Bab 4

5.6K 588 46
                                    

"Saya ingin kamu menemani saya berkeliling resort siang ini!"

Itu bukan permintaan, Aluna tahu kalau kalimat bernada perintah itu, tidak akan mau menerima bantahan. Membuatnya merasa seperti seekor tikus yang terpojok, yang tidak menemukan jalan keluar untuk melarikan diri.

Disisi lain, Sean sadar kalau ucapannya lagi-lagi mengejutkan semua orang, karena dia sendiripun merasakan hal yang sama, merasa terkejut kenapa tiba-tiba mulutnya mencetuskan permintaan konyol itu. Bahkan tanpa sadar garis bibirnya membentuk senyum saat melihat bibir Aluna terbuka kecil.

##

Aluna menuruni satu persatu anak tangga dengan langkah cepat, membawa dirinya berlari dengan melompati dua anak tangga dalam sekali lompat. Peluh dan air mata kini telah bercampur dengan rasa anyir darah yang keluar dari sudut bibirnya. Tiba di anak tangga paling bawah ia terjatuh. Dengan reflek ia memegangi perutnya, berharap kali ini Tuhan tidak akan mengambil lagi calon anaknya.

'Yang kuat ya Nak, Mama janji akan membawamu pergi dari sini!'

Usai menggumamkan kalimat itu pada malaikat kecil di perutnya, tiba-tiba suara derap langkah kaki terdengar tak jauh darinya.

"Sialan kau! Dasar wanita jalang tidak tahu di untung, berani-beraninya kau melakukan ini padaku!"

Ucapan itu menggelegar di penjuru ruangan, menyentak keras kesadaran Aluna yang kini tampak sangat ketakutan di tempatnya.

Dengan reflek Aluna mencoba untuk bangkit, namun beberapa kali ia mencoba, ia kembali terjatuh di lantai granit yang dingin. Pergelangan kakinya yang terkilir terasa sakit luar biasa, membuatnya sangsi untuk bisa berlari menyelamatkan diri. Namun dia harus secepatnya pergi dari sana, dia harus menyelamatkan diri dan juga kandungannya dari pria itu.

Debar jantung Aluna makin kencang, ia tahu pria mengerikan itu sudah semakin dekat dengannya, buru-buru ia berpegangan pada pembatas tangga terdekat sebelum mencoba mengangkat dirinya perlahan. Namun sebelum ia sempat melangkah dan berlari, rambutnya sudah keburu di tarik dari belakang.

"Mau kemana kamu sekarang, huhh?'' gertak pria itu seirama dengan gerakan tangannya yang kembali menarik rambut Aluna, membuat wajah wanita itu yang sudah berurai air mata terdongak keatas dengan raut kesakitan yang tidak bisa di tutupi.

"Ku mohon, lepaskan aku! Kau boleh ambil semuanya, asalkan kau mau melepaskanku dan juga anakku!" ucap Aluna dengan terpatah-patah, dia akan mengernyit setiap kali pria itu menarik rambutnya.

Alih-alih merasa iba dengan wajah pucat Aluna dan juga penampilannya yang berantakan, pria itu malah menertawakannya, tawa dingin yang terdengar mengerikan di telinga Aluna, hingga ia berpikir mungkin ajalnya juga sudah tiba.

"Lepaskan ya? Setelah kau mengkhianatiku lagi, kau pikir aku akan mau memaafkanmu kali ini, huhh?" Pria itu kembali menarik rambut Aluna, senada dengan tangan besarnya yang mulai mencengkeram kuat dagu wanita itu.

Air mata semakin merebak keluar dari sudut matanya, mengaliri wajahnya yang kian memucat. Dulu, selalu ada kekasih yang akan melindunginya, hingga si berengsek ini tidak pernah berani macam-macam dengannya, namun kini Aluna sendirian, tidak ada lagi sosok pelindung di hidupnya. Terburuk adalah saat Tuhan mengambil sang ibu satu bulan yang lalu, sosok yang ia pikir sebagai pelindung terakhirnya itu kini tidak bisa lagi menjaganya dari sosok berbahaya sang ayah tiri yang sejak dulu sudah tergila-gila padanya.

"Kau pikir untuk apa aku melakukan ini? Kau pikir untuk apa aku menikahi ibumu itu, huhh?" Pria itu meraung tepat di wajah Aluna yang kian memucat.

SWEET DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang