18 - Deeptalk

21 5 2
                                    

met hari senin
enjoy.

Hari sudah malam, tampak rembulan menggantung apik di tengah gulita malam. Tak sendiri, bintang-bintang juga bertaburan, tidak ingin membuat sang purnama kesepian.

Maklum, sekarang sudah jam 10.

Ayna pulang sudah dari dua jam yang lalu karena memang waktu tutup tokonya jam 8 malam. Hari pertama Ayna berkerja, bisa dibilang cukup ramai. Semuanya pun berjalan lancar.

Sekarang, gadis yang tengah memakai kaus oblong itu tengah duduk di pinggir jendela sambil memandangi cakrawala.

Ia duduk ditemani secangkir cokelat hangat -yang sekarang sudah tak hangat- buatan Rani, reward karena hari pertama kerja, katanya. Memang Rani memiliki kepedulian yang tinggi.

Ayna sebenarnya bingung, dia tidak ingin tidur sekarang. Tugasnya juga sudah selesai karena sudah ia kerjakan saat disela-sela menjaga toko tadi, ia sudah mandi, makan malam, menyiapkan buku untuk pelajaran esok. Tinggal tidur, tapi entah kenapa matanya tidak mengantuk sama sekali.

"Lho, belum tidur lo Ay?" suara Rani menyapu indera pendengarannya, sontak Ayna menghadap ke arah pintu yang terbuka seperempat.

"Belum, Mbak." Ayna menjawab cepat.

"Gue boleh masuk?"

"Masuk aja, Mbak."

Mendengar penuturan Ayna, Rani pun segera masuk ke dalam.

"Capek ya, lo?"

"Dikit sih Mbak." Ayna jujur. Bohong jika dia bilang tak lelah sehabis sekolah lalu menjaga toko dan pulang larut malam.

"Mau gue pijitin?" tawarnya membuat Ayna tertawa. Sudah Ayna bilang kan? Rani memang tipe orang yang sangat perhatian, Ayna bertaruh teman Rani pasti banyak.

"Ya ampun, Mbak. Enggak usah, dikit doang, santai. Gue juga enjoy kok jaga tokonya." Senyum Ayna tersungging.

"Oke deh."

"Mbak sendiri, kenapa belom tidur?" karena sepertinya obrolan ini tidak berakhir begitu saja, Ayna pilih untuk berbasa-basi.

"Gak papa, sih, lagi pengen gadang aja. Besok kuliah siang gue," jawab Rani enteng.

"Oh gitu." Ayna manggut-manggut ngerti. Tiba-tiba teringat sesuatu yang sedari tadi mengganjal di hatinya.

"Eh, Mbak. Kalo cowok ngasih perhatian itu maksudnya apa sih?"

Alis Rani terangkat, seolah tertarik dengan pertanyaan Ayna.

"Perhatian kayak gimana dulu nih?"

"Ngasih ... makanan?" Ayna menjawab ragu.

"Ya bisa jadi peduli karena emang pure ngasih. Entah itu emang iseng, atau emang peduli atau takut gak makan, makanya dikasih makanan. Tapi bisa jadi kode sih." Rani mengangkat bahu.

Glabela Ayna cekung karena dahinya mengernyit.

"Kode?" kini alisnya juga sedikit terangkat.

"Ya kode karena dia suka lah, Ay. Masa lo gak tau?"

Ayna mengurut alis sambil terkekeh, "Oh gitu. Ya gimana ya, Mbak. Gue gak pernah pacaran soalnya, jadi gak paham masalah gitu-gituan."

"Demi apa?"

"Iya." Ayna terkekeh pelan.

Rani mengangguk ngerti, lalu melanjutkan, "eh tapi kalo ada cowok yang ngasih perhatian jangan GR dulu, bisa jadi emang peduli beneran bukan karena naksir atau semacamnya. Tapi kalo udah ngasih perhatian lebih dari tiga kali, sih, ya bisa jadi suka beneran."

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang