Bab 5

5.5K 552 22
                                    

"Tidak! Kenapa ibu bisa berpikir seperti itu, Bu? Dia yang sudah membuatku seperti ini!" pungkas Aluna dengan keras.

Mita terdiam, dia sangat mengerti bagaimana perasaan Aluna sekarang. Setelah peristiwa tragis yang di alaminya bertahun-tahun silam, tentu bukan hal yang mudah bagi wanita itu saat di hadapkan kembali pada masa lalunya.

"Ibu mengerti, Nak," katanya dengan nada lembut seirama dengan gerakan tangannya yang mengusap-usap punggung Aluna.

##

"Apa ini Lun?"

Pertanyaan itu sontak membuat Aluna mau tak mau mengangkat wajahnya, untuk kemudian menatap Cici yang duduk di seberangnya dengan tatapan penuh keterkejutan.

"I-itu surat pengunduran diri saya, Bu," jawab Aluna pelan sebelum kembali menunduk dan memerhatikan jemarinya yang kini tengah saling meremas di atas pangkuan.

"Kamu becanda kan, Lun?" tanya Cici yang masih tampak kesulitan mencerna.

Masih menunduk, Aluna menggeleng, sikap yang membuat atasannya itu semakin berkerut bingung.

"Tapi kenapa, Lun? Apa kamu sudah mendapatkan kerjaan lain yang lebih baik dari di kantor ini?"

Cici tampak heran, resort mereka adalah resort terbesar dan paling ramai di kunjungi oleh wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Di luar sana banyak orang yang ingin bekerja di resort itu, tapi mengapa Aluna malah ingin mengundurkan diri?

Aluna seketika mendongak, menatap Cici sebelum menggeleng cepat-cepat.

"Lantas?" desak Cici lengkap dengan tatapannya yang mulai terlihat tidak sabar.

"Sebelumnya saya minta maaf, tapi bolehkah kalau saya memilih untuk tidak mengatakannya?" tanya Aluna dengan kegamangan yang berpendar di kedua bola matanya.

Cici tertegun, beradu pandang sejenak dengan Aluna sebelum tersenyum masam, mencoba memaklumi jawaban Aluna yang menurutnya tidak memuaskan.

"Jika itu menyangkut urusan pribadimu, mungkin saya bisa memakluminya. Tapi saya harap kamu tidak akan lupa kalau kamu sudah terikat kontrak dengan perusahaan ini selama 2 tahun kedepan, dan jika kamu mengundurkan diri sebelum kontrakmu habis tentu kamu tahu konsekuensinya, bukan?"

Perkataan Cici berhasil memukul telak kesadarannya, Aluna lupa pada fakta itu. Bagaimana mungkin ia ingat, sedangkan sejak kemarin pikirannya di penuhi oleh rasa takut pada masa lalu yang ia coba enyahkan keberadaannya.

"Ko-konsekuensi? Maksud anda...."

"Maksud saya adalah ... jika kamu ingin mengakhiri kontrak kerja disini, maka kamu harus membayar sejumlah denda yang tercantum pada surat kontrak kerja yang kamu tanda tangani waktu itu."

Aluna tanpa sadar menelan ludahnya, gumpalan sesak mendadak menyumpal tenggorokannya saat mengingat sejumlah denda yang harus di bayar olehnya jika ingin keluar dari perusahaan itu sebelum kontrak tersebut berakhir.

"Apapun alasan yang membuatmu ingin mengundurkan diri dari perusahaan ini, tapi jika kamu bisa membayar 300 juta pada perusahaan sekarang, maka akan saya pastikan kalau kamu bisa keluar dari perusahaan ini detik ini juga."

"Tapi Bu, dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Aluna dengan nada seputus asa tatapannya.

"Kalau itu saya tidak mau tahu, karena perusahaan sudah punya peraturannya sendiri dan saya hanya berusaha menjalankan prosedur yang ada. Saya harap kamu mengerti posisi saya yang tidak bisa membantumu kali ini,"

Aluna terbungkam, dia mengerti tidak ada gunanya lagi meminta tolong pada atasannya itu, mengingat Cici hanya sedang menjalankan tugasnya saat ini. Tapi apa yang harus ia lakukan sekarang? Karena dia benar-benar tidak ingin lagi bekerja di perusahaan ini, namun memaksakan kehendak pada keadaan yang nyatanya masih senang bermain-main dengannya pun bukanlah keputusan yang benar.

SWEET DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang