk kekamar dengan membawakan satu gelas coklat panas ditangannya. "Minumlah ini love" ucapnya tulus padaku. Aku menerima coklat panas itu dari tangannya dan tersenyum.
"Terimakasih Draco" ucapku padanya, dan dia tersenyum padaku.

Aku meletakkan gelas berisi coklat panas di nakas disamping ranjang Draco. Kemudian aku memeluk Draco, yang menjadi tempat ter aman untukku. Draco membalas pelukanku sambil mengusap lembut punggungku. "Tidak apa apa love, aku disini untuk menjagamu" ucap Draco lembut dan hangat. Kini Draco menangkupkan kedua tangannya dipipiku, kemudian dia melumat bibirku dengan lembut. Aku membalas ciuman Draco dan melingkarkan tanganku dilehernya. Setelah itu terjadi sesuatu yang lain. Itu terjadi begitu saja, aku pun bingung bagaimana bisa aku dan Draco melakukan itu ditengah kalut dan takutnya aku atas perlakuan Gallagher tadi.

Berada dalam dekapan hangat Draco, membuat perasaan ku hangat dan aku merasa aman, aku merasa tenang dan tidak takut dengan Aidan Gallagher saat aku bersama dengan Draco. Bahkan aku mengetahui fakta bahwa tidak semua Slytherin jahat, Draco, Daphne, Blaise, Theo, Crabbe, Goyle, dan kakakku. Mereka benar benar peduli padaku. Aku benar benar bahagia bisa merasakan semua perasaan ini. Perasaan dicintai dan dilindungi, perasaan mencintai. Aku benar benar beruntung bisa bersama dengan seorang Draco Malfoy. Orang yang dulu sangat menyebalkan. Aku tidak menyangka bahwa orang yang dulu benar benar ingin ku hajar karena mengganggu teman temanku, sekarang menjadi orang yang aku cintai.

Malam itu, aku duduk di ranjang king size milik Draco, sedangkan Draco meletakkan kepalanya di pahaku. Aku mengusap lembut surai platinanya itu. "Draco, terimakasih selalu ada untukku dan melindungiku" ucapku lembut padanya. "Itu sudah menjadi kewajibanku love. Kau gadisku, dan aku akan selalu menjagamu" ucapnya sambil tersenyum padaku. Mendengar ucapannya aku merasa seperti ratusan kupu kupu terbang diperutku. "Tidurlah love" ucapku pelan sambil mengusap surainya yang lembut. Malam itu, Draco tertidur dengan kepalanya ada pada pahaku. Dan ku rasakan malam itu sangat tenang, tidak ku sangka berada dibawah tanah bisa senyaman ini bersama Draco.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang