Bab 3

6.1K 619 44
                                    

Seketika itu juga, pandangannya kembali bertemu dengan sepasang iris hazel yang beberapa waktu lalu di lihatnya. Dan menciptakan atmosfer masa lalu yang tiba-tiba menyeruak memenuhi dadanya saat wajah pria itu tepat berada di hadapannya--dengan senyuman yang sama dan juga situasi yang sama--antara atasan dan bawahan.

Sean Mesach Brawijaya, sumber segala kehancurannya di masa lalu, kini tengah berdiri di hadapannya-tampak hidup dengan baik setelah berhasil meluluhlantakkan kehidupannya di masa lalu.

Bola mata Aluna yang sejak tadi terasa panas, kini mulai berpendar dengan dingin. Tak ada sorot ketakutan lagi disana seperti yang ia perlihatkan beberapa waktu lalu, seakan semua memori itu berhasil mengikis dengan cepat rasa takut yang menyelimuti hatinya detik itu juga. Mereka berpandangan untuk beberapa saat lamanya, dan bisa Aluna lihat kerutan samar di dahi pria itu saat melihat tatapan tak bersahabat darinya. Bisa jadi, ini kali pertamanya dia mendapatkan jenis tatapan seperti itu mengingat betapa baiknya image yang melekat padanya selama ini.

Dan saat merasakan kebencian itu sudah kian meluap, Aluna segera memalingkan wajahnya, dan tindakannya itu membuatnya tersadar kalau semua temannya disana sudah menegakkan diri, entah sejak kapan. Dan yang terburuk, kini semua orang tengah menatapnya, seakan Aluna adalah makhluk asing yang di anggap aneh berada disana. Otak Aluna masih terasa tumpul untuk bisa memahami mengapa dirinya mendadak menjadi bahan tontonan semua teman-temannya, termasuk pria yang kini masih setia menatapnya di depan sana. Itupun kalau tebakan Aluna benar, karena sejak tadi ia sudah tidak memiliki cukup keberanian untuk mengangkat wajahnya kembali. Aluna takut ia akan lepas kendali saat melihat betapa baiknya kehidupan yang pria itu jalani. Sudah cukup kemarahannya ia salurkan pada kertas-kertas yang kini bernasib mengenaskan di atas mejanya sejak beberapa saat yang lalu.

Tiba-tiba sebuah dekhaman yang terdengar begitu manly tetapi lembut di waktu yang bersamaan, menyentak kesadarannya--membuatnya harus mengerahkan segala keinginannya untuk tidak menoleh ke sosok di hadapannya sekarang.

"Kamu, yang tadi hampir mau jatuh itu kan?"

Pertanyaan itu terdengar santai, namun cukup untuk membuat sekujur tubuh Aluna gemetaran. Pria itu mengingatnya, apa dia juga akan bisa mengenalinya? Ya Tuhan! Aluna tidak mau itu terjadi.

Sudah cukup kesialan demi kesialan yang menimpa kehidupannya di masa lalu, dia benar-benar tidak ingin lagi hidup bersinggungan dengan pria itu!

"Benar Pak, dia Aluna, promotor team kita. Nanti untuk event kita yang di Nusa Dua dan Sawangan juga dia yang pegang."

Keterangan itu di sampaikan Exel lamat-lamat, Aluna bahkan tidak tahu kapan manajernya itu ada disana, karena kemunculan pria itu secara otomatis langsung menarik penuh perhatiannya, membuatnya tidak bisa lagi memikirkan hal apapun saat kenangan menyakitkan itu mulai menari-nari di kepalanya.

Pria itu tidak membalas yang Exel sampaikan, dia hanya mengangguk singkat sembari tidak berhenti menatap karyawatinya tersebut. Dia sendiri tidak mengerti kenapa merasa perlu melakukan hal itu, seingatnya dia bukanlah pria yang kerap mencuri pandang pada lawan jenisnya seperti ini. Namun entah kenapa sejak pertemuan pertamanya dengan wanita itu beberapa waktu yang lalu, berhasil menyita perhatiannya. Membuatnya tidak bisa menghentikan keinginannya untuk tidak menatapnya.

Bukan! Ini bukan seperti Love at first sight seperti yang ada di dalam Love Story, dimana male lead akan jatuh cinta pada lawan mainnya saat pandangan pertama. Sean sangat yakin kalau perasaannya pada wanita bernama Aluna itu bukanlah hal-hal seperti itu.

Ia hanya penasaran, apa yang membuat wanita itu tampak tidak menyukainya bahkan di detik pertemuan mereka yang pertama, sementara mereka bukanlah dua orang yang saling mengenal sebelum ini. Dan andai wanita itu tidak menunjukkan sikap yang sama di pertemuan kedua mereka, mungkin Sean akan menyimpulkan kalau sikap ketus yang wanita itu berikan padanya adalah satu bentuk reaksi diri si wanita yang merasa malu saat hampir terjatuh di hadapannya.

SWEET DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang