31 - Curhat

10 0 0
                                    

Ayna tersenyum kala mendapat balasan dari seseorang yang sedari tadi ia tunggu.

Dirinya menoleh, memerhatikan Pritha yang masih fokus menyalin tugasnya.

“Tha.” Ayna memanggil.

Pritha kontan menoleh.

“Kenapa?” tanya cewek itu.

“Gue izin dulu, ya, ke ruang BK.”

“Oh.” Pritha manggut-manggut. “Ntar lo nyusul aja ke kantin.”

“Oke. Gue duluan, ya.”

***

Ayna langsung masuk ke ruang BK yang pintunya terbuka, tak lupa mengucap salam.

Di ruang BK kini ada Pak Kusno, guru berjenggot itu sedang memangkas rambut anak lelaki yang panjang juga yang memakai semir.

Ayna terus berjalan ke meja yang letaknya di pojok, menemui seseorang yang tadi dia kirimi pesan.

“Selamat siang, Bu Tari.”

Bu Tari balik melempar senyum, “Pagi juga, Ayna. Ada cerita apa kali ini?”

Mendengarnya, Ayna tertawa.

Biar Ayna jelaskan. Bu Tari adalah orang yang sering Ayna curhati, Bu Tari ini adalah guru BK tersabar. Dulu saat kelas X Bu Tari mengajar BK di kelasnya, sejak saat itu Ayna nyaman berbagi cerita kepada Bu Tari yang jelas terpercaya dan amanah. Memang sebelum ada Pritha, Ayna sering curhat kepada Bu Tari, sampai Pritha sudah ada pun Ayna masih sering ke ruang BK untuk menemui Bu Tari jika Bu tari ada waktu luang.

Guru BK di SMA Graha Gelora sendiri ada 4 orang. Pak Kusno yang sering patroli rambut dan memangkas asal-asalan anak-anak yang rambutnya panjang juga disemir. Bu Endah, guru gemuk itu selalu membawa penggaris kayu ke mana-mana untuk memukul muridnya yang nakal. Bu Dwi, guru yang berperawakan kurus dengan lipstik warna merah darah itu memang tidak main fisik, namun jika membuatnya kesal, siap-siap akan kena julidnya. Guru yang satu ini kalau sudah kesal, julidnya gak main-main!

Dan yang paling baik, tentu saja Bu Mentari. Guru yang tidak sengaja bertemu dengan dirinya di toko kue bolu, dan guru yang sama yang menjadi relawan di panti asuhan mamanya Azka. Dirinya tidak pernah bermain fisik, juga tak pernah mengucapkan kata-kata kasar. Jika ketiga guru BK lainnya terkenal killer, lain dengan Bu Tari yang ucapannya selalu lemah-lembut, namun anak-anak nakal lainnya malah segan, tak jarang banyak siswa-siswi badung yang tobat bila sudah mendapat wejangan dari Bu Tari.

“Kali ini agak beda dari cerita saya sebelumnya, Bu.” Ayna berucap malu-malu.

Bu Tari menarik kursi putarnya mendekat, terlihat tertarik. Guru itu mengembangkan senyum.

“Berbeda? Hm ... biar saya tebak, masalah cowok, ya?”

Ayna terkekeh, tanda tebakan Bu Tari benar.

Bu Tari mesem, “Silakan cerita saja, Ayna.”

“Jadi akhir-akhir ini ada seseorang yang berniat mendekati saya, Bu. Sebut saja si A. Dia sangat baik, dia mengirimkan saya makanan, memberikan saya ucapan selamat, mengajak saya jalan. Ya, tipe-tipe idaman gitu, deh, Bu. Tapi masalahnya, ada seseorang cowok, sebut saja si B. Akhir-akhir ini bisa dibilang dekat dengan saya tapi ya gak dekat-dekat amat sih, nah dia tahu kalau si A ini lagi PDKT sama saya. Dia bilang kalau saya harusnya menjauh, tapi dia juga gak ngasih alasan yang jelas kenapa saya harus jauhin si A, Bu. Menurut Ibu, saya harus gimana, Bu?”

“Maaf Bu, bahasanya agak belibet.” Ayna menggaruk pelipis.

Bu Tari menarik napas dalam, lalu mengembuskan napasnya pelan-pelan. Bersiap memberikan jawaban untuk Ayna.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang