Bab 10

5.3K 522 62
                                    

Tanpa banyak berpikir lagi Aluna langsung memakai pakaian dalamnya dan mencari salah satu kemeja milik pria itu di dalam lemari, untuk kemudian di pakainya. Beruntung, kemeja itu bisa menutupi tubuh mungilnya hingga panjangnya mencapai lutut. Membuatnya merasa lebih nyaman di banding harus memakai gaun minim yang semalam ia pakai.

Matanya terus melirik Sean yang tertidur, berharap gerakannya yang sudah hati-hati ini tidak akan membangunkannya. Kemudian buru-buru mengambil tas miliknya sebelum pergi dari sana.

##

Isak tangis terdengar sangat pilu di dalam ruangan kamar mandi yang sempit, Aluna berada di sana, menempatkan dirinya di bawah air shower yang menyiram sekujur badan sejak beberapa saat yang lalu, sementara tangannya tanpa henti menggosok bagian-bagian tubuhnya dengan gerakan kasar, terutama area kewanitaan yang masih terasa perih, namun tak hayal tindakannya itu berhasil mengusir rasa jijik yang menggerogoti jiwanya.

Aluna teringat, saat ia turun dari panggung itu, seorang wanita yang ia yakini salah satu pelacur disana, memberikan minuman dingin padanya, Aluna yang memang saat itu di landa gugup tanpa banyak berpikir menenggak minuman itu sekaligus. Ia benar-benar tidak tahu kalau kecerobohannya itu membuatnya mengulangi kembali kesalahannya di masa lalu.

Sekarang Aluna merasa jijik pada dirinya sendiri, bahkan ia akan lebih memilih terkurung selamanya di tempat terkutuk itu dari pada harus menjadi teman tidur pria itu lagi. Pertama kali mendapati mereka tidur di ranjang bersama, kesialan terbesar menimpanya kala itu, ia tidak hanya kehilangan cinta kekasihnya namun juga harus kehilangan buah cinta mereka. Lalu kali kedua, ia hampir kehilangangan nyawanya sendiri hanya karena ia mengandung anak pria itu. Lalu sekarang apa lagi.... Ya Tuhan! Aluna tidak sanggup lagi membayangkannya. Ketakutan itu seakan berhasil merenggut ketenangan jiwanya.

Aluna menggigit bibirnya menahan isakan yang keluar, semua makian ia rapalkan di dalam hati, merutuki kebodohannya sendiri. Sekarang pupus sudah kesempatannya untuk melarikan diri dari pria itu, Aluna ketakutan Sean akan bisa mengenalinya setelah peristiwa semalam. Tentu saja dua kali pernah melakukan percintaan di masa lalu, besar kemungkinan pria itu akan bisa mengingatnya, sekalipun wajah yang ia miliki tidak lagi sama.

Gedoran keras dari balik pintu, membuat Aluna terkejut.

"Mama? Mama sedang apa?"

Setelah pertanyaan dari Kenzho, disusul oleh suara Mita yang tak kalah khawatirnya.

"Luna, kamu kenapa lama sekali di dalam? Kami mengkhawatirkanmu, Nak?"

Aluna mengusap wajahnya, lalu cepat-cepat mematikan keran shower.

"Aku baik-baik saja ko, Bu. Hanya sedikit sakit perut. Sebentar lagi juga aku akan selesai," sahut Aluna dengan suara yang ia kontrol untuk tenang.

"Baiklah kalau begitu, Kami tunggu kamu di meja makan ya Nak. Kamu pasti sudah lapar."

Usai mendapatkan kepastian dari Aluna, keduanya pun pada akhirnya memilih untuk meninggalkan Aluna. Meskipun sebenarnya Mita sangat yakin, kalau Aluna sedang tidak baik-baik saja saat ini. Sejak kepulangan Aluna pagi ini, ia menaruh curiga namun memilih untuk tidak banyak bertanya dan menunggu sampai Aluna mau menceritakannya sendiri padanya.

Aluna memakai pakaiannya lalu menyapukan sedikit bedak di wajahnya, meski begitu ia yakin kalau make-up tipis yang di pakainya itu takan bisa menutupi sembab di wajahnya. Aluna mencoba bersikap biasa-biasa saja di depan Kenzho dan juga Mita yang sejak awal sudah menatap cemas kearahnya. Aluna tahu apa yang membuat ibu angkatnya itu tampak risau saat ini, pasti wanita tua itu sedang mengkhawatirkannya, mengingat pertanyaannya tidak juga mendapatkan jawaban saat menyambut kepulangannya tadi pagi. Lagi pula ini memang salahnya sedari awal, andai semalam ia memilih untuk mendengarkan nasihat wanita itu mungkin saja kejadiannya tidak akan seperti ini. Aluna tidak perlu lagi terlibat kesialan dengan pria itu.

SWEET DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang