Aluna yang tengah kesakitan mendongak, lalu menemukan Sean yang kini sudah berada di dekatnya, tengah menatap cemas dirinya.
"Kamu tdak apa-apa?"
"Pak ... perut saya sakit sekali!" Aluna mengucapkan itu dengan terpatah-patah, tangannya memeluk perutnya dengan kuat.
Sean semakin panik saat melihat cairan merah mulai merembes dari selimut ke lantai. Dengan cepat ia langsung membopong tubuh Aluna ke ranjang, sebelum menelopon rumah sakit terdekat.
##
Di ruangan iccu yang sepi, Aluna terbaring koma. Sudah 2 hari ia tidak sadarkan diri, dan ketika akhirnya ia membuka kedua matanya, tidak ada siapapun disana. Sunyi, hanya suara detak jantungnya di monitor yang memecah kebisuan itu.
Gemetaran, ia mengarahkan tangannya yang di infus pada tombol bantuan di samping ranjangnya. Tak lama dari itu, dokter beserta perawat muncul, yang kemudian langsung memeriksa keadaannya. Dari merekalah akhirnya Aluna tahu kalau dirinya baru saja mengalami keguguran. Sepintas kejadian yang mampu di ingatnya yaitu saat Sean membawanya ke rumah sakit, sebelum kegelapan memenjarakan kesadarannya.
Aluna tak henti menangis usai mendengar kabar itu, anak yang sudah di nantikan kehadirannya kini telah di ambil oleh Tuhan. Ia sungguh menyesali kebodohannya, andai saat itu dia tidak melakukan perbuatan biadap itu bersama Sean, mungkin saja kejadiannya tidak akan seperti ini.
Berhari-hari ia berada di sana sendirian, tak ada teman ataupun keluarga yang datang berkunjung. Lagipula ia hanyalah seorang anak yang terbuang dari keluarganya, dan satu-satunya orang yang selama dua tahun ini peduli padanya dan menjadi pelindungnya malah ia hancurkan perasaannya dengan kejam. Karena itulah ia memang pantas di tinggalkan.
Sesak itu kian menekan, merongrong hatinya akan rasa penyesalan yang mendalam. Darrel mungkin sekarang sudah membencinya, dan Aluna tidak sanggup membayangkannya. Mungkin dia memang salah, namun sedetik kemudian bantahan tajam muncul di kepala. Tidak, ia tidak salah. Aluna sekalipun tidak pernah berniat untuk mengkhianati Darrel.
Bagaimana mungkin ia bisa melakukan pengkhiatan itu disaat ia tahu kalau hatinya sudah di miliki sepenuhnya oleh Darrel.
Rasanya Aluna masih tak habis pikir bagaimana kejadian itu bisa terjadi?
Di saat isakan tangis itu memenuhi ruangan, Darrel muncul disana. Pria itu tampak lelah dengan tampilan yang amat berantakan. Tanpa melepaskan tatapannya dari Aluna, ia mendekat.
"Kau sudah sadar?" tanya Darrel dengan suara datar, sedatar wajah yang ia tampilkan.
"Darrel...." Aluna menatap Darrel dengan pandangan yang mengabur oleh air mata, berbagai kata yang ingin di sampaikan saat melihat kemunculan pria itu tertelan kembali oleh sikap dingin yang Darrel tunjukkan.
Darrel menghentikan langkah di tempat terdekat yang mampu di capai oleh kekuatannya. Saat mendapat kabar dari rumah sakit tentang Aluna yang sudah sadarkan diri, ia menahan keinginan untuk menemui. Pengkhianatan itu menghancurkannya menjadi serpihan. Wanita yang selama dua tahun ini menjadi tujuannya, kini malah mendorongnya pada kehancuran. Masih bisa datang menjenguk saja itu sudah jauh lebih baik dari yang bisa ia lakukan saat ini, Darrel ingin memastikan keadaan wanita itu sebelum ia meneruskan langkahnya seorang diri.
"Syukurlah kau sudah sadar, kau juga tampak jauh lebih sehat sekarang."
"Darrel...." suara Aluna kian melemah oleh isak yang tak tertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET DESTINY
RomanceDewasa 21+ Kesalahan tak sengajanya bersama pria itu berhasil menjungkirbalikkan kehidupan seorang Aluna. Dunianya yang sempurna pun harus runtuh saat itu juga, tak hanya kehilangan cinta sang kekasih saja, Aluna pun juga harus rela kehilangan jaban...