10 - Makan bareng

38 10 0
                                    

Adis membuka pintu masuk, lalu menutupnya dengan kencang sampai menimbulkan bunyi nyaring.

Kesal. Perasaan yang sedari tadi hinggap di dalam dirinya.

“Sial!” umpatnya sambil menendang tempat sampah yang tak bersalah apa-apa. Apalagi mengingat fakta bahwa Ayna telah kabur membuatnya keteteran sendiri. Tak ada lagi yang bisa ia suruh-suruh.

Ia lalu melempar asal tasnya, lalu mulai mengempaskan tubuhnya di atas sofa.

“Mana gue laper banget bangsat!”

Setelah Adis menemui Pritha di toilet mood untuk makan menjadi hilang, membuatnya memilih untuk tidur di kelas daripada mengisi amunisi di kantin.

Adis lalu beranjak, membuka tudung saji dan hasilnya ... nihil.

Tak ada satu pun makanan karena memang kemarin Ayna tak memasak.

Adis menghela napas panjang, lalu membuka kulkas. Ada banyak telur, sosis, sayur dan buah-buahan.

“Gak ada mi gitu?” Adis beranjak, mulai membuka rak guna mencari mi instan, namun hasilnya pun nihil.

“Apa gue goreng telur aja kali, ya?” ujarnya menimang-nimang. Jika dipikir-pikir menggoreng telur tidak terlalu susah.

“Eh tapi kan gue gak bisa masak nasi yakali makan telur doang.” Ia menepuk jidatnya.

“Apa gue pesen makanan online kali ya?” Adis mengetuk-ngetukkan jari di dagu lalu merogoh saku roknya.

Saat ponselnya telah dipegang, segera ia menyalakan namun layarnya tak menyala. Itu tandanya ponselnya mati.

“Sabar Adis, sabar.”

Power bank power bank!” teriaknya panik sendiri.

Adis lalu memungut tasnya di lantai, mengambilnya dan mulai mencari-cari power bank miliknya namun tak kunjung ketemu membuatnya mengernyit bingung.

“Sumpah, ya. Gue inget banget gue taro tas tadi pagi. Sekarang kok gak ada sih?”

Segera ia membalikkan tas-nya membuat seluruh buku-buku dan benda lainnya berhamburan terjatuh namun benda yang ia cari tidak ada.

Adis jadi memejamkan mata, mulai mengingat-ingat kapan terakhir kali ia menaruh benda berwarna putih itu.

Setelah ingat ia lalu membuka matanya kembali dengan perasaan kesal.

“Sial! Power bank gue kan ketinggalan di laci, mana charger gue rusak lagi.” Adis mengembuskan napas kuat-kuat. Entah ada apa dengan hari ini yang begitu sial baginya.

“Oke calm, calm. Lo banyak duit gak usah kayak orang susah. Sekarang mending beli makan dulu terus beli power bank sama charger sekalian yang banyak!”

Setelah mengatakan itu, tanpa berganti pakaian Adis segera menyambar kunci mobil dan mulai meninggalkan area rumah.

***

Ayna saat ini tengah terduduk di sofa. Matanya terpejam, di kedua telinganya sama-sama tersumpal earphone. Saat ini dirinya tengah mendengarkan lagu dengan volume besar.

“ASSALAMUALAIKUM PRIT!” teriak seorang lelaki. Karena tak mendapat jawaban cowok itu lalu nyelonong masuk karena pintu tak dikunci.

Ia memandang seorang gadis di sofa yang posisinya membelakangi dirinya dengan decakan pelan.

“Budeg kali, ya?” tanyanya heran.

Tanpa ba bi bu ia lalu melompat ke sofa yang di duduki Ayna, membuat Ayna berjengit kaget karena sofanya bergerak. Ayna segera melepas earphone-nya lalu memandang cowok di sampingnya dengan ekspresi antara bingung dan takut.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang